Beberapa minggu sebelum pemilihan dimulai. Â Jalanan ramai oleh poster-poster di mana-mana. Â Termasuk di sekitar jembatan menuju rumah. Â Ada satu poster peserta pemilihan anggota legislatif yang menarik perhatian. Â Wajahnya rasanya familiar. Â Setelah diingat-ingat itu adalah wajah isteri seorang teman baik.
Beberapa minggu itu pula, tak juga ada kesempatan untuk mengkonfirmasi langsung dengan teman baik tersebut. Â Terkait pencalonan isterinya di partai yang cukup kuat. Â Walau tampaknya nomor urutnya sepertinya bakal berada di bagian dasar surat suara.
Beberapa minggu selalu melihat poster dengan senyum plus lesung pipit di pipi itu rupanya pelan-pelan berhasil juga menetapkan keinginan untuk memilih. Â Lebih-lebih teringat akan kebaikan teman saya itu selama ini. Â Baik tanpa pamrih. Â Rasanya tak ada salahnya membalas budi. Â Walau berupa coblosan di bilik suara.
Beberapa minggu penantian pun usai. Â Tadi pagi memenuhi undangan memilih di TPS terdekat. Â Jam 10 pagi tepat. Â Menyempatkan diri melihat-lihat visi misi calon presiden dan wakil presiden. Â Melihat-lihat calon anggota dewan dan DPD. Â Tak lupa memastikan posisi dan nomor urut calon anggota dewan yang disinyalir isteri kawan baik.
Beberapa menit setelah melakukan coblosan. Â Memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada seorang kawan. Â Memberitakan bahwa baru saja menyumbangkan suara untuk isterinya. Â Kejutan ceritanya.
Beberapa jenak kemudian ada balasan. Â Kawanku bingung. Â Katanya isterinya tak mencalonkan diri sebagai apapun pada pemilu kali ini. Saya putuskan untuk telepon langsung. Â Hasilnya adalah ketawa yang lama. Â Kawanku tergelak mentertawakan kelakuanku, yang memilih seseorang hanya berdasarkan foto yang ternyata cuma mirip dengan isterinya. Â Kemudian kok ya bisa-bisanya melakukan coblosan tanpa konfirmasi sama sekali dengan yang bersangkutan.
Beberapa saat kemudian baru saya teringat sesuatu, Â bahwa rasanya gelar peserta pemilu di poster dekat jembatan itu berbeda jauh dengan pendidikan isteri teman saya yang juga rasanya tak punya lesung pipit di pipi sebelah kanan. Â
Beberapa detik kemudian. Â Kembali mentertawakan diri sendiri sembali mengernyitkan jidat sambil mikir "lalu yang beruntung dipilih barusan itu, siapa?"
**
artikel sumber gambar :Â mojok.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H