Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Pagi Ini

14 Desember 2023   10:51 Diperbarui: 14 Desember 2023   11:01 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.. biasanya kau datang saat matahari baru mulai akan beranjak ke langit, bergegas ke dekapan sambil bilang kesibukan sepanjang pagi sehingga agak terlambat menemuiku..

Tapi rupanya tidak pada pagi ini, kabarmu agak lama hadir, memberikan cuaca gelisah pada pikiranku yang terbiasa dengan rutinitas kehadiranmu. Kebiasaaan buruk memang, menganggap kebiasaan dan sesuatu yang teratur akan tetap teratur setiap waktunya, sehingga kaget pun hadir tatkala ketidakbiasaan muncul.

"Kamu, dimana?"

Sebaris singkat kalimat itu aja, kalimat yang itu-itu saja, dan tak pernah berubah dia kirimkan pada Rindu, pada perempuannya.  Dan sudah terbiasa menunggu, kalimat balasan yang biasanya baru akan hadir satu jam kemudian, atau mungkin lebih, saat perempuannya lelah di hari-hari sebelumnya, yang berakhir pada obrolan hingga tengah malam dan mungkin meneruskannya pada tulisan-tulisannya entah di blog atau di draft panjang yang pernah aku intip.

'Draft novel tentang hidupku' -- katamu waktu itu, entah sudah berapa ratus halaman, isinya rapat dan ukuran hurufnya terlampau kecil untuk bisa aku baca.

'Hal-hal menyenangkan adalah indah untuk diingat-ingat, tapi terkadang hal-hal yang tak menyenangkan juga harus dituliskan sebagai pengingat'-- begitu lanjut kamu.  Kamu yang ingat segala detail, tentang apapun, bahkan tentang hal-hal kecil berpuluh tahun ke belakang, detil yang terkadang memercikkan rasa aneh, kala ada terselip detil serpihan cerita dari masa lalu.  Tapi katamu menenangkanku: 'itu masalaluku, sudah berlalu.  Masa sekarangku adalah kamu. Cuma kamu saja'

Dan aku, yang tak pernah bosan berkata rindu, pada kamu Rindu. Yang justru sering lirih bahkan tak mengucap makna dari namamu sendiri.  'berat' katamu, sampai 'tak bisa mengucapkannya', dan lalu kamu luruh dalam hening..

Hari memang masih pagi, tapi rindu telah menebar ke hangatnya ruang langit pagi ini, memenuhi rongga napas, penuh..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun