Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersepeda 27 Kilometer Menuju Kantor

27 Desember 2022   12:02 Diperbarui: 27 Desember 2022   12:24 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi pagi, rasanya kok agak malas ke kantor naik sepeda motor seperti biasanya, akhirnya setelah berpikir cukup lama, memutuskan untuk pakai sepeda saja.  Setelah niat ditetapkan, giliran memikirkan sebaiknya memakai sepeda yang mana yang pas untuk medan jalanan yang cukup naik turun dan ada beberapa bagian jalan yang becek dan berair.   

Akhirnya memutuskan menggunakan sepeda merah, satu-satunya yang punya slebor alias spatbor alias fender untuk menahan cipratan air di jalan, kebetulan tadi malam hujan jadinya pasti ada ruas jalan yang cukup basah.

Start pukul 07.32 pagi, mengayuh pelan dari rumah, lurus ke utara sampai ketemu pertigaan lampu merah, satu dari dua lampu merah yang ada di kota kecil ini, setelah lampu setopan berubah hijau langsung belok kanan ke arah timur.  Sesampainya di tengah kota, tepatnya di depan Minggu Raya, tempat adanya taman kota dan kalau lurus ke utara itu menuju ke arah alun-alun alias lapangan Murjani dan kantor Walikota.  Sekeliling lapangan Murjani sebagian besar adalah perkantoran Pemerintah Kota Banjarbaru. 

Ada satu spot foto yang selalu menggoda untuk memajang sepeda di situ untuk kemudian memotonya, kebetulan langit pagi ini sangat bersahabat, tidak panas tapi juga tidak ada pertanda akan turun hujan.

depan minggu raya |dokpri
depan minggu raya |dokpri

Setelah mampir sejenak, meneruskan lagi perjalanan ke arah timur, melewati Dinas Peternakan Provinsi, Polres dan kampus Universitas Lambung Mangkurat tempat kuliah waktu S1 dulu, lurus sampai bertemu simpang empat yang mana jika terus lurus itu menuju kantor, ke kanan atau ke selatan menuju Kabupaten Tanah Laut, ke kiri alias utara adalah menuju kantor lama dan kantor Bupati Banjar.  Jadi lurus saja lah.  Perjalanan baru sekitar 5 km, masih sekitar 22 km lagi.

simpang 4 Banjarbaru | dokpri
simpang 4 Banjarbaru | dokpri

Melewati bundaran simpang empat, perjalanan lurus lagi ke arah timur, melewati Malvinas Camp, kos saya dulu.  Melewati kantor Telkom tempat dulu sering malam-malam ke situ, demi diskon interlokal kala menelpon pacar, terus sampai ketemu tanjakan kantor kehutanan yang di seberang jalannya adalah tempat mangkalnya penjual durian.  Tadi pagi sudah ada satu dua lapak yang buka.

Biasanya beberapa ratus meter dari situ mampir indomaret untuk melepas lelah sekalian membeli air minum, tapi karena ada janji jam 9 dengan orang dari kantor lain, terpaksa berhenti ditunda.  Terus saja sampai akhirnya singgah di warung pinggir jalan tak seberapa jauh dari markas Batalyon Infanteri 623.

Sebenarnya dari simpang empat itu tidak persis ke arah timur sih tapi lebih condong ke tenggara.  Dari situ lurus saja sampai bertemu pertigaan lagi.  Kalau ke kiri itu ke Kecamatan Karang Intan dan bisa terus sampai kembali ke Martapura, kalau ke kanan menuju kantor yang masih sekitar 27 km lagi.

pertigaan padang panjang | dokpri
pertigaan padang panjang | dokpri

Dari pertigaan itu jalanan sedikit rolling, sedikit naik turun dan sekitar 5 km dari itu sampailah di persimpangan lagi.  Pertigaan tepatnya, jika ke kanan itu menuju Tahura Sultan Adam, destinasi sepeda tempat iseng mencari tanjakan di hari sabtu, bisa pula ke arah Kiram tempat penyelenggaraan MTQ Nasional ke 29 di bulan Oktober silam.

Tapi dari persimpangan itu, lurus saja menuju kantor, yang masih 9 kilometer lagi.

difoto dari arah sebaliknya | dokpri
difoto dari arah sebaliknya | dokpri

Nah, sekitar 4 kilometer dari pertigaan tersebut, yang jalannya sudah lumayan sering naik turunnya, sampailah di titik jalan yang sering membuat malas saat ke kantor.  Soalnya di titik tersebut ada terdapat persimpangan tempat keluar masuk mobil truk yang mengangkut galian C berupa batu gunung untuk bahan fondasi bangunan.

Jalan sedikit rusak dan yang jelas sering becek karena lewat truk yang bannya membawa tanah dari galian, hal yang sebenarnya membuat bingung, bagaimana bisa pertambangan bisa terus berlangsung, sementara rasanya daerah itu sudah masuk kawasan tahura yang harusnya dilindungi.

jalan yang hedeh | dokpri
jalan yang hedeh | dokpri

Tak peduli motor, mobil ataupun sepeda, bisa dipastikan pasti akan kotor saat melewati titik jalan itu, menyebalkan memang.  Saat musim tidak hujan pun, selalu ada mobil tangki yang rajin menyiram jalanan sekitar situ, konon katanya supaya debunya tak mengganggu warga sekitar situ.  Tapi kan jalanan jadi becek dan jadi genangan lumpur.

Tak begitu jaduh dari situ, ketemu pertigaan dan jembatan yang rencananya tembus ke Kabupaten Tanah Bumbu, dari situ sudah memasuki wilayah hutan lindung, dan lagi-lagi ada perusahaan tambang galian C yang beroperasi dan mulai merusak bukit sekitar situ.  Lagi-lagi cuma bisa bingung kenapa hutan lindung bisa ada pembiaran pengrusakan alam begitu?

jembatan kotor | dokpri
jembatan kotor | dokpri

Padahal jembatan itu belum berapa lama dibangun, entah berapa lama nantinya akan bertahan jika setiap hari ada ratusan truk  yang lalu lalang melewatinya.  Enak benar ya pengusaha tambang itu, merusak alam, dapat duit, tanpa peduli lingkungan sekitar.  Apalagi di bawah jembatan itu sungai yang mengalirkan air bersih dari waduk dan gunung sekitar situ, dan ada banyak tambak ikan warga sekitar.

Tapi saya cuma bisa berhenti sebenatr di situ, tidak menyeberangi jembatan ke utara tapi kembali ke arah timur.  Melewati beberapa tanjakan sampai ketemu rambu jalan bergambar sapi yang selalu berhasil membuat bingung, soalnya warga sekitar situ banyak yang beternak ikan, bukannya sapi.

rambu sapi | dokpri
rambu sapi | dokpri

Sekitar dua kilometer dari spot foto yang menurut saya langka, unik dan menarik itu, akhirnya memasuki wilayah Kecamatan Aranio.  Melewati tempat wisata Tambela punya PLN, melewati SMP 1 Aranio dan akhirnya tiba juga di kantor sekitar jam 09.14.  Nyaris dua jam rupanya waktu tempuh dengan menggunakan sepeda besi dan keranjang depan yang berisi tools dan baju kerja tentu saja.

Tak lama sampai kantor, tiba pula rekan-rekan dari kantor Inspektorat sesuai janji.  Syukurlah akhirnya bisa menepati janji, namun tentu saja saya kudu buru-buru minta ijin ganti baju dulu, maklum masih pakai celana pendek.  Semoga mereka juga bisa memaklumi saya yang masih keringatan. Duh.

akhirnya sampai juga | dokpri
akhirnya sampai juga | dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun