Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jernih Menyikapi UKT

5 Februari 2024   19:01 Diperbarui: 5 Februari 2024   19:02 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin topik ini sudah out up date.  Terkait kendala UKT alias uang kuliah tunggal untuk mahasiswa.  Hal yang sebenarnya sudah diantisipasi pihak kampus sejak awal masuk kuliah.  Hal yang adalah merupakan tanggungjawab penyandang dana, yang notabene kebanyakan adalah orangtua mahasiswa yang bersangkutan.

Penetapan UKT adalah berdasarkan pendapatan orangtua.  Hal itu jelas ditentukan sejak awal pendaftaran.  Jadi, apabila diisi dengan benar, seharusnya tak ada kendala berarti dalam pembayaran uang kuliah, karena sudah disesuaikan dengan kemampuan keuangan keluarga mahasiswa.

Secara logika tentu aneh jika di kemudian hari, besaran UKT yang telah ditetapkan memberatkan mahasiswa- dan orangtuanya tentu.  Karena sekali lagi itu adalah kesepakatan di awal perkuliahan, bahkan sebelum perkuliahan dimulai.

Pendapatan orangtua mahasiswa yang berbanding lurus dengan besarnya UKT, tentu saja dimaksudkan agar sesuai dengan kemampuan.  Sesuai dengan pendapatan, terkecuali sekali lagi pengisian data awal yang tidak jujur atau tidak sesuai keadaan sesungguhnya.

Soalnya di awal penentuan UKT, semua bukti pendapatan orang tua, foto rumah, dijadikan bukti dan dasar untuk pengklasifikasian UKT yang besarannya juga berbeda-beda antara fakultas dan program studi.  Jadi bisa dikatakan, besarnya UKT adalah sebuah konsekuensi dan sebuah konvensi antara peserta dan penyelenggara pendidikan.

Kalaupun ada kendala di tengah jalan.  Mungkin cara mengantisipasinya adalah berusaha belajar dengan baik dan mencari beasiswa.  Bantuan belajar yang banyak tersedia dan kian hari kian banyak sponsor beasiswa, tinggal mahasiswa saja lagi yang harus rajin. Baik rajin mencari informasi, maupun terus rajin belajar.  Karena bagaimanapun, nilai yang relatif tinggi adalah salahsatu syarat untuk mendapatkan beasiswa dari lembaga donor atau sponsor.

Walau bagaimanapun, sesungguhnya UKT mahasiswa adalah masih tanggungjawab orangtua.  Seharusnya mahasiswa sebagai peserta pendidikan harusnya hanya berusaha tenang menghadapi proses perkuliahan yang perlu waktu bertahun-tahun.  

Cara yang paling logis dan fair terkait besaran UKT, adalah perjanjian tak tertulis antara orangtua dan mahasiswa.  Beri pandangan dan pengertian, bahwa UKT seberapa pun memang adalah tanggungjawab orangtua, tapi juga adalah kewajiban sang mahasiswa untuk barter dengan nilai yang cukup baik, fokus pada proses belajar dan tentu saja mempertanggungjawabkan pilihan kuliahnya.  Paling tidak berusaha selesai tepat waktu.

Hal itu sekaligus pembelajaran akan arti tanggungjawab, yang nanti akan terasa saat selesai kuliah dan memasuki dunia kerja yang jauh lebih berat dari sekedar besaran UKT yang harus dipikirkan dan dipenuhi orangtua.

Demikianlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun