Mohon tunggu...
Rahmad Dwi Hartanto
Rahmad Dwi Hartanto Mohon Tunggu... -

Menulislah, maka kau sudah menciptakan mesin waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mayoritas yang Minoritas

14 Mei 2017   03:09 Diperbarui: 14 Mei 2017   05:48 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 22:30 wib tadi malam, aku kebangun dari tidur yang cukup panjang, sial, bakalan gak bisa tidur lagi nih, maklum ketiduran dari jam 4 sore, padahal udah planning, malam minggu ini aku mau "me time". Biasa, ke angkringan langganan, nikmatin kopi, rokok, sama gorengan dicampur cerita klasik bapak yang jualan dalam menyikapi hidup, cuman sayang, dia jam 12 udah tutup, katanya sih dia capek pulang terlalu pagi, kasian juga istrinya sendirian.

Bengong mikir gak tau mau ngapain akhirnya tiba tiba nih badan pingin ke kota, cari tempat ngopi yang jauh dari kata fancy, nikmatin kopi sambil dengar lagu hiphop jawa khas Yogyakarta. Oke, persiapan udah matang, aku siap siap berangkat, tujuannya ke tempat ngopi aku biasa di daerah Nologaten, gak lupa aku bawa laptop, buat jaga jaga kalau tiba tiba nih tangan mau ngetik ngetik sesuatu. Sepanjang jalan dari Jakal Km.15 menuju kota jam 23:30 ini bener bener favorite banget, ini jam jamnya Jogja menebarkan keromantisannya, jalanan lenggang, cuacanya sejuk. Shit, damai banget.

Sampai tempat ngopi, syukur dapet tempat kosong di pojokan, ada colokan pula, aku langsung duduk buka laptop dan pesan kopi klothok secangkir ditambah  air putih segelas. Selang beberapa menit, lagi asik asik browsing di laptop. Eh, ada 2 orang laki laki duduk depan aku di meja yang berbeda, asik banget ngobrolnya. Awalnya, aku gak ngedengerin tuh mereka ngomongin apa, sampai pada titik dimana salah satu dari mereka ngoceh.

"Untung tuh Ahok cina komunis gak jadi kepilih, bisa menang telak para kafir mimpin ibu kota"

Jeder, nih telinga tiba tiba dengar aja omongan yang kaya begitu, aku langsung berasa pingin gabung, cuman aku tahan dulu deh, males gabung sama orang orang intoleran yang hobby nya kafir kafirin orang lain. Thanks God, sebelum kesini mikir bawa laptop, dan akhirnya beneran pingin ngetik sesuatu lewat sepintas pembicaraan yang aku dengar tadi. Sebelum aku risih dengar orang orang di depan aku ini, aku langsung pasang headphone ke laptop,putar lagu lagu Silampukau di Youtube dan buka Blogger.

Oke, berawal dari topik pembicaraan mereka diatas, jujur aku sedih liat orang orang kaya gini.

Kenapa?

Aku mau cerita sedikit, aku berasal dari Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau, daerah yang menurut aku menjujung tinggi toleransi, di tempat aku banyak banget orang orang dari etnis lain, khususnya etnis Tionghoa, memang sih gak semua orang di tempat aku itu ada yang toleran sama etnis Tionghoa, dari zaman aku sekolah aja dari SD sampai SMA, pasti selalu aja ada sedikit orang yang suka ngebully anak anak dari etnis Tionghoa, jadi gak heran kalau temen temen aku yang etnis Tionghoa ini kadang suka bergerombol gitu, jarang nimbrung untuk gabung bareng aku atau temen temen mayoritas.

Aku orang yang gak bisa ngelihat hal hal kaya gini, akhirnya aku yang gabung sama mereka, tujuannya cuman satu, biar mereka tau gak semua mayoritas itu menindas minoritas, itu hanya pemikiran segilintir orang orang barbar.

Aku pernah baca kutipan yang bunyinya.

"If you do good, good will come to you" 

Seriously, aku percaya banget sama kata kata ini, aku gak pernah menebar kebencian sama orang orang yang berbeda dengan aku, alhasil apa yang aku tanam, itu yang aku tuai, contohnya, ketika lebaran kadang aku suka senang liat teman teman etnis atau agama lain ngucapin selamat hari raya buat aku, dateng kerumah, nyicipin kue nastar buatan ibu ku, makan ketupat bareng di rumah aku. Begitupun aku sebaliknya, ketika mereka merayakan hari hari besarnya, aku ikut mengucapkan dan datang ke rumah mereka. Ah, betapa manis hubungan kami.

Hal hal yang kaya gini bikin aku kadang rindu banget suasana di Tanjungpinang, bersyukur sih di tempat aku orang orangnya easy going, open minded, atau menurut aku sih males ngurusin hal hal kaya gini, di Tanjungpinang demo paling besar menurut aku mungkin demo PLN yang matiin listrik setiap hari, gak pernah dengar kabar rusuh antar etnis dan agama.

Teruntuk masalah yang terjadi akhir akhir ini, hal ini bikin aku risih, karena aku lahir di keluarga yang toleran banget sama orang orang dari etnis dan agama lain, aku gak suka kumpul di satu kelompok aja, karena bapak aku yang paling keren se-dunia pernah bilang begini,

"Kalau  berteman jangan pilih pilih, mau dia etnis apapun, agama apapun, suku apapun, kita harus tetap berteman, karena kita bukan hidup di negara yang hanya berisi 1 agama, 1 etnis, 1 budaya. Begitu juga, mau dia preman atau orang alim sekalipun, kita gak boleh mengotak ngotak kan orang dari luarnya saja, percayalah, agama Islam kita gak pernah mengajarkan kebencian dan suatu saat kita pasti butuh mereka"

Kata kata itu aku jadiin pedoman dalam menyikapi persoalan yang sedang terjadi akhir akhir ini di negeri kita, jadi kalau ada omongan yang berbau kasar terhadap kaum kaum minoritas, aku menjauh deh, males dengerin kebencian, toh untuk apa sih masukin racun ke diri sendiri.

Dan buat teman teman aku kaum minoritas, khususnya etnis Tionghoa yang akhir akhir sedang dikucilkan oleh orang yang mengatas namakan kaum mayoritas, aku disini ingin meminta maaf pada kalian semua, percayalah, mereka semua yang mengucilkan tak pantas di sebut mayoritas, bagi aku mereka merekalah yang sebenarnya minoritas, dengan pemikiran mereka sendiri yang penuh akan kebencian, karena mayoritas yang baik adalah mayoritas yang bisa merangkul minoritas.

Wahai teman teman ku tercinta dari agama dan etnis apapun yang di cap minoritas, kalian gak perlu takut, aku percaya gak semua orang di negeri kita ini berfikiran barbar, masih banyak orang orang yang cinta akan kedamaian dan mau hidup berdampingan.

Sekali lagi, teruntuk semua teman teman dari agama dan etnis lain, semoga kalian selalu baik baik saja dalam keadaan apapun dan dimanapun.

Terakhir, sebagai penutup, aku mau kasih satu gambar quotes dari salah satu author favorite aku.

                                                                         

Terima kasih sudah menyempatkan membaca tulisan ini, mohon maaf kalau ada salah kata, karena tulisan diatas murni pemikiran sendiri, tulisan ini juga aku post di Blog pribadi, kalian bisa akses di rdhartanto.blogspot.com.

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun