Kota Banjarbaru yang resmi menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2022, adalah kota kecil seluas 305,2 kilometer persegi. Â Walaupun tak seberapa luas, banyak hal yang menarik untuk dijelajahi di sini. Â Selain tata kota yang cukup teratur karena hasil perencanaan Kepala Departemen PU pada tahun 1952, yaitu Van der Pijl yang seorang arsitek lulusan Universitas Leiden. Â
Kota ini terkenal asri karena masih banyak pohon rindang yang tetap dipelihara, karena itulah sekujur kota terasa nyaman karena oksigen yang masih berlimpahdi setiap sudut kota. Â Selain itu karena wilayahnya termasuk relatif lebih tinggi dibanding daerah lain di Kalsel, air tanah dan sungai yang melintasi kota ini masih relatif jernih.
Ssalah satu sungai ikonik yang membelah Banjarbaru adalah sungai Kemuning. Â Membujur dari timur ke barat kota, melewati perkampungan tengah kota, melintasi beberapa jalan, dan yang paling menyenangkan sepanjang sisi sungainya bisa dilintasi,dengan berjalan kaki maupun bersepeda- hal yang sering saya lakukan saat menyusuri bantaran sungai Kemuning.
Uniknya kalau ingin menyusuri sungai Kemuning, bisa dimulai dari dua titik yang berada di dekat jembatan kembar. Â Disebut begitu karena di titik hulu sisi timur maupun di arah hilir di bagian barat, di muara bantaran sungai adalah dua jembatan yang bentuknya sama persis dan dibangun bersisian.
Jarak antara dua titik jembatan kembar itu sebenarnya tak seberapa jauh, kira-kira sejauh 3,5 kilometer saja. Namun banyak yang bisa ditemui sepanjang bantaran sungai. Â Sepintas saat menyusuri pinggiran sungai yang tak seberapa lebar itu, mengingatkan akan selokan Mataram di Jogja. Â
Jika memulai penyusuran dari arah barat, itu artinya memulainya tak jauh dari jembatan kembar yang berada di daerah Loktabat. Â Patokannya jelas, karena ada di sisi selatan jalan besar ada tulisan Kemuning yang cukup besar di sisi pohon besar. Dari sini jalan di sisi sungai dirapikan dengan bata press, yang terpasang merata nyaris di sepanjang bantaran.
Kira-kira beberapa ratus meter dari situ, terdapat salahsatu bangunan landmark kota Banjarbaru, yaitu menara berbentuk segititiga yang berwarna warni. Â Sesuai namanya,menara ini memiliki beberapa anak tangga sampai di bangunan puncaknya. Â Dari situ bisa dilihat dan dinikmati area sungai Kemuning dan sebagian besar sudut kota Banjarbaru.
Menariknya, rumah warga di kiri kanan sungai rata-rata adalah bagian belakang atau bagian dapur. Â Jadi rasanya unik melihat sepanjang jalan yang biasanya cukup sepi karena bukanlah bagian teras rumah yang terlihat. Â Terkecuali menjelang jalan Kemuning yang ada di bagian tengah, Â yang arah utaranya mengarah ke pasar lama dan pusat kota.Â
Tak jauh dari situ terdapat perkampungan yang diberi nama Kampung Pelangi. Â Mungkin terinspirasi kampung bernama sama yang ada di kota Malang.
Sesuai namanya, kampung Pelangi relatif warna warni. Itu karena beberapa bagian dari perkampungan seperti jembatan, pagar jembatan, dinding rumah warga, dicat meriah, beberapa malah diberi lukisan yang menarik untuk dilihat.
Di pertengahan perjalanan menyusuri bantaran sungai Kemuning, juga terdapat taman yang cukup asri. Â Dibangun atas kerjasama dengan pihak swasta. Â Karena letaknya di tengah kampung warga, maka kondisinya relatif cukup terjaga. Â Ada mini gym juga di tengah taman kecil yang otomatis menjadi ruang terbuka hijau (RTH) tersebut.
Tak seberapa jauh dari taman kota tersebut, sekira satu kilometer ke arah timur, maka bertemulah dengan titik hulu di jembatan kembar yang berada di jalan Mistar Cokrokusumo, tapi biasa pula disebut daerah Sungai Besar. Â Sebelum sampai titik tersebut, nanti akan melewati perlintasan jalan yang menuju kampus Universitas Lambung Mangkurat, kampus tertua di bumi Kalimantan.
 Menyusuri sungai Kemuning, di sore atau pun pagi hari, sama menariknya.  Ada dua macam kehidupan yang berbeda yang bisa ditemui di waktu yang berbeda.  Pagi saat udara masih segar, kita bisa melihat warga yang masih beraktivitas.  Anak-anak yang sibuk di dekat belakang sekolah.  Atau anak sekolah yang lalu lalang diantar orangtuanya ke sekolah.  Motor-motor warga yang masih terparkir rapi. Â
Sementara saat sore hari pun, saat udara hangat, warga sudah ramai berkumpul dan bersantai. Lebih-lebih di sekitar kampung Pelangi, ada beberapa warung yang sengaja berjualana memeriahkan suasana sore hari di sekitar sungai Kemuning.
Jadi begitulah.  Jika suatu saat berkunjung ke kota Banjarbaru.  Menyusuri bantaran sungai Kemuning adalah agenda yang harus dicoba, menikmati tengah perkampungan di  tengah kota yang masih relatif tertata rapi, sungguh cukup menyenangkan.  Jangan takut akan kehausan karena cukup banyak warung yang akan ditemukan di sepanjang jalan.
Sungai Kemuning sebagai titik sentral kota kecil ini pun, rasanya selalu nyaman dinikmati, dari sudut manapun. Air yang mengalir di sungai masih relatif jernih, hal yang agak langka ditemukan di perkotaan sekarang ini. Â Beruntunglah yang masih bisa menikmati hal-hal-hal sederhana nan menenangkan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H