Tadi pagi-pagi sepedaan sedikit, rencananya menyambangi bengkel motor om Jejes, sepeda motor saya sedang rawat inap di sana. Â Om Jejes ini konon inderanya sudah terasah kalau ada masalah dengan sepeda motor, konon cukup merem sambil mendengarkan bunyi motor yang hidupkan, dia bisa mendeteksi kalau ada kerusakan yang terjadi pada mesin.
Walaupun katanya inderanya lebih sensitif terhadap motor empat tak, tapi nyatanya kemarin dia memberikan diagnosis yang cukup mujarab terhadap motor dua tak punya saya. Â Kerusakan yang dia deteksi berbeda dengan hasil penerawangan beberapa bengkel dan kawan.
Karena tiap hari mainannya adalah motor rusak dan tempat main skaligus kerjanya adalah bengkel alias workshop yang ada di halaman rumahnya sendiri, tak heran kalau akhirnya lambat laun inderanya terasah semakin tajam.
Tapi rencana menengok motor itu batal, ujug-ujug saya berbelok ke bengkel sepeda tanpa motor, itu karena merasa sepeda lipat yang sedang saya pakai rasanya semakin tidak enak. Â Rasa tidak nyaman itu sudah terasa semenjak dua minggu yang lalu, saat dibawa ke kantor dan pulangnya terasa berat, apalagi pas di tanjakan.
Saya menduga ada kerusakan di bottom bracket atau biasa disingkat dengan BB, bagian sepeda yang letaknya di tengah bawah yang menjadi poros penyambung crank alias gir depan. Â Soanya tak mungkin ada kerusakan freehub yaitu poros roda belakang, soalnya baru diganti bulan kemarin.
Saat minta cek  di bengkel sepeda punya om Jaman, ternyata benar dugaan saya, ada masalah di BB jadi aja sekalian minta diganti.  Walau sebenarnya bisa saja mengganti sendiri tapi selain perlu second opinion, kebetulan peralatan di rumah kurang lengkap dan tidak ada spare part pengganti.
Terkadang ada untung dan ruginya juga punya inder yang cukup terasah terhadap sesuatu.  Misalkan barusan merasakan ada kesalahan pada sepeda, pasti akan terasa saat di jalan, walaupun sedikit, perbedaan feel akan terasa.  Itu untungnya.  Ruginya adalah merasa gelisah dan ingin cepat-cepat memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi.
Beda saat awal-awal bersepeda lagi, saya tak peduli dengan seting yang pas dan spare part yang nyaman, tahunya genjot saja terus. Â Soalnya indera belum sensitif terhadap kenyamanan terhadap body. Â Kalau sekarang posisi sadel kurang pas saja bikin perjalanan jadi kurang nyaman, jadi harus cukup presisi dalam hal seting sepeda.
Tak hanya terkait sepeda dan motor saja tentu, seiring waktu panca indera kita pun jika sering digunakan dan diasah layaknya pisau, pasti akan mendeteksi jika ada kesalahan atau ketidakwajaran yang terjadi di sekeliling kita. Â Semakin dipergunakan dan dipelajari, indera kita akan semakin tajam. Â Bahkan mungkin hanya dengan berdiam tenang, hal-hal yang menyenangkan ataupun tidak di sekitar kita akan terasa dengan cepat. Â Jadinya, cepat pula bisa mengambil langkah untuk mengantisipasinya.
Demikianlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H