Tapi tetap saja kertas-kertas itu masih diperlukan, menyedihkan kadang melihat penggunaan kertas yang seringkali cukup boros.
Kemarin malah mengalami kejadian yang lucu, data yang dimasukkan ke dalam aplikasi, bisa disimpan dalam bentuk file pdf. Sudah cukup kan melihat file itu dan dibuka pakai komputer.Â
Instansi induk yang mengelola data tersebut, mengirimkan rekapitulasi data tersebut ke kantor yang menginput data. Terus dminta untuk dicetak, lalu dikirim ulang ke instansi yang mengirimkan data tersebut.
Logikanya jadi membingungkan, data yang sudah mereka miliki, untuk apa lagi dikirimkan cuma sekedar untuk dicetak dan dikirimkan lagi.
Seringkali begitu, meminta data berbentuk softcopy dan print out, katanya. Padahal itu data yang sama. Intinya 'kan mengolah data, bukan mengolah kertas.
Sepertinya belum banyak yang paham makna penggunaan aplikasi dalam pekerjaan, terkadang ada beberapa data yang sebenarnya cukup mudah diolah dengan aplikasi sederhana seperti excell dan word.
Item-item data yang seharusnya dengan mudah dikerjakan malah menjadi rumit dan sulit karena harus dimasukan satu per satu ke kolom yang disediakan.
Apa memang jargon kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah itu, malah menjadi paradoks dari penggunaan teknologi yang seharusnya membuat mudah dan ringkas segala sesuatu yang rumit dan sulit.
Semoga saja nanti benar-benar ada kebijakan untuk mempergunakan aplikasi yang ringkas dan mempermudah pekerjaan, tak lagi berlomba-lomba membuat aplikasi yang mempersulit dan kurang berfaedah.Â
Hal tersebut akan lebih mudah jika pengambil keputsan mengerti hakikat dari penggunaan aplikasi dan kaitannya dengan data.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H