.. hidup adalah hujan, ada yang mengharapkan atau menghindarinya
di alam dan di jalan, di sepanjang jaman ..
Singkat saja tulisan itu, hanya dua baris, di sebuah postingan blog yang kadang nama sebutannya hadir di beberapa lingkar pertemanan, tapi dua baris kalimat itu pula yang menelusup pelan-pelan, menghantui pikiran tanpa ampun selama bertahun-tahun. Â Catatan sederhana tentang hujan, yang membuatku berkelana untuk bisa dekat dengan penulisnya..
"Beneran sampai sebegitunya, mas?" Aku hanya mengangguk, sambil menikmati parasmu yang entah sedang tersipu atau pura-pura tidak peduli dengan kejujuranku.
"Kamu suka Sapardi?" Tanyaku lagi, kali ini giliran kamu yang hanya membalas tanyaku dengan gestur, menggeleng pelan. Â
"Aku nulis semaunya aja, mas. Â Jangan dibaca-baca lagi tulisanku, sih". Kamu mengatakan itu sambil menunduk.
"Kenapa" Mataku tak lepas dari tingkahmu yang susah ditebak.
"Aku malu, isinya random dan tak ada bagus-bagusnya.."
"Kata siapa?" Sergahku cepat. Â Kamu hanya diam. Â Sementara langit seperti menangkap doa-doa, menjelmakan baris-baris tulisanmu dalam rangkulan awan yang berkumpul gelap dan cepat, lalu pecah menyebarkan bulir-bulir bening ke permukaan bumi. Â Sementara kita hanya menyaksikannya dalam pelukan yang tak putus semenjak senja kemarin, sampai pagi pun telah meninggi.
"Mas.." tiba-tiba saja kamu tersenyum .. "Aku sayang kamu.." Â Sambungmu tak lama kemudian.
Aku hanya bisa membalas ucapanmu dengan mengeratkan dekap dan menyisipkan kedua telapak tanganmu ke dalam  kedua telapak tanganku yang menangkup.
"Aku, lebih dari itu" Kataku beberapa detik kemudian, dan beberapa jenak kemudian waktu hanya berisikan suara hujan yang semakin menderas, ruangan yang semakin manghangat, dan diam yang menjadi penguasa.
.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H