Sewaktu SMP, saya dan teman sebangku eh semeja dan sebelahan bangku sering melakukan permainan yang rada aneh, kami memainkan hal yang tak pernah tidak berhasil dilakukan. Â Namanya jaman dulu ada saja ide absurd yang tercipta untuk hiburan.
Permainannya sederhana, kami berhadap-hadapan, sama-sama duduk tenang, ya adakalanya juga tak harus begitu, bisa juga spontan dilakukan sekonyong-konyong saja. Â Salah satu dari kami mengucapkan satu kata : gatal!
Entah bagaimana caranya, hal tersebut akan terbukti, pelan-pelan ada suatu titik random di tubuh yang akan terasa gatal, betapapun pikiran dialihkan, selalu saja gagal. Â
Rasa gatal yang menggoda untuk melakukan aktifitas garuk menggaruk akan muncul dan makin lama titik gatalnya bakal semakin bertambah.
Makanya terkadang sebal juga pas sedang tenang di kelas, tiba-tiba dia bilang kata sakti itu: gatal! Â Walau seringkali saya juga membalasnya. Â Permainan yang aneh sih, ya.
Sampai lambat laun saya baru mengerti kalau itu namanya sugesti, segala yang dirasakan dengan pancar indera, paling sering hal yang didengarkan telinga dan dilihat dengan mata diam-diam mempengaruhi alam bawah sadar untuk melakukan hal lain.
Paling payah sekarang pas nonton acara youtube yang isinya tentang makan-makan, tak lama pasti perut ikutan lapar minta diisi makanan. Â
Untunglah tidak terlalu lapar mata juga menginginkan bujukan-bujukan iklan yang ramai bertebaran.  Walau beberapakali luluh oleh sugesti pariwara yang sepertinya logis dan menyenangkan jika memiliki barang yang diiklankan.
Sugesti tentu saja lebih sering digunakan untuk hal-hal yang baik dan positif walau terkadang juga disalahgunakan orang lain untuk penipuan. Â Namanya juga seni mempengaruhi orang lain.
Paling bagus sih, mensugesti diri untuk segera bangun dari tempat tidur, cari sarapan bubur ayam sambil sepedaan, menikmati segarnya udara pagi sambil menikmati jalanan yang masih sejuk.
Tapi rupanya pagi ini saya sendiri gagal bikin sugesti untuk diri sendiri karena matahari sedang malas memperlihatkan diri dan bujukan posisi mager juga membuat malas untuk beranjak.Â
Duh. Â Ini contoh yang tak bagus, jangan ditiru.
Etapi ada sisi positifnya sih, saya jadi bisa menuliskan hal ini di sini, sembari membuat rencana untuk sarapan bubur cakwe dekat rumah sebentar lagi, semoga kali ini saya berhasil mensugesti diri saya untuk itu. Semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H