Mohon tunggu...
Restoring Coastal Livelihood
Restoring Coastal Livelihood Mohon Tunggu... lainnya -

Perbaikan penghidupan pesisir bagi masyarakat di 4 kabupaten di Sulawesi Selatan (Pangkep, Maros, Barru, dan Takalar).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Syarifah, Guru di Sekolah Guru di Masyarakat

8 Februari 2015   14:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_349879" align="alignnone" width="640" caption="Syarifah bersama beberapa anggota kelompok dampingannya"][/caption]

Dusun Kekean tidak jauh berbeda dengan dusun lainnya di pesisir Kab. Pangkep. Dusun-dusun di Kabupaten Pangkep sebagian merupakan kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar. Di Dusun Kekean, Desa Tamarupa, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, kita bisa saksikan perahu-perahu kecil nelayan dan rumah-rumah panggung sederhana. Jika cuaca sedang bersahabat, nelayan pergi ke laut untuk menangkap ikan, menjaring udang dan kepiting. Musim tangkap ikan tinggi (peak season) biasanya pada Bulan April. Sedangkan Mei sampai dengan Juli penangkapan ikan sedang, dan aktivitas berkurang terjadi pada musim kurang ikan (off season), biasanya terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober. Nelayan biasanya tidak bisa pergi melaut sama sekali pada musim paceklik, atau musim utara, yang biasanya terjadi pada Bulan November sampai Januari.

Selain menangkap ikan, sebagian kecil nelayan di Dusun Kekean menanam rumput laut dengan lokasi tidak jauh dari garis pantai. Menanam rumput laut ini tidak lepas dari pengaruh cuaca, saat musim hujan rumput laut rentan mati karena terkena aliran air tawar, sedangkan saat musim kemarau, rumput laut dikhawatirkan tumbuh kerdil karena konsentrasi air laut yang lebih asin. Dan nelayan-nelayan yang sedari kecil tumbuh dan besar di Dusun Kekean, terus bertahan menyesuaikan diri dengan kondisi alam.

Di pekarangan-pekarangan rumah, atau di pinggir-pinggir jalan kita bisa menemui banyak rumput laut yang sedang dijemur. Tangan-tangan baik laki-laki ataupun perempuan sibuk membolak-balik rumput laut, memastikan setiap permukaannya kering. Setelah kering, rumput laut akan dijual ke pengumpul, kemudian dijual ke pengumpul yang lebih besar, atau langsung ke eksportir yang ada di Makassar.

Sebagai wilayah pesisir, tantangan penduduk Dusun Kekean adalah saat kemarau panjang melanda. Tambak-tambak tadah hujan mengering, tanah-tanah yang tandus, bahkan penduduk kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum, memasak, dan mandi. Saat air bersih sulit didapat, penduduk mau tidak mau harus membeli air bersih tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Yang berbeda dari Dusun Kekean dengan dusun lainnya di pesisir Kab. Pangkep, adalah geliat ekonomi penduduknya. Ekonomi warga Dusun Kekean mulai menggeliat dari sektor budi daya rumput laut dan pembuatan jaring (ikan, udang, dan kepiting). Beberapa masyarakat ekonomi rentan Dusun Kekean bergabung membentuk kelompok usaha budi daya rumput laut “Kalaroang” dan kelompok usaha pembuatan jaring “Siangkalinga Adae”.

Geliat ekonomi ini tidak lepas dari peran seorang perempuan di Dusun Kekean, Syarifah namanya. Ia guru di madrasah sekaligus guru di masyarakat. Sebagai salah satu dari sedikit masyarakat di desanya yang bisa mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi, Syarifah aktif mendorong masyarakat di desanya dalam melawan keterbatasan. Seperti hal saat Syarifah mengajar di Kelas Paket A, membantu Ibu-ibu tua di desanya yang buta huruf agar bisa menulis dan membaca. Kegelisahannya juga muncul saat melihat janda-janda tua di desanya, yang tidak punya tabungan di masa tua dan yang hanya bergantung pada pemberian anak cucu. Melihat kondisi seperti ini, Syarifah makin tergerak mendorong perempuan rentan di sekitarnya, mendorong agar mereka tidak melulu mengandalkan penghasilan suami, mengajak mereka untuk bekerja dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar mereka.

Kaum Ibu di Dusun Kekean, sebuah dusun di pesisir Selat Makassar, mengisi waktu dengan membuat jaring. Keahlian membuat jaring ini memang sudah turun dari generasi ke generasi. Dari mengikat jaring inilah, mereka mendapat penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jaring-jaring dikumpulkan, kemudian dijual ke distributor yang akan menjual jaring ke nelayan-nelayan di Papua. Selain membuat jaring, penduduk di Dusun Kekean juga berbudidaya rumput laut. Dengan modal seadanya, mereka sedikit demi sedikit meningkatkan kapasitas produksi rumput laut dari panen ke panen.

[caption id="attachment_349880" align="alignnone" width="600" caption="Anggota kelompok Siangkalinga Adae, yang sebagian besar adalah perempuan-perempuan miskin kini aktif berproduksi membuat jaring kepiting."]

14233534571414117037
14233534571414117037
[/caption]

Syarifah mengajak perempuan-perempuan dari keluarga miskin untuk bergabung dalam Kelompok Usaha budidaya rumput laut “Kalaroang” dan Kelompok usaha membuat jaring “Siangkalinga Adae”. Dengan adanya kelompok usaha Siangkalinga Adae ini, pemasaran jaring udang menjadi terpusat untuk memenuhi permintaan jaring udang dari nelayan-nelayan di Papua. Dengan adanya bantuan berupa alat-alat membuat jaring, anggota kelompok yang tadinya paling banyak hanya menghasilkan 1-2 set perbulan, kini bisa mencapai 3-4 set setiap bulannya (dengan rincian 15 ikat jaring/ 1 set). Kelompok Siangkalinga Adae baru bisa mencapai produksi 800 ikat jaring udang setiap bulannya, dari permintaan sebanyak 1000 ikat jaring udang.

Kelompok usaha ini memberi kesempatan masyarakat rentan seperti janda-janda tua, penyandang difable (tuna daksa dan tuna netra) bisa tetap berpenghasilan dengan bekerja membuat jaring. Mereka tetap bisa mandiri dengan pekerjaannya, dan menabung untuk masa depannya. Anak-anak yang tadinya tidak bisa meneruskan sekolah ke jenjang SMA pun, kini bisa meneruskan pendidikannya setelah orang tua mereka mempunyai penghasilan dari menjaring.

Begitu juga dengan adanya Kelompok Kalaroang, Syarifah mengorganisir 10 orang nelayan-petani rumput laut yang masuk dalam kategori miskin. Syarifah dan anggota lainnya memanfaatkan in kind material sebanyak 20 ton bibit rumput laut untuk dibudidayakan. Dari bibit rumput laut ini kemudian dikembangkan. Rumput laut yang dibudidayakan adalah cottonii warna merah dan hitam, dengan kisaran harga jual /kg keringnya adalah Rp. 14.000-Rp. 16.000,-. Walaupun belum mencapai target menjadi supplier rumput laut yang akan diekspor, setidaknya penghasilan dari budi daya rumput laut bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Usaha sektor rumput laut menyerap tenaga kerja lumayan banyak, sehingga mengurangi pengangguran khususnya di Dusun Kekean, bahkan beberapa anak dari anggota sudah bisa meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.

Di dua kelompok yang digagas oleh Syarifah, Kelompok Kalaroang dan Siangkalinga Adae, ia juga menanamkan rasa saling membantu antar anggota kelompok. Kelompok menyepakati sejumlah uang yang dikeluarkan setiap kali panen rumput laut dan setiap setelah penjualan jaring. Uang ini disisihkan dan disimpan sebagai tabungan kelompok. Tabungan ini digunakan jika ada anggota yang membutuhkan tambahan modal, atau akan digulirkan kepada masyarakat rentan lain yang membutuhkan bantuan modal untuk membuat jaring/budidaya rumput laut. Beberapa bulan sebelumnya, tabungan kelompok diberikan kepada anggota kelompok yang sakit dan harus opname di rumah sakit. Kelompok akhirnya menjadi wadah bagi anggota untuk saling membantu.

[caption id="attachment_349881" align="alignnone" width="600" caption="Bpk Udin, salah satu anggota kelompok yang menderita keterbatasan fisik (lumpuh), berkat kelompok dampingan Syarifah, Bpk Udin bisa berproduksi dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga"]

14233535761468308176
14233535761468308176
[/caption]

Saat ini Syarifah mungkin bisa sedikit bernafas lega, kegelisahannya beberapa tahun lalu bisa sedikit berkurang setelah melihat perubahan masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik. Anak-anak yang bisa menikmati sekolah, masyarakat rentan yang mempunyai pendapatan yang lebih baik, dan pengangguran di dusunnya yang berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun