Ada beberapa penulis favorit saya, yang setiap tulisan-tulisannya berhasil membuat saya penasaran, walaupun berjenis fiksi tapi nyatanya tempat dan lokasi latar belakang cerita adalah nyata, terkadang alur ceritanya toh berdasarkan pengalaman penulisnya sendiri.
Jadi bagaimanapun apa yang mereka gambarkan di buku terasa nyata emosinya, dan membuat saya terpikat sehingga meniatkan diri untuk mewujudkan mimpi mengunjungi tempat yang menjadi latar belakang kisah-kisah yang mereka buat.
Paling tidak, ada tiga tempat yang sedari dulu mengganggu benak saya, menggugah rasa penasaran untuk merasakan sensasi tempat yang digambarkan cukup jelas di dalam buku-buku.
Kota ini menjadi latar belakang sebagian kisah Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG, tentang tiga anak kembar yang ditinggalkan ibunya sejak lahir dan dibesarkan oleh ayahnya yang cuma mau dipanggil dengan namanya saja: Rana.Â
Nyaris semua tempat dan ruas jalan di ibukota Lampung itu digambarkan dengan cukup detil sehingga sejak saya ajtuh cinta saay pertama kali membaca cerita bersambungnya di majalah Hai di era tahun 90-an, saya sudah mengimpikan bisa berjalan-jalan di kota itu pada suatu saat.
Akhirnya impian saya terwujud di tahun 2019, saat ada kerjasama pekerjaan dengan Universitas Lampung.Â
Tak terbayangkan senangnya saya bias menjelajahi ruas jalan Raden Intan, menyusuri daerah Pasir Gintung, ke jalan Manggis, menengok keramaian Pasar Bawah sampai mengelilingi komplek Way Halim.Â
Berjalan entah berapa kilometer pun di siang hari saya jabanin dengan senang hati, sampai-sampai saya menginao di hotel Marcopolo yang mengingatkan saya pada satu scene di ceritanya bubin.
Beberapa tahun sebelumnya, saya juga sempat tersenyum lebar saat tak sengaja menemukan ruas jalan Cijagra kala pelatihan di kota Bandung, hanya gara-gara nama tempat itu menjadi destinasi 'Ra dan Kekes, tokoh dalam cerita Anak-anak Mama Alin saat jalan-jalan ke kota itu.
2. Kampung Krapyak, Semarang
Kampung ini muncul dalam serial Noni karya bung Smas, kisah tentang anak cewek cerdas berambut seperti Lady Di berkelakuan layaknya detektif cilik dan saling membantu dengan Godek, bromocorah buronan polisi yang sebenarnya difitnah dan malah membantu memberantas kejahatan.
Jalan-jalan di sekitar kampung Krapyak digambarkan dengan jelas di serial Noni, bahkan arah dan kontur jalan yang uniknya diberi nama raja monyet yaitu Subali.Â
Tempat itu pun akhirnya bisa saya kunjungi waktu dinas ke Semarang beberapa tahun silam. Sengaja menyempatkan waktu sebelum take off demi napak tilas ke kampungnya Noni.
Ternyata posisi jalan yang ada di situ sama persis dengan yang digambarkan di novelnya. Saya sampai bisa membayangkan dulu posisi rumah Noni dan bu dokter ada di mana, juga di mana Noni biasa menunggu angkot sampai tempat dia bersepeda di Subali Makam.Â
Sempat-sempatnya saya foto di gerbang jalan Subali Makam, sampai membuat heran tukang parkir di sana akan keistimewaan ruas jalan itu sampai ada yang rela jauh-jauh mendatangi kampung itu.
3. Belitong.
Sudah tentu ini dikarenakan novel fenomenal Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Ke pulau ini sungguh bukanlah suatu kesengajaan, kira-kira tiga tahun silam, tiba-tiba ada ajakan dari atasan untuk memenuhi undangan sebuah acara di provinsi Bangka Belitung.Â
Tentu saja saya yang paling antusias. Tak lama setelah acara berakhir, saya pula yang mengusulkan untuk mengunjungi destinasi Gantong di timur pulau, tempat SD Muhammadiyah yang mahsyur di novel dan menjadi tempat syuting filmnya itu. Padahal tempat acara kami berlokasi di barat pulau di Tanjung Pandan.
Untunglah usulan saya disetujui, jadilah saya terkagum-kagum sepanjang 90 km yang sepi dan cuma berpapasan dengan sedikit mobil, tak jauh beda dengan suasana tahun 90-an saat kisah Laskar Pelangi terjadi.
Tak lupa mengunjungi museum kata Andrea Hirata yang berlokasi tak jauh dari komplek PT Timah yang dulu sempat jaya.
Jadi begitulah, sekilas beberapa perjalananan impian yang terinspirasi dari buku-buku dan penulis favorit saya, tak terbayangkan menyenangkannya bisa mewujudkan impian sedari lama menjadi nyata dan lebih menyenangkan lagi ternyata kenyataan yang saya temui ternyata tak jauh berbeda dengan imajinasi saya semenjak lama.
Ternyata memang benar ya, apa yang benar-benar kita bayangkan dan impikan, pada suatu saat akan mewujud nyata, dan sensasi rasa saat itu terjadi tak pernah bisa terbayangkan. Percayalah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI