Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semen Brownies dan Penghargaan untuk Kuli Bangunan

3 Maret 2024   09:19 Diperbarui: 3 Maret 2024   10:05 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang lupa saya perhatikan.  Cara mengaduk semen.  Dianggap mudah saja, ternyata mencampurkan semen, pasir, kerikil dan air sampai rata itu luar biasa menguras tenaga.  Acak-acakan dan melelahkan.  Apalagi bagi kuli dadakan seperti saya.  Maka dari itu proses pengadukan itu dilewatkan saja, tak perlu diabadikan dalam bentuk foto.  Kuli bangunan asli mungkin bisa menangis melihatnya.   Menangis bukan karena terharu, tapi lebih karena malu.

Setelah berjuang sekuat tenaga.  Akhirnya sebagian besar tanah berkerikil dan berpasir itupun berhasil tertutupi dengan adukan semen seada-adanya.  Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, untungnya tak membuat pinggang sakit.

Adukan pertama sudah selesai dan habis.  Semen masih tersisa sepertiga, akhirnya saya putuskan untuk dituang saja dan diguyur air terus diaduk, tanpa pasir. Lalu dicantumkan lagi ke bagian yang tersisa.  Sampai akhirnya terwujudlah brownies seperti gambar di atas.

Tak salah saya menempatkan kuli bangunan sebagai profesi yang saya kagumi setelah guru.  Karena selalu kagum melihat bangunan yang bisa berdiri tegak dan rapi, kebayang bagaimana proses menyusun bata, menyemen, menyatukan semua unsur-unsur dan bahan-bahan hingga jadi sebuah bangunan utuh, rata pula.  Hanya jenius saja yang bisa bikin sesabar begitu.

Sembari menyelesaikan pekerjaan menyemen, terbetik pikiran.  Bahwa inilah pengejawantahan idiom "in your shoes".  Bahwa hanya dengan mengerjakan sesuatu hal yang orang lain kerjakan, seringkali baru kita mengetahui bahwa yang kita anggap sepele dan mudah, ternyata tak sesederhana itu.  

Seringkali mudah mulut berucap bahwa "Ah, gitu aja sih mudah", padahal nyatanya susah.   Sering menganggap murah hasil kerja orang lain, padahal jika diri sendiri mengerjakan, susahnya bukan main-itu juga kalau kepikiran ingin mengerjakannya sendiri.  Apalagi kalau dipikir-pikir upah sering tak sepadan dengan lelah.

Sepertinya, walau belum selesai semuanya.  Pekerjaan pagi ini cukup disudahi sampai di sini.  Sampai jumpa lain di waktu dan pekerjaan yang berbeda.  Sekali lagi, salut untuk para kuli bangunan yang bekerja dengan baik di manapun. Banzai! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun