Saat mengantar motor ke bengkel punya kawan, yang jaraknya sekitar 6 km dari pertigaan jalan besar menuju rumah, kepikiran untuk pulang naik angkutan umum alih-alih memanggil ojek online.
Akhirnya jalan kaki dari bengkel di gang ke depan, ke pinggir jalan raya, tepat samping Polres. Â Setelah menunggu sekitar 5 menit akhirnya ada juga taksi hijau yang lewat. Â Di sini taksi adalah sebutan untuk mobil angkutan umum-apapun selain bis, sedangkan hijau untuk warna angkotnya.
Angkot alias angkutan perkotaan yang warnanya hijau tua itu melayani trayek Liang Anggang-Pasar Martapura yang jaraknya sekitar 20 km, walau biasanya ada yang muter balik sesampai pasar Landasan Ulin yang jaraknya setengah trayek penuh.
Berhubung tempat saya menyetop angkot dengan cara klasik yaitu melambaikan tangan, tak seberapa jauh dari ujung trayek yaitu Pasar Martapura, maka rupanya saya penumpang awal seorang diri. Â
Taksi hijau tentu saja aslinya adalah Suzuki Carry, yang cukup handal dan irit untuk jarak yang cukup jauh, jalannya pun dengan kecepatan sedang, sekitar 40-50 km per jam sepertinya, sempat kasihan jangan-jangan nanti sampai pertigaan penumpangnya cuma saya sendiri.
Tapi rupanya rejeki tak bakal kemana, pak supirnya juga tenang-tenang saja mengemudi dengan stabil. Â Sampai akhirnya penumpang kedua masuk dekat samsat, menyusul seorang anak muda sebagai penumpang ketiga menyetop taksi di dekat mall, itu artinya sudah memasuki Kota Banjarbaru. Â Lalu dua penumpang lagi naik di dekat Pizza Hut, dan satu lagi bapak-bapak naik di depan Jl. Kemuning, dekat pasar lama.
Syukurlah akhirnya ada total 6 penumpang yang naik angkot, sebelum akhirnya satu orang turun di sekitar depan polsek dan saya akhirnya pun turun di dekat lampu merah, tak terasa sekitar dua puluh menit dihabiskan dalam angkot.
Ongkosnya sesuai tarif di pintu penumpang, adalah tujuh ribu untuk jarak dekat, tapi karena tidak ada kembalian, tidak apa-apa dikasih sepuluh ribu. Â Itu juga juga sedikit lebih murah dibanding naik ojek online.
Perasaan khawatir akan taksi hijau alias angkot yang sepi penumpang sore ini rupanya tak terbukti, ya mudah-mudahan saja mereka tetap eksis, paing tidak membantu bagi masyarakat yang belum punya kendaraan pribadi dan tidak akrab dengan angkutan online.
Rupanya selalu ada celah untuk mencari rejeki, walaupun sekilas terlihat agak susah di jaman sekarang ini. Â Sungguh perjalanan yang cukup menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H