Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengapa Merasa sebagai Umbi?

13 Oktober 2022   16:15 Diperbarui: 13 Oktober 2022   16:16 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.. beberapa karyawan (baru) mengidentifikasi dirinya sebagai umbi, yang sebenarnya entah karena merasa sebagai bagian yang berguna dari tanaman akan tetapi posisinya terpendam di dalam tanah dan tak terperhatikan. Mungkin pula dipacu oleh kondisi kantor dan atasan yang tidak membiarkan dirinya berkembang sehinggaa merasa jadi bagian akar yang bangking (tak berkembang dan cenderung tak berguna).

Padahal kalau mengerti akan arti sebuah sistem, khususnya di dalam sebuah kantor, tak ada yang tak berguna.  Semuanya punya porsi masing-masing sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya.  Atau mungkin merasa ada kesenjangan antara kekuasaan untuk memberi perintah dan keterpaksaan untuk mematuhinya.  Nyatanya semua bekerja sesuai dengan hirarkinya, dan tak ada yang bisa berjalan sendiri-sendiri.

Beda hal jika tak puas dengan kondisi bekerja, yang mungkin tidak sesuai dengan kehandak dan nurani.  Atau punya ambisi agar cepat mendapatkan posisi puncak, oh itu sih perlu proses tentu saja.

Memang ada kawan yang berkeluh kesah, tentang atasan yang maunya tahu beres, main perintah tak kenal waktu.  Apa-apa diserahkan pada dirinya.  Sampai-sampai ada yang berkilah "mending dianggap tak punya kemampuan dan keahlian, biar tak disuruh-suruh aja".  

Hey kawan.  Sekali lagi kerja perlu proses, memang kudu sabar dan perlu waktu.  Jikalau ada proses yang keterlaluan dan membuat pusing, komunikasikanlah. Tak perlu juga merasa kemampuan hanya perlu untuk disimpan, tak perlu diperlihatkan biar tak disuruh-suruh melulu.

Anggap saja itu penghargaan atas kemampauan yang dirimu miliki yang tak dimiliki orang lain.  Sesekali membantu atasan atau kawan atau siapapun ya tak mengapa. Toh kerja juga tidaklah gratis.  Kalau merasa berlebihan, ya sekali lagi komunikasikan.  Belajar ngobrol, ngomong, diskusi. Jangan cuma bisa ngedumel di belakang, lalu merasa diri sebagai truffle,  umbi langka yang harganya mahal dan tak semua orang bisa menemukan dan mengkonsumsinya.

Walau anggapan itu pun salah, truffle nyatanya adalah jamur, walau letaknya di dalam tanah.

Jangan-jangan yang merasa dirinya umbi di dunia kerja, salah mengidentifikasi dirinya, yang padahal adalah jamur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun