Apakah ada yang berbeda dengan gaya makan siang seorang PR/humas? Saya rasa tidak, sama saja. Namun bedanya, kali ini saya berkesempatan santap makan siang yang tidak biasa, bukan karena bertempatkan di hotel mewah berbintang namun makan siang tersebut menjadi awalan untuk sebuah seminar kehumasan yang diselenggarakan oleh Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat) bersama dengan Warta Ekonomi. Mengusung tema menarik nan kekinian, yakni "Power Lunch; Public Relations in The Age of Distruption".
Public Relations in The Age of Distruption atau dalam bahasa Indonesia bisa dibilang humas pada masa era disrupsi. Era disrupsi yang dimaksud disini adalah zaman dimana arus informasi semakin deras, pertumbuhan teknologi semakin melesat cepat, perubahan behavior masyarakat pun demikian, Â sampai pada titik dimana seorang dokter bisa menjadi PR, tetapi PR tidak bisa menjadi dokter! Inilah apa yang ada di hadapan PR saat ini.Â
Dunia kerja sudah berubah, karyawan tidak harus pergi ke kantor, cukup bawa laptop saja sudah cukup, bisa bekerja. Milenial di negeri sakura Jepang pun katanya saat ini tidak lagi mau loyal terhadap satu perusahaan saja. Cita-cita seseorang pun berubah, dulu kita masih sangat ingat ketika waktu kecil apabila ditanya apakah cita-citamu? Jawabmu adalah ingin menjadi astronot, dokter, insinyur, tentara, polisi atau guru. Sekarang, ada seorang anak di kota Riau ketika berkesempatan bertemu presiden Jokowi ditanya apa cita-citamu? Jawab anak tersebut adalah ia ingin menjadi Youtuber!Â
Semua orang saat ini bisa menjadi PR, PR menjadi generalist, head of public relations di perusahaan-perusahaan tidak lagi harus berlatarbelakang komunikasi. Agung Laksamana pernah berkata kepada mahasiswa/i bahwa saingan mereka bukan lagi kampus UI, UNPAD, LSPR dll, melainkan mahasiswa fakultas kedokteran, teknik, sains bahkan pertanian. Wartawan, arsitek, dokter bisa menjadi humas, namun humas tidak bisa menjadi dokter.Â
Dunia media pun sudah berubah, masyarakat ingin serba real time. Blogger dan vlogger menjadi "jurnalis" pada saat ini, Anda dengan 1000 followers di medsos sudah menjadi media, Anda adalah media. Konten menjadi independen dan semua tanpa sensor, sehingga membuat news menjadi riskan, yang mana authentic news, fake news, bahkan menjadi banyak hoax. Presiden Obama pernah berkata, "The new media has created a world for everything is true and nothing is true".Â
Ada 4 poin yang harus dilakukan PR dalam era disrupsi:
1.Read, read and read!
Mengapa PR harus banyak membaca pada era disrupsi ini? Karena CEO atau atasan Anda terus membaca. Contohnya Bill Gates, ia membaca 50 buku tiap tahunnya. Contoh di dalam negeri yakni, founder Tanoto, Sukanto Tanoto, beberapa saat lalu sebelum imlek 2018 pergi ke luar negeri untuk mengambil kursus bisnis. Setiap harinya Ia bangun jam 7 pagi, masuk kelas jam 9 pagi sampai berakhir kelas jam 11 malam. Ia masih belajar di saat umurnya sudah 70 tahun, so? If your boss masih terus belajar, Agung rasa sebagai PR harus terus keep up dengan membaca.
2. PR is about business!
Jangan anggap PR hanya untuk urusan media relation, saat ini PR harus mengerti marketing, sales, product bahkan legal. Karena apa? Karena kebanyakan CEO atau atasan Anda kemungkinan besar tidak berasal dari latar belakang PR melainkan finance, operations dll. Yang mereka pikirkan adalah outcome, tidak semata hanya output.
3. PR is about creativity!
PR harus terus berinovasi, karena dewasa ini profesi PR sudah menjadi borderless!
4. Collaboration!
Ada sebuah pepatah Afrika berbunyi "If you want to go fast go alone, If you want to go far go together".
Belakangan ini ramai soal registrasi ulang kartu prabayar disebabkan tenggat waktu yang jatuh pada tanggal 28 Februari 2018. Semata-mata peraturan Menkominfo tersebut diberlakukan dengan tujuan agar melindungi masyarakat di era disrupsi ini. Seperti yang kita tahu, saat ini banyak pihak yang memanfaatkan jalur komunikasi dan informasi melalui handphone dengan melakukan penyebaran ujaran kebencian, caci maki, penyebaran berita palsu/hoax, hingga tindak kriminalitas.Â
Pesan Presiden Jokowi untuk Para Humas
Beberapa saat lalu Presiden Jokowi menyampaikan bahwasanya humas/PR sangat penting sekali posisinya, baik di lini pemerintahan maupun lini swasta. Peran humas/PR untuk bangsa Indonesia sangat besar. Ada 2 fungsi humas/PR untuk negara Indonesia:
1.Nasional Interest, Anda sebagai humas/PR di korporasi tentunya harus menyampaikan apapun yang sudah, yang sedang dan yang akan dilakukan perusahaan Anda, kalau di pemerintahan ya tentunya para menteri atau pimpinan lembaga. Hal ini perlu disampaikan agar masyarakat tahu apa perkembangan yang sedang terjadi. Pada era seperti sekarang ini dengan perkembangan teknologi informasi yang cepat mengharuskan PR berubah. Perubahan yang dilakukan oleh PR tentunya harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi, karena hal tersebut mempengaruhi seluruh kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia.
2.Nation Branding, jikalau semua humas/PR baik swasta maupun pemerintahan benar-benar menjalankan apa yang seharusnya, maka stabilitas di negara kita akan kuat, kalau stabilitas kuat maka perusahaan-perusahaan ataupun investor akan mempunyai trust yang tinggi terhadap Indonesia, kalau investasi meningkat maka yang diuntungkan adalah seluruh masyarakat dan korporasi dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.Â
Humas/PR membangun reputasi positif dari perusahaan, jikalau semua perusahaan di negara ini memiliki reputasi positif maka negara akan mempunyai reputasi positif pula. Dengan begitu dunia internasional akan menumbuhkan trust kepada Indonesia. Sehingga investasi dari luar akan masuk, pertumbuhan ekonomi akan meningkat, akan tetapi hal ini harus diimbangi dengan pertumbuhan karakter, revolusi mental. Karakter bangsa harus maju. "Mari bicara baik, Indonesia bicara baik, karena seluruh masyarakat indonesia adalah PR nya bangsa ini!", tutup Niken.
Para pembicara Power Lunch PR in The Age of Distruption.
Dari Para Praktisi
Setelah pembukaan dan sambutan dari para keynote speaker, sesi sharing dari para pembicara menjadi sesi yang sangat ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, para praktisi senior PR/humas perusahaan-perusahaan besar yang akan menyampaikan strategi perusahaan mereka masing-masing sampai gambaran yang bervariasi tentang dunia PR/humas dari masing-masing industri.
Berikut para pembicara:
Wianda Pusponegoro (Staff Ahli Menteri BUMN)
Rohan Hafas (Corporate Secretary Bank Mandiri)
Boy Kelana S. (Head of Corporate Communication PT Astra International Tbk)
Hery Kurniawan (Vice President Internal Comm Bank CIMB Niaga)
Widyanto Susanto (Vice President Corporate Communication PT Prudential Life Assurance)
Nila Marita (Corporate Affairs Director G0-Jek)Â
Marianne Admardatine (CEO JWT Indonesia)
--------
Saya akan bahas seputar apa yang disampaikan para pembicara mengenai PR in The Age of Distruptionpada artikel saya berikutnya.
Bersambung...
#IndonesiaBicaraBaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H