Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warung Kecil 24 Jam

26 November 2022   18:22 Diperbarui: 26 November 2022   18:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu saya kos di Malvinas Camp beberapa tahun silam.  Iya dulu itu nyaris setiap kos ada namanya, kalaupun tidak ada tulisan nama terpampang pasti ada embel-embel nama pemilik kos, misalkan Kos Pak Atmo begitu.

Namanya anak kos, apalagi mahasiswa lak-laki, jarang ada yang punya stok makanan berlebih.  Palingan kalau ada juga terbatas pada beberapa biji telor ayam dan beberapa bungkus mie goreng.  

Itupun berhubung masa-masanya sibuk selain kuliah, ikutan pencinta alam, praktek, beladiri, menyeleksi adik angkatan untuk didekati dan bermacam kegiatan lainnya yang tak ada hubungannya dengan perkuliahan, seringkali justru lupa saat kembali ke kos menemukan kenyataan bahwa stok makanan telah habis.

Untungnya dulu sekitar dua ratus meter dari kos, ada warung kecil, paling sekitar dua kali satu setengah meter, tapi nyatanya koleksi dagangannya cukup lengkap.  Mie goreng, telor, odol, rokok, sandal jepit dan keperluan standar anak kos cukup lengkap.  Bahkan saya masih ingat pernah membeli obat gigi sewaktu nyeri gigi berlubang sudah tak tertahankan, dan ada pula dijual di situ.

Seingat saya pemilik dagangan adalah seorang bapak tua, yang nyaris tak pernah tersenyum, mata yang terkadang terlihat agak memerah.  Saya juga tak tahu persis kapan beliau mulai berdagang di situ, rasanya saat awal masuk kuliah warung itu sudah ada di dekat perempatan.

Warung kecil itu buka 24 jam, dan tentu sangat membantu kami yang terkadang suka kelaparan malam-malam namun kehabisan bahan makanan, sementara warung-warung lainnya tentu saja telah tutup.  Entah bagaimana beliau mengatur waktunya, mungkin bergantian dengan istrinya.

Beberapa bulan yang lalu, saat terpaksa pulang malam-malam, ternyata di pinggir jalan masih ada warung seperti itu, jualan juga mie goreng, snack, akua dan bbm. Saya pikir di kota kecil ataupun besar, pasti ada saja warung kecil seperti itu yang buka, mereka memiliki pangsa pasarnya sendiri.  Mencari rejeki di saat yang sunyi, tapi toh yang namanya rejeki pasti tak bakal lari.

Walaupun mungkin skarang ada minimarket modern yang juga buka 24 jam, tapi tetap saja kehadiran warung-warung kecil itu sepertinya masih bisa hidup dan juga diperlukan oleh pelanggannya. Lagian paling tidak, cuma di warung kecil itu yang seringkali menjual rokok batangan, hal eksklusif yang tak dijual di warung jenis manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun