Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Toleransi di Kota Kecil

31 Maret 2024   13:58 Diperbarui: 31 Maret 2024   13:59 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tangkapan layar dari maps.google.com

Masalah toleransi di dalam agama Islam telah tercermin sebagaimana dalam surah Al Kafirun, kesimpulan utamanya ada pada ayat ke enam yang berbunyi:

(lakum dnukum wa liya dn)

yang artinya adalah "untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

Muslim menghargai keyakinan orang lain, masing-masing dipersilakan menyembah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, tanpa saling mengganggu.  Ajaran yang seharusnya membuat umat beragama merasa tenang dan damai karena adanya saling menghormati.

Contoh nyata adalah di Banjarbaru, kota kecil yang sekarang menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.  Toleransi antar umat beragama telah tercipta sejak dulu.  Semoga saja terus begitu, tetap adem sampai kapan pun.

Hal tersebut mungkin karena Banjarbaru sebenarnya adalah kota yang penduduknya sangat heterogen, baik dari asal suku maupun agama.  Didominasi suku Banjar yang mayoritas beragama Islam, ditambah adanya suku Jawa, Sunda, Madura, Batak, Dayak, Bugis dan suku lainnya yang mempunyai keyakinan beragam.

Berdasarkan data statistik  Kota Banjarbaru tahun 2024, persentasi penduduk berdasarkan agama yang dianut yakni memeluk Islam sebesar 95,69%, kemudian Kristen Protestan sebanyak 3,11% dan Katolik sebanyak 0,96%. Penduduk yang beragama Hindu 0,14% dan Buddha sebanyak 0,09%.

Kemudian jumlah rumah ibadah yang ada di Banjarbaru sampai sekarang terdapat 123 masjid, 255 mushala, 8 gereja Protestan, 2 gereja Katolik, dan 1 pura.

Beragamnya suku dan keyakinan di kota kecil ini tak pernah menyebabkan adanya gesekan terkait suku, ras dan agama.  Semuanya hidup berdampingan.  Sepertinya kunci dari keberhasilan toleransi adalah kembali ke esensi toleransi itu sendiri, yaitu saling menghormati dan tidak saling ganggu yang tak perlu.

Sepertinya semakin beragam penduduk suatu daerah, harusnya semakin tinggi pula tingkat toleransinya.  Masyarakat juga tentu ingin kedamaian selalu bisa tercipta sepanjang masa.  Tak ada yang ingin rusuh hanya gara-gara beda keyakinan.

Di salah satu sudut kota ini, malah ada langgar atau musholla yang berdampingan dengan bangunan gereja sejak lama, tapi syukurnya tak pernah dan jangan sampai pernah terjadi masalah antara penganut agama.

Saling memahami, saling mengerti, saling menghormati adalah nilai yang semoga akan terus terjaga di kota kami.

**

referensi:

https://kumparan.com

https://id.wikipedia.org

https://banjarbarukota.bps.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun