Coba silahkan cek group WhatsApp masing-masing, tidak mungkin tidak ada link berita tentang corona di sana. Bahayanya adalah, banyak informasi yang belum tentu kebenarannya. Perdebatan antar masyarakat akibat salah informasi dan terjadilah polarisasi.
Selain itu, bila berbicara tentang teknis liputan semasa pandemi covid-19, Tempo menerapkan wawancara online dan menghindari liputan tatap muka. Pada sisi pembaca, faktanya jumlah pembaca Tempo tertinggi pada awal bulan Maret adalah bacaan tentang "Keris Diponegoro".
Apakah itu artinya pembaca yang merupaka masyarakat sudah jenuh akibat terlalu banyak informasi mengenai corona? Entahlah, saya tidak tahu.
Dari dua narasynber ini, baik sisi PR/humas maupun media/jurnalisme punya satu benang merah yang sama, yakni hadapi masa krisis ini dengan semangat optimisme, gotong royong, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, seluruh elemen bahu membahu melewati badai yang pasti akan berlalu ini. Indonesia dan dunia kembali sehat seperti semula, aamiinn. Selamat menunaikan ibadah puasa ramadan 1441 H bagi yang menjalankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H