Mohon tunggu...
Rahmad Dwi Hartanto
Rahmad Dwi Hartanto Mohon Tunggu... -

Menulislah, maka kau sudah menciptakan mesin waktu.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jogja: Bumi Kenangan

25 Desember 2016   19:54 Diperbarui: 25 Desember 2016   20:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja, mungkin itu bagi kalian cuman sekedar nama sebuah kota, tapi tidak untuk saya, bagi saya Jogja tidak hanya sebuah nama kota semata, ia adalah guru, ia adalah orang tua dan ia adalah kekasih bagi semua orang yang mencari jati diri di kota ini.

Jogja mungkin tak sedingin Bandung, juga tak segemerlap Jakarta, tapi saya berani bertaruh, kalian bisa bertanya pada siapa pun yang pernah mengunjungi Jogja, baik cuman sekedar berlibur atau sama seperti saya yang mencari ilmu dan mencari jati diri. Mereka pasti merindukan untuk kembali ke Jogja, karena memang benar adanya, kalian selalu ingin kembali ntah karena nikmatnya gudeg jogja, kentalnya budaya yang masih terjaga, kesederhanaan suasanya, atau bahkan keromantisan setiap sudut kotanya.

Banyak kisah dan kenangan yang sudah terjadi selama saya menginjakan kaki disini, dari bertemu teman baru yang begitu optimis mengejar mimpi, kehilangan teman karena berbeda jalan pikiran, menambatkan hati pada seseorang sillih berganti, hingga mencintai tanpa berani mengutarakan, ya, terlalu banyak kalau harus diungkapkan satu persatu setiap kenangan itu.

Percayalah, bahwasannya ketika kalian sudah pernah tinggal di Jogja, kalian akan sadar bahwa Jogja tidak hanya sekedar kota, ia adalah rumah para pemimpi, rumah para pecandu senyum, rumah para manusia yang suka duduk bersila beralaskan tikar, rumah para musisi jalanan, rumah para manusia yang hobby makan, rumah para pecinta yang sukses dan gagal.

Uang mungkin bisa memberi mu banyak hal, tapi Jogja mengajarkanmu bahwa uang bukan segalanya untuk mendapatkan kebahagiaan, menatap senja yang akan berganti malam di Alun alun kidul, duduk di pinggiran Km.0 berbincang bersama teman teman seperjuangan mu yang otaknya udah kosong, penuh kejailan lalu menceritakan lelucon kuno ditemani secangkir kopi dan keramaian sekitar, atau bersenda gurau sambil berjalan kaki menyusuri jalanan Malioboro bersama pacar, gebetan atau mantan, hal itu sudah sangat menyenangkan.

Ketahuilah, kalian tak perlu menjadi pintar dulu untuk ke Jogja, sepeti yang sudah saya bilang, Jogja adalah guru, karena secara alami kalian akan pintar dengan sendirinya, lewat banyaknya media pembelajaran yang ada, diskusi santai, bahkan perpustakaan dan toko buku murah meriah yang bertebaran di kota ini membuat saya mulai tekun menikmati tulisan di setiap buku buku yang jarang saya temui di kota saya.

Dan kalian juga tak perlu takut untuk tak bisa makan enak walau uang kalian cuman 10ribu, dan sekali lagi yang seperti saya bilang, Jogja adalah orang tua, orang tua yang tak pernah tega melihat anaknya kelaparan karena harga makanan terlalu mahal, kalian gak perlu takut untuk tak bisa makan enak, ayam penyet atau ayam geprek dibawah 10ribu disini hal yang lumrah, atau mau yang lebih murah, surga para mahasiswa di tanggal tua ada waralaba Burjo dan angkringan yang tersedia di setiap sudut kota Jogja. Sungguh, Jogja adalah orang tua yang murah hati.

Kini, kian hari Jogja kian sibuk, ketika siang tiba, kendaraan beroda baik dua maupun empat sibuk bersempit sempitan dan terik menyambar kulit, semua orang berfikir kini Jogja seakan tak lagi berhati nyaman, nyatanya, karena terlalu nyaman itulah semua orang sibuk kemari untuk merasakan betapa nyamannya Jogja, sehingga ketika siang hari kalian susah merasakan nyamannya Jogja, tapi ketika malam kian larut, ketika jalanan kian senggang dan angin mulai bertiup sendu, disitulah kalian akan merasakan Jogja memeluk kalian dengan erat, seerat pelukan kekasih hati.

Seperti kata mas Arman Dhani di tulisannya, Jogja, tempat segala jenis kenangan bermuara dan berujung haru.

-----


Yak, terima kasih udah sempetin baca, jangan lupa comment tentang kenangan manis maupun pahit kalian di Jogja yang bikin kalian gak bisa move on dari nih kota, atau kritik dan saran kalian. Oh iya, tulisan ini juga ada di blog saya tepatnya di: rdhartanto.blogspot.com.

Cheers!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun