Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Metode Grounded Theory Yang Dibikin Mudah oleh Cathy Urquhart

9 Februari 2024   10:54 Diperbarui: 9 Februari 2024   10:54 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat langka menemukan buku kuliah yang bisa dicerna dengan mudah.  Paling tidak itu berlaku untuk saya.  Lebih-lebih terkait dengan metode penelitian.  Lebih-lebih lagi metode penelitian itu termasuk jarang digunakan dan tidak ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Metode yang saya maksud adalah grounded theory, metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menemukan teori berdasarkan data-data yang terlah dikumpulkan, bukan berdasarkan teori yang telah ada.  Oleh karena itu teori dimunculkan (emerging) dengan metode induktif, mengerucutkan teori dari kumpulan fenomena yang ada pada objek penelitian.  Dikarenakan tujuan dari metode itu sendiri adalah untuk memunculkan teori baru, makanya lebih sering digunakan pada strata S3 untuk memperoleh gelar Doktor.

Grounded theory ditemukan oleh duo sosiolog yaitu Barney Glaser & Anselm Strauss, hasil penemuan mereka bisa di baca pada buku The Discovery of Grounded Theory Strategies for Qualitative Research yang terbit pada tahun 1967. Walaupun sama-sama berakar pada penemuan metode bersama-sama, pada perkembangannya mereka akhirnya memisahkan diri karena perbedaan prinsip utama dalam mempertahankan idealisme metode itu sendiri.

Strauss akhirnya tandem dengan Juliet Corbin, memunculkan aliran yang sering disebut Straussian.  Pendapat Strauss yang akhirnya melakukan intrusi validasi terhadap data dengan merujuk pada kerapian metodologi yang mengarah ke positivist.  

Sedang  Glaser sendiri keukeuh dengan metodologi awal yang mereka temukan,  berusaha menjaga kemurnian ide awal akan metode tersebut.  Aliran ini sesuai namanya disebut dengan Glaserian.

Masing-masing metode memiliki kelebihan tersendiri.  Tapi tentu saja ide untuk menjaga kemurnian grounded theory itu adalah poin yang harus dihargai.  Mempelajari dua cabang metode yang hakikatnya sebenarnya sama itu tentu saja sempat membuat pusing saat akan menerapkannya dalam penelitian

Untungnya saya menemukan buku yang membuat saya tercerahkan.  Kembali ke paragraf awal, keinginan saya untuk menemukan buku tentang metode penelitian yang mudah dicerna dan dipahami akhirnya terwujud.

Adalah Cathy Urquhart, seorang Professor of Digital and Sustainable Enterprise di Manchester Metropolitan University Business School, UK, yang menyusun buku tentang grounded theory yang jelas-jelas menahbiskan dirinya sebagai aliran Glaserian. Kebetulan sekali saat itu bukunya yang berjudul Grounded Theory for Qualitative Research: A Practical Guide tersedia di kampus.  Saat itu termasuk masih fresh, karena baru diterbitkan pada tahun 2013.

Cara Cathy menceritakan metode grounded theory di bukunya begitu menarik.   Mengalir dan menyenangkan.  Terkadang diselingi dengan cerita saat beliau membimbing mahasiswanya,  menceritakan sisi lain dari metode langka yang unik tersebut.  Cara beliau menjelaskan kenapa ide Glaser untuk menjaga kemurnian metode itu sendiri juga sangat menarik.

Rangkaian metode grounded theory dari  mengumpulkan data, kodifikasi, mencatat fenomena, konseptualisasi, sampai dengan membangun teori diuraikan dengan gaya bahasa yang menyenangkan untuk dibaca, dipahami dan diikuti.

Salah satu bagian yang memukau adalah bagaimana Cathy menceritakan ide pokok dari grounded theory yaitu bagaimana melakukan pemurnian terhadap pikiran sebelum melakukan penelitian berbasis metode tersebut, yaitu menghindari intrusi teori yang telah ada.  Kata beliau ..

It should be noted, though, that this does not mean researchers should ignore existing theories --we all under a strict obligation to engage our emergent theories with esisting literature (Strauss, 1987).  This idea is beautifully put by Dey (1993) when he says that researchers should have a open mind, as opposed to an empty head.. (hal. 11)

Bisa dilihat kan bagaimana susunan kalimat beliau untuk menggambarkan bagaimana cara Cathy menjelaskan bagian dari metode dengan indah dan menyenangkan.

Buku setebal 205 halaman ini begitu runut, dijelaskan dengan cara yang menyenangkan dan juga mudah untuk dipahami.  Jika ingin membuat buku tentang metode penelitian atau tentang teori apapun, sepertinya buku karya Profesor Cathy Urquhart ini pantas untuk dijadikan rujukan.   Gaya bahasanya yang lentur dan tidak kaku memudahkan orang lain untuk memahami bahasa akademis dengan sudut pandang yang sedikit berbeda.

Demikianlah, semoga saja banyak lagi nanti buku-buku ilmiah yang ditulis dengan cara menyenangkan seperti buku yang disusun beliau tersebut.  Semoga 

***

Pustaka:

Glaser, Barney G & Strauss, Anselm L., 1967. The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research, Chicago, Aldine Publishing Company

Urquhart, C. (2013). Grounded Theory for Qualitative Research:A Practical Guide. SAGE Publications, Ltd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun