Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tak Banyak Buku Dibaca di Bulan Puasa

27 Maret 2024   21:13 Diperbarui: 27 Maret 2024   21:21 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya bulan puasa tahun ini lebih banyak dihabiskan untuk tidur,  di luar jadwal ngantor, sholat wajib & tarawih tentu saja.  Paling sesekali saja baca buku, selain terkadang nulis di kompasiana dan menyusun bahan kuliah serta menengok riuhnya sosial media dan berita secara online.

Tapi ada masanya meluangkan waktu untuk membaca buku-buku koleksi lama yang tak bosan diulang-ulang. Buku karya penulis favorit sejak lama.

Buku pertama yang dibaca adalah karya Andrea Hirata yang berjudul Buku Besar Peminum Kopi.  Ini adalah versi acal dari tiga novel Andrea yaitu Maryamah Karpov, Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.   Agak banyak beda dengan tiga novel yang telah terbit.  Memang lebih seru membaca versi hasil editingnya, sih.

Versi awal ini ada beberapa nama tokoh dan alur cerita yang agak beda.  Menarik sih membaca alur hidup Ikal saat terpuruk setelah menyelesaikan kuliah masternya.  Entah kenapa di versi aslinya ini lebih mengulas kampusnya yang di Inggris, tempat akhirnya Ikla menemukan desa Edensor.  Desa yang hadir di buku yang dikasih A Ling sewaktu kecil.

Kisah Maryamah bertarung catur di buku ini, kurang seru memang dibanding di Cinta di Dalam Gelas, juga perilaku paman Ikal pemilik kedai  kopi juga terasa kurang lucu dan kurang menyebalkan hehe.

Buku kedua yang dibaca adalah karya pengarang idola saya semenjak SMP sampai sekarang, the one and only bubin Lantang.  Entah berapa ratus kali sudah buku ini saya baca. Novel pendek berjudul tak kalah pendek: Bila.

Bila ini seakan-akan dikarang oleh dua orang, yaitu bubin dan Dian Bara, salah satu tokoh utama di serial Anak-Anak Mama Alin.  Padahal nyatanya hanya dibikin oleh satu orang saja. Dian Bara adalah tokoh rekaan saja, sebenarnya cuma dikarang bubin saja.

Entah apa maksudnya memasukkan tokoh rekaan menjadi tandem di bukunya.  Ajaib memang si bubin itu. Tapi apapun, kisah seputar anak SMA keras kepala yang sedang mencari jati diri dan kisah percintaannya tak pernah manis itu selalu tak bosan dibaca berulang-ulang.

Bubin secara tak langsung mengajarkan bahwa hidup itu harus punya idealisme, dan seringkali pahit harus ditelan, sakit harus dihadapi.  Tapi 'hidup harus disiasati' katanya. 

Jadi begitulah sekilas buku yang saya baca sampai sejauh ini. Sebenarnya ingin meneruskan baca buku Anjing Penjaga karya Omi Intan Naomi,tapi masih belum mood untuk meneruskan baca buku yang rada serius dan prespektifnya luas sekali itu.  Walau cuma adaptasi dari skripsinya, tapi bagus untuk dibaca.Cara penulisannya pun bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun