Entah kenapa sepagi ini ujug-ujug teringat akan mainan-mainan yang kebanyakan dibikin sendiri di masa kecil dulu.  Berbeda dengan anak-anak sekarang yang kebanyakan mainannya kebanyakan serba online dan sudah tersedia di gadget, semaca kecil dulu kebanyakan untuk bermain harus punya usaha untuk membuatnya.
Ada beberapa nama mainan handmade yang sering dimainkan di jaman dulu kala,dan beberapa permainan juga tergantung musim, beberapa masih saya ingat, dan beberapa pula memakai istilah dalam bahasa Banjar.  Berikut daftarnya, dimulai dari yang  paling sederhana.
1. Basuntingan
Mungkin anak-anak di kampung saya saja yang punya mainan sangat sederhana ini.  Dinamakan basuntingan karena cara mainnya adalah dengan cara mengadu benang buatan yang saling memotong saat bertaut dan ditarik keras-keras secara bersamaan (basuntingan).  Benangnya bukanlah benang biasa, tapi dari serat kulit pisang yang digelas atau disepuh dengan janar alias kunyit.
Benang dari alam yang ujungnya dikasih pemberat, dipegang masing-masing oleh dua anak dan diadu, konsepnya mirip dengan adu benang layangan. Â Siapa yang benangnya paling kuat, itu yang menang. Â Entah ada fungsinya atau tidak tambahan gelasan kunyit itu kami juga tak begitu tahu, yang jelas kalau benangnya cukup kuat diadu berkali-kali,rasanya bangga saja.
2. Balandangan
Mainan ini juga tak kalah sederhana, biasanya dimainkan saat musim hujan karena di masa itulah sungai kecil yang memanjang di pinggir jalan kampung kami sedang dalam dan jernih-jernihnya.
Balandangan sendiri artinya menenggelamkan dalam-dalam, Â yang ditenggelamkan di air sungai yang mengalir itu adalah selembar daun nangka yang cukup tua yang ujungnya diikat dengan benang. Â Daun nangka yang bagus dan seimbang, akan pelan-pelan tenggelam ke bawah permukaan air sungai dan stabil melayang di bawah air.
Menyaksikan proses daun nangka yang tenggelam pelan-pelan seperti melihat kapal selam itu rasanya sangat menyenangkan, ditambah melihat air mengalir yang dalam dan sedang jernih-jernihnya, hal yang tak lagi bisa dinikmati sekarang. Â Air sungai di kampung saya tak lagi mengalir dan tak jernih lagi. Â Menyedihkan memang.
3. Balogo.