mati-matian aku menyusun kalimat serapi mungkin
hanya untuk mengesankanmu waktu itu,
yang katanya diam-diam merindu
tapi tertengok sejenakpun tidak
cara pandangmu terhadap hidup
dan segala kekhawatiran yang melingkupinya
adalah sejumput luka yang kau nikmati dan tak pernah aku pahami
tapi: cukup aku, katamu - dan
"kamu tak perlu apa-apa selain berlalu,Â
dan lupakan bertahun yang dahulu"
lalu dedaun ficus yang jatuh
menghelai di dekat kaki kita menjejak beton tua
dan tawa malu-malu, serta bola mata yang berlarian menghindar
cukup beberapa menit,
merubah rekah yang mulai berubah dari kuncup
untuk kembali membatu dan hening
susah-payah aku menyusun kalimat sebagus mungkin
untuk bercerita dan luruh sesat dalam kabut
hanya untuk mendengar sepotong ceritamu yang tak pernah utuh