Mohon tunggu...
Rudi Chatab
Rudi Chatab Mohon Tunggu... -

Kepala keluarga dengan satu istri dan empat putra

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

New Media

25 April 2011   12:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kita berbicara mengenai new media, hampir semua orang atau instansi khususnya yang berada di industri TI, Iklan, dan produk konsumer memberikan jawaban yang serupa, yaitu social networking, wordpress, blog,Web 2.0, UGC (User Generated Content)..

Tidak bisa dipungkiri, kehandalan social networking seperti facebook, twitter, youtube, sudah terbukti menjadi social media yang menghubungkan sesuatu yang sebelumnya hilang...

Gerakan new media tersebut sejatinya diawali oleh media internet, merupakan layanan free dengan investasi yang sangat besar, dan hanya mungkin dijalankan oleh lingkungan industri kuat seperti di Amerika. Dengan konsep layanan gratis, tentu saja merupakan adopsi layanan Free To Air TV yang mana biaya layanan didukung oleh pengiklan.

Dengan berbagai janji keakuratan data pelanggan dan lainnya, facebook dengan jumlah pelanggan yang terdaftar sudah mencapai lebih dari 500 juta merupakan suatu komunitas dengan aktifitas ngerumpi terbesar. Namun efektifitas iklan di social media tersebut bagi pengiklan masih dalam observasi.

Disisi lain, jalinan emosi yang diciptakan oleh new media, ternyata efektif sebagai media iklan bagi industri berbasis emosi atau industri kreatif. tidak mengherankan hampir semua artist memanfaatkan twitter atau facebook untuk mengundang fans nya dalam berbagai event.

Argumen new media hanya untuk layanan gratisan dilabrak oleh Steve Job keturunan Arab Syria, dengan munculnya ping dalam media toko digital iTunes. Walaupun efektifitas ping dalam mendongkrak penjualan belum di keluarkan oleh Ami Steve Job, namun terobosan tersebut memberikan masukan positif.

Sejak Beberapa bulan kita melihat gencarnya iklan internet TV dari Sony dan Samsung, yang menjadi channel dari model distribusi Video Google TV. Youtube yang dimiliki Google mengalami kesulitan dalam mendistribusikan konten premium tanpa didukung oleh DRM. Akusisi widevine (www.widevine.com) menjawab permasalahan tersebut, sehingga dalam masa mendatang youtube akan menjalankan layanan video premium.

Maraknya pemberitaan akan munculnya layanan IPTV diawaki oleh Raksasa Telekomunikasi, Telkom sedikit banyak akan mempengaruhi new media, walaupun IPTV lebih terlihat sebagai perpanjangan tangan layanan payTV dengan beberapa fitur interaktif.

Pada bulan September 2010, patent adaptive video streaming diberikan kepada movenetwork. Menarik untuk disimak adalah Apple sudah memberikan teknologi tersebut untuk menjadi standar terbuka IETF (http://tools.ietf.org/html/draft-pantos-http-live-streaming-01), pada bulan Juni 2009.

Apakah Adaptive Video Streaming atau Adaptive Bit Rate (ABR) atau HTTP Live Streaming (HLS)? dan bagaimana teknologi tersebut dapat memperkaya konsep new media menjadi media konvergensi seutuhnya yang melibatkan industri broadcast, telekomunikasi, IT, dan konten kreatif lainnya sepergi movie, musik, game dan animasi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun