Mohon tunggu...
Rizky C. Saragih
Rizky C. Saragih Mohon Tunggu... Administrasi - Public Relations

Lihat, Pikir, Tulis. Communications Enthusiast | @rizkycsaragih

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Palembang, Aku Kembali

30 Maret 2016   00:22 Diperbarui: 30 Maret 2016   01:23 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kota di Indonesia memiliki cita rasa tersendiri

H-1

Kelopak mata ini terbuka di pagi hari (25/3) lumayan agak berat, ya mungkin akibat saya terbangun dengan kualitas dan kuantitas tidur yang tidak bagus alias kurang tidur, tapi harus dipaksakan karena ada panggilan tugas negara. Untung saja semalam sambil packing pakaian saya sudah booking taksi burung biru untuk jemput saya jam 06.30 pagi, tapi jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 07.00 saat itu, agak cemas karena hari itu tepat tanggalan merah dalam rangka peringatan Hari Paskah yang biasanya di Jabodetabek ketika hari Jum'at libur sudah bisa dipastikan orang-orang pasti berbondong-bondong untuk pergi keluar kota.

"Halo, selamat pagi! Dengan pak Rizky? / Ya, ini Blue Bird ya? / Iya pak, rumahnya patokannya apa ya pak? bla bla bla.."

Sampailah sedan mulus berwarna biru itu di depan rumah saya, dengan membawa banyak gembolan peralatan "perang", saya langsung ambrekin saja di bagasi taksi itu. Sejuknya udara pagi hari makin membuat isi dalam taksi itu semakin dingin, mata sembab saya kombinasi dari kurang tidur dan baru terbangun saya lapisi dengan kaca mata hitam  a la artis Hollywood. Ternyata ketakutan saya akan kemacetan menuju bandara pesawat terbang tidak terjadi, justru arah sebaliknya dari Jakarta menuju Cikampek yang sangat padat sampai mengular sekitar 10 KM panjangnya, ya benar saja intinya orang-orang Jabodetabek rata-rata ingin menghabiskan masa libur lumayan panjangnya di kota Bandung, Puncak, dll.

[caption caption="Jalan bebas hambatan yang sesungguhnya di pagi itu (rcs)"][/caption]

Yep! Ternyata hanya cukup menghabiskan 1 jam saja untuk sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ah, saya sampai masih terlalu pagi, meeting point di KFC Bandara terminal 2 kebetulan, perut pun terasa lapar, ya sudah saya sikat dengan dua potong ayam,se-onggok nasi disertai minuman teh kemasan.

[caption caption="Penyelamat perut di pagi itu (rcs)"]

[/caption]

Semakin siang semakin terlihat banyak sekali orang-orang yang berdatangan membawa koper, benar saja ketika saya mau boarding pun antrian sangat mengular panjang. Ada keluarga, bule, rombongan abege, pasangan suami istri, dan tentunya saya serta dua rekan kerja saya yang ikut mengantri. Rata-rata saya perkirakan pasti ingin liburan, berbeda dengan kami bertiga, ya, bekerja. Huhft... (Anggap saja berlibur sambil bekerja, atau bekerja sambil berlibur he.. he.. he..)

[caption caption="Suasana antrian menuju boarding room GA (rcs)"]

[/caption]

Sampai juga tubuh ini terduduk manis di kursi penumpang Garuda Indonesia, memang bukan kali pertama saya merasakan penerbangan maskapai penerbangan regional terbaik di dunia versi Skytrax ini, namun selalu memberikan good impression - dimulai dari backsound kabin yang sangat merdu oleh alunan-alunan orkestra Indonesia. Saat itu ingat sekali lagu Gending Sriwijaya sangat memanjakan telinga saya, "ahh belum juga sampai tanah Wong Kito tapi udah sangat berasa di Palembang" ucap dalam hati sampai rasanya tidak sabar untuk segera sampai tanah Palembang.

Selain itu, ada hal lain yang menarik perhatian saya, ya pramugarinya. Maksud saya batik yang dikenakan para pramugari Garuda Indonesia menyita perhatian saya, kalau masalah perawakan wajah jangan ditanya lagi ya,he.. he.. . Rasa takut dianggap melakukan sexual harrasement saya memutuskan untuk memfoto dengan gimmick memegang airsickness bag yang ada di saku tempat duduk, karena posisi pramugari sedang membelakangi saya saat itu. Kecintaan akan Indonesia sangat terasa dari ujung kaki sampai ujung rambut rasanya bila ada di Garuda Indonesia.

[caption caption="Kain batik pramugari Garuda Indonesia (rcs)"]

[/caption]

Alhamdulillah, sampai dengan selamat di kota Palembang Sumatera Selatan. Wow! Saya kangen sekali dengan kota ini, masih jelas teringat sekitar lima tahun lalu saya menginjakan kaki di Palembang dalam rangka menjadi bagian perhelatan bergengsi Sea Games 2011 yang diadakan di Stadion Jakabaring. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi bagian dari perhelatan olahraga bertaraf internasional.

[caption caption="Sea Games Indonesia tahun 2011, Jakabaring Palembang (rcs)"]

[/caption]

Oke cukup throwback nya. Gapura yang terpampang besar ketika saya meninggalkan bandara Sultan Mahmud Baddarudin II yang bertuliskan "Welcome South Sumatra" terlintas di depan saya bersamaan dengan pekatnya udara yang sangat panas. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.46, dan kami memutuskan untuk makan siang. Apalagi kalau bukan Pindang Patin yang jadi sasaran untuk perut kami yang sudah keroncongan. Rumah Makan Sri Melayu menjadi destinasi kuliner pertama saya dan rekan-rekan, penampakan luar rumah makan yang sangat khas akan kota Palembang sangat menarik hati, semoga rasa Pindang Patinnya juga bisa menarik nafsu makan saya. Sampai pada kami memesan beberapa makanan dan minuman, tak lama tibalah nasi hangat, lauk pauk yang pastinya Pindang Patin, beserta minuman. Bismillah, bon appetite! Sungguh lezat! Saya tidak bisa menggambarkan kenikmatan sup Pindang Patin ini, silahkan pembaca coba sendiri kesana ya. Hehe..

[caption caption="Gaya klasik Palembang kental terlihat di rumah makan ini (rcs)"]

[/caption]

[caption caption="Pindang Daging (rcs)"]

[/caption]

Kenapa yang ada di foto atas adalah Pindang Daging? Karena Pindang Patinnya sudah saya acak-acak masuk ke mulut saya dan tidak indah lagi untuk di foto.

Seusai makan siang kami memutuskan untuk menuju ke hotel tempat kami menginap, tak lama saya melihat stasiun televisi negeri TVRI Sumatera Selatan yang sudah berdiri dari tahun 1974, wow!. Sebagai orang yang pernah bekerja di televisi, entah mengapa saya selalu kagum dengan TVRI, rasanya ingin berhenti dan bersilahturahmi ke dalam kantor tersebut, menyapa para pekerja TV nasional milik negara itu. Namun dikarenakan saya sudah memiliki janji dengan orang lain, akhirnya saya hanya bisa mengabadikan kantor dan menara pemancar TVRI Sumsel.

[caption caption="TVRI Sumatera Selatan (rcs)"]

[/caption]

Di malam hari, saya dan rekan-rekan mendaratkan diri di restoran River Side yang tepat berada di samping Jembatan Ampera. Rasanya restoran ini sangat tepat bagi para pengunjung yang ingin merasakan animo makan malam a la Palembang, ya karena jelas di depan mata terlihat sungai Musi dan jembatan Ampera nan indah dengan balutan lampu warna warninya. Ahh sangat romantis..

[caption caption="Pengunjung resto River Side sangat dimanjakan pemandangan sungai Musi dan Jembatan Ampera (rcs)"]

[/caption]

Destinasi selanjutnya sebelum menutup hari saya saat itu adalah salah satu pabrik pupuk PUSRI. Kawasan pabrik pupuk yang bisa terbilang tidak begitu jauh dari pusat kota lumayan menarik untuk dikunjungi, saat itu pukul sudah menunjukkan waktu hampir larut malam. Tidak terlihat aktifitas pekerja di kawasan pabrik itu, yang terlihat hanya rumah-rumah dinas yang tersusun rapih dan serupa serta beberapa tim keamanan yang berlalu-lalang menggunakan sepeda. Pada malam hari pabrik ini terlihat indah dengan lampu-lampunya, terlihat seperti NASA Rocket Launcher menurut saya yang padahal itu adalah sebuah pabrik pupuk. 

[caption caption="Pabrik Pupuk Sriwijaya (rcs)"]

[/caption]

Hari H

Sabtu pagi (26/3) saya pun segera turun dari kamar hotel tentunya dengan tubuh yang sudah wangi dan rambut yang tersisir rapih. Ya, agenda pagi itu adalah mengikuti acara Nangkring Kompasiana iB OJK Syariah, lebih simpelnya adalah ingin tahu apa sih kelebihan dari perbankan syariah? Pasti berbeda dengan perbankan konvensional ya, lalu katanya perbankan syariah itu kurang ini lah kurang itu lah, daripada mengawang-awang ya makanya coba saya simak.

Paparan pertama disuguhkan oleh Ibu Aprilia Ratna Palupi selaku Kepala Bagian Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi DPBS Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam paparannya, tersampaikan bahwa perekonomian syariah itu dijabarkan dalam fondasi dan pilar yang menunjang tercapainya falah (sejahtera material dan spiritual) yang mencakup aspek keadilan, kemaslahatan dan keseimbangan. Lalu saya sempat berpikir ketika mendengar kata syariah apakah sistem perbankan akan menjadi seperti sistem perbankan di negara-negara muslim timur tengah sana? Ternyata tidak, nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia serta tujuan pembangunan nasional. Cukup mengagumkannya, ternyata Indonesia masuk dalam Top 10 Largest Islamic Finance Economies tahun 2013 lalu, dan sampai saat ini terus beranjak naik.

[caption caption="Aprilia Ratna Palupi - OJK (kompasiana)"]

[/caption]

Sesi selanjutnya adalah paparan dari Bapak Suprianto Turasto selaku Area Manager Sumbagut Bank Muamalat. Ya kadang mungkin kita sebagai nasabah agak ragu menitipkan uang kita di bank berbasis syariah, aman ga sih? Pemaparan Pak Suprianto ini menjelaskan insya Allah aman karena perbankan syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Oh ya! Bank syariah itu bukan berarti hanya untuk masyarakat muslim lho, tapi masyarakat non muslim pun bebas menggunakan jasa bank berbasis sistem bagi hasil ini. Simak ulasan pengalaman Sebuah Pelayanan Yang Menyentuh Hati Non-Muslim oleh kompasianer Deddy Huang.

[caption caption="Suprianto Turasto - Bank Muamalat (kompasiana)"]

[/caption]

Seusai sesi tentang perbankan, inilah sesi yang saya tunggu-tunggu. Putra tanah Betawi yang fasih berbahasa Arab ini menyampaikan paparannya yang berjudul "Berceritalah!"; Menulis Kreatif di Blog - Saya harus sedikit mengerutkan kening untuk benar-benar fokus memperhatikan bagaimana sih cara menulis yang kreatif dan menarik. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Bang Isjet tersebut, apa yang Anda ingin ceritakan, ceritakanlah!. Saya sempat tersindir sebagai nubie di dunia blogger, ketika Bang Isjet bilang bahwa ada dua tipe orang; pertama bisa menulis tapi tidak mau menulis, yang kedua mau menulis tapi tidak bisa menulis, ya saya pasti masuk kategori yang kedua itu. Tapi hal ini justru membuat saya yang selama ini concern di dunia public relations untuk menggali ilmu baru dalam menulis, karena pada dasarnya seorang public relations officer harus 360 derajat yang artinya dituntut untuk mengerti bagaimana membangun citra, berkomunikasi dengan baik dan efektif, menangani krisis, dan menulis tentunya.

Oke kembali ke paparan Bang Isjet, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam menulis kreatif; didalam menentukan judul gunakanlah kata kunci yang menggambarkan isi dan gunakan gambar sebagai komunikasi visual untuk menguatkan apa yang kita ceritakan, dan masih banyak poin lainnya yang sebenarnya ingin diungkapkan namun saat itu waktunya yang tidak memungkinkan. 

[caption caption="ISJET - Asisten Manager Kompasiana (kompasiana)"]

[/caption]

Sampai pada akhirnya jam menunjukan 13.00 WIB, artinya acara sudah selesai lalu kami semua saling bercengkrama sambil menikmati jamuan makan siang yang sudah disuguhkan oleh peyelenggara acara. Beberapa hal penting dan menarik yang bisa saya dapatkan dalam acara Nangkring Kompasiana iB OJK Syariah di Palembang ini, saya jadi tahu lebih dalam tentang perbankan syariah dan juga bagaimana cara bercerita yang diungkapkan dalam sebuah tulisan.

Kota Palembang, sungguh saya ingin berlama-lama disana. Namun apa daya, pesawat Garuda Indonesia sudah menunggu saya untuk mengantar pulang ke Jakarta pada pukul 19.00 WIB pada hari itu. Sebelum menuju bandara, saya sempatkan bersama rekan-rekan untuk mampir memanjakan lidah ini dengan kuliner khas tanah Palembang, ya PEMPEK!. Berangkat lah kami ke tempat makan pempek di Pempek Beringin dimana pempek kapal selam jadi pilihan untuk memanjakan lidah saya, nyamm... benar saja, lembutnya dan rasa ikan yang kuat benar-benar terasa délicieux ditemani kuning telur yang berada didalamnya.

[caption caption="Pempek Beringin Palembang (rcs)"]

[/caption]

Ingin saya, sebelum bulan Agustus 2016 saya ingin kembali kesana, entah mengapa :)

Court Voyage, Tellement D'histoires. Au revoir, Palembang!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun