Sempat tadi melontarkan ide untuk membuat saja pakan sendiri, walau sedikit repot, tapi bisa menekan biaya produksi. Â Apalagi jika bisa diwujudkan pasti bisa membantu para peternak ikan yang cukup banyak dengan total karamba sekitar seribu lebih, termasuk pemilik karamba di sekitar waduk PLTA Riam Kanan.
Itu baru dari segi biaya produksi, belum lagi terkait penurunan produksi ikan yang diakibatkan kualitas air yang sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan. Â Hal yang utamanya dipengaruhi oleh populasi ikan itu sendiri serta pola karamba yang jumlahnya kian padat serta ditambah kualitas air sungai dan waduk yang harus diteliti lebih lanjut.
Penambangan galian C di sekitar sungai juga secara tidak langsung kemungkinan akan mempengaruhi kualitas air sungai. Â Air yang mengalir dari perbukitan sekitar sungai yang ditambang pasti akan mengarah langsung ke sungai, tanpa ada filter dari pepohonan yang sebagian sudah hilang berganti pemandangan mengerikan dari permukaan bukit yang terbuka dan terluka menganga.
Terkadang membingungkan kenapa bisa ada tambang di wilayah yang seharusnya masuk kawasan hutan lindung, ingin mempertanyakan kepada pihak berwenang tapi belum punya keberanian karena pasti ada kepentingan.
Dua tahun silam, pernah ada kejadian ribuan ikan di karamba mati secara serentak, pemerintah setempat dan instansi terkait jelas saja dibuat kelabakan. Â Belakangan terungkap bahwa penyebabnya adalah bakteri dan kadar oksigen yang di bawah ambang batas. Â
Sepertinya memang regulasi dan kebijakan terkait budidaya ikan harus diperketat lagi, tentu saja hal tersebut perlu kordinasi antar pihak, takutnya nanti populasi ikan di sungai semakin banyak, berakibat bukan saja pada kualitas air sungai dan produksi ikan, tapi juga berpengaruh pada perekonomian warga yang menggantungkan hidupnya pada peternakan ikan.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H