Berapa lama sudah kata bernama 'kita' usai? Â Sapta? Astha? Sejak hujan luruh di teras rumahmu, berlarik-larik menggenangi tanah yang hijau dengan segala macam tanaman. Â
Sementara dirimu tenang dalam genggaman, setelah menyajikan teh panas dalam cangkir kaleng yang masih mengepul asap, di atas meja dari kayu nangka. Â Hanya menikmati tetesan air yang ramai dan tak jua mereda, hingga menggoda pelukan untuk merapat erat.
"Kamu, sudah lama?" Tanyamu lagi.
"Kamu mikirin apa" Â Balasku sambil tersenyum.
"Maksudnya?"
"Itu pertanyaanmu saat pertama datang tadi"
Dirimu menunduk, wajahmu memerah. Â Sedikit salah tingkah, tapi seperti biasa, hal-hal seperti itu dengan mudah kau tutupi dengan permintaan sederhana.
"Kita, nonton aja, yuk"
'Tuh, kan..' Â Tapi toh aku cuma bisa mengangguk saja. Â Dan tibatiba dirimu berdiri, menarik tanganku, kembali mengajak dengan kedua matamu.
Aku cuma berguman singkat "Iya.."
..
Aku berdiri, mengerjapkan mata dan dirimu meruap hilang, hangat tanganmu hanyalah kenangan astha, kotamu  kembali berbalut gerimis, dingin. Hangatmu mengabur, menguap melewati ruang luas waktu.
16.14 sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H