Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sepeda adalah Ujian Menahan Hawa Napsu

9 Januari 2023   18:12 Diperbarui: 9 Januari 2023   18:33 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya juga terkait hobi, selalu ada kesenangan dan resiko yang menyertainya.  Kesenangan karena biasanya terkait dengan ketenangan pikiran saat menggeluti objek yang menjadi hobi.  

Risiko karena mau tidak mau pasti melibatkan jiwa, raga, pikiran dan keuangan tentu saja.  Nah, biasanya di bagian terakhir inilah yang menjadi persoalan, terutama bagi penggiat hobi yang telah berkeluarga.  

Tentu tidak termasuk dalam golongan ini bagi yang anggaran keuangan keluarganya tak memerlukan skala prioritas, meski konon yang budgetnya tak terbatas pun seringkali menerima pertanyaan-pertanyaan dari pasangan hidupnya terkait hobi yang ditekuninya.

Sepedaan adalah salah satu hobi yang terkait dengan olahraga, selalu ada alasan untuk menambah bagian dari sepeda untuk kenyamanan penggunanya.  Ada beberapa orang yang tak sekedar menambah spare part, tapi malah menambah jumlah armadanya.  

Seperti seorang kawan yang bercerita tentang keluhan istrinya, karena nyaris tidak ada lagi tempat untuk parkir sepedanya yang jumahnya telah mencapai 30 unit dari berbagai jenis, dari sepeda gunung sampai sepeda lipat ada.  

Padahal menurut info rumahnya sudah sedemikian luas, dan konon budget bukanlah masalah dalam masalah hobinya itu.  Tapi meletakkan puluhan sepeda berbahan metal tetaplah perlu area yang cukup luas.

Jadi, godaan pertama adalah hasrat ingn  nambah lagi.  Selalu saja alasan untuk menambah jumlah sepeda, dari segi jumlah tentu saja yang bisa jadi dengan alasan tak punya jenis ini itu, atau merk ini itu.  

Misal kudu punya jenis roadbike, MTB, sepeda lipat, single speed, sepeda berkeranjang, sesuai keperluan.  Jadi perjalanan menyesuaikan dengan jenis sepeda yang ada,err itu saya sih *ups

Godaan lain adalah keinginan untuk upgrade.  Bisa peningkatan seri sepeda atau peningkatan spare part yang digunakan.  Apalagi memang terbukti spare part yang serinya lebih tinggi dan lebih mahal biasanya lebih kuat, lebih awet dan lebih nyaman saat di jalan.  

Walau ada juga beberapa pesepeda yang upgrade cuma dengan alasan supaya lebih keren atau keikut-ikutan kawan yang partnya lebih bagus. Ya namanya juga godaan.  Selalu saja ada alasan untuk upgrade katanya.

Masalah turunan dari masalah upgrade dan penambahan jumlah adalah jika pesepeda tak bisa menentukan skala prioritas.  Mana yang harus didahulukan, mana yang memang tak diperlukan.  

Tapi kadangkala kalap mata, apalagi saat-saat diskon di market place maupun di toko suku cadang sepeda.  Beda sedikit harga jadi tergoda, akibatnya lupa lagi dengan prioritas.  

Sudah gitu, limbah alias part yang sudah keburu di upgrade jadi memenuhi gudang.  Tentu saja ini tak berpengaruh dengan pesepda yang tak mikirin budget samal sekali.

Puncak dari segala godaan akibat benda bernama sepeda itu adalah sesuatu yang bernama khilaf, namanya godaan itu pasangannya ya khilaf.  Akibat tak bisa menahan hasrat saat melihat-lihat koleksi kawan, melihat di grup pesepeda di facebook, melihat diskon, menonton youtube dan apapun sumber kekhilafan.  

Sampai-sampai pehobi apapun jika melihat kesempatan untuk menambah koleksinya pasti berkilah bahwa : lebih baik menyesal membeli daripada menyesal tidak membeli.  Duh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun