Saat memberikan tugas ataupun pada soal ujian tengah semester pada mahasiswa, biasanya saya beri satu soal khusus, yaitu kritik sebebas-bebasnya atas proses belajar mengajar yang berlangsung pada mata kuliah yang diampu. Â Tentu saja biar praktis tugas tersebut diberikan secara daring melalui isian yang harus dilengkapi dalam jangka waktu tertentu.
Setelah membaca semua jawaban atas soal ujian tengah semester barusan, termasuk beberapa kritik terkait proses pembelajaran selama kuliah berlangsung ada beberapa poin yang menarik, dan tentu saja langsung ditanggapi saat perkuliahan berikutnya di depan kelas.
Yang pertama adalah beberapa kritik atas cara penyampaian materi yang menurut mereka kurang interaktif. Â Mungkin memang cara interaksi pengajar dengan mahasiswa yang perlu lebih diperbaiki lagi, maksudnya saya sendiri tentu saja. Â Walau akhirnya saya mengingatkan kembali pada mereka, biasanya setiap satu beberpa sesi materi pasti berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya. Â Sekalian saya iseng kasih kesempatan saat itu juga, untuk bertanya. Dan semuanya pada senyum-senyum saja tak ada yang melemparkan pertanyaan.
Kritik yang kedua adalah ada beberapa orang yang mengeluhkan suara saya yang kurang terdengar sampai ke ujung, kebetulan kelas semester ini mahasiswanya cukup banyak, ditambah tak pakai mikrofon sebagai alat bantu. Â Kemudian terkait hal tersebut ada pula yang mengeluhkan ketidaktegasan saya menindak teman-temannya yang suka ribut sendiri di belakang.
Menanggapi hal tersebut, terpaksa dijawab dengan sedikit curhat. Bahwa hal tersebut mirip dengan yang saya alami saat menjadi mahasiswa, yaitu saat seringkali termasuk anggota klub kabel: klub anak belakang yang kadang suka rame dan ribut sendiri pada saat perkuliahan berlangsung. Â Saya bilang saja bahwa mereka itu adalah mahasiswa, yang harusnya bisa mentertibkan diri sendiri, tak usah ditegur keras juga seperti saat masih menjadi siswa sekolah.
Kemudian mengatakan bahwa rasanya suara saya cukup keras, cuma tertutupi oleh anak kabel yang entah meributkan dan menggumamkan apa sehingga seperti mendengar suara dengungan lebah, jadi kalau ingin mendengar suara pengajar dengan jelas, silakan kurangi saja ribut-ributnya. Â Ajaib, saat dibilang seperti itu, kelas menjadi cukup hening. Â Walau sebentar kemudian sedikit ramai lagi hehe.
Begitulah, kalau menegur mereka yang ribut secara langsung, kok ya rasanya menegur diri sendiri semasa dulu, yang entah diskusi apa dengan teman seangkatan sewaktu kuliah dulu, sementara dosen juga sibuk menerangkan materi di depan. Â Diam-diam kagum juga dengan beberapa mahasiswa yang rajin menyimak di barisan depan, walau terkadang beberapa orang protes tatkala ada materi yang diambil dari bahasa asing aslinya.
Kalau untuk kritik terakhir, saya bilang itulah tujuannya belajar, dan kita sama-sama belajar, apalagi memang ada beberapa materi yang tidak begitu pas saat dicari padanan kata dan kalimatnya. Â
Tatkala menyampaikan materi kuliah, memang terkadang adalah sebuah seni tersendiri untuk menyederhanakan gaya bahasa yang ada di dalam teori dan buku materi ajar agar dipahami dengan mudah. Â Makanya itulah selalu menarik untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memberikan kritik, membacanya dan membahasnya secara bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H