Mohon tunggu...
Restu Bumi
Restu Bumi Mohon Tunggu... -

Merah Putih Harga Mati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Ambisi Zulkifli Napak Tilas Posisi Hatta

22 Februari 2015   21:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14245890091488864436

[caption id="attachment_398600" align="aligncenter" width="496" caption="Zulkifli Mendamping Hatta Rajasa Saat Kampanye (Sumber Foto : www.tempo.co)"][/caption]

Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) tinggal menghitung hari. Pada 28 Februari ini, Partai Matahari ini akan menentukan nasib siapa nahkodahnya di Pulau Dewata, Bali, untuk lima tahun mendatang.

Hanya akan ada dua calon kandidat yang berupaya untuk menjadi Ketua Umum PAN. Pertama adalah tokoh yang sudah dikenal luas kiprahnya oleh masyarakat Indonesia karena sudah pernah menduduki berbagai jabatan strategis, yakni Hatta Rajasa. Dan yang kedua adalah Ketua MPR saat ini, Zulkifli Hasan.

Menilik rekam jejaknya, sejatinya ada yang unik antara kedua kandidat yang akan bersaing. Zulkifli sebenarnya sosok yang sejak dulu dekat dengan Hatta Rajasa. Zul, begitu ketua MPR ini biasa disapa, sejak dulu kerap dipercaya Hatta untuk memikul tanggung jawab untuk membantunya. Bahkan posisi sebagai Ketua MPR saat ini yang diduduki Zul pun tak lepas dari kepercayaan Hatta kepadanya.

Namun ada pertanyaan menarik yang perlu dijawab, kenapa Zul harus melawan terhadap orang yang sangat berjasa kepadanya?

Usut punya usut, sejatinya ada ambisi terpendam dalam diri Zul untuk bisa napak tilas posisi Hatta. Hatta mengawali karir di PAN mulai dari awal pendiriannya. Demikian pula dengan Zul. Di PAN, Hatta pernah menjabat ketua harian, ketua Fraksi PAN di DPR, Sekretaris Jenderal, dan Ketua Umum PAN. Posisi itu juga sudah pernah dirasakan oleh Zul, kecuali posisi Ketua Umum PAN.

Seorang kawan pernah mengatakan, bahwa sejatinya zul berambisi sekali mengikuti jejak berbagai posisi Hatta tersebut. Hal itu akan ia lakukan, meski saat ini ia harus melawan seniornya itu.

Berhasilkan Zul menggapai ambisi itu?

Secara personal, menurut hemat saya, sejatinya keduanya memiliki ketimpangan track record cukup tajam. Secara kinerja di PAN, sudah sangat jelas bahwa Hatta jauh diatas Zul.

Seperti kita tahu, kinerja Hatta dan Zul bisa kita bandingkan kala memimpin PAN. Zul pernah menahkodai PAN sebagai Sekretaris Jenderal pada pemilu 2009 bersama Soetrisno Bachir. Sementara Hatta menahkodai PAN pada pemilu 2014. Seperti apa perbandingannya?

Kala kepemimpinan PAN dibawah Soetrisno bachir dan Zul pada pemilu 2009, PAN mendapati kenyataan memperoleh suara terendah dalam sejarah sejak ikut pemilu 1999. Sementara kala kepempinan Hatta, PAN mendapatkan suara tertinggi dalam sejarahnya sejak ikut pemilu.

Sebagaimana kita tahu, perolehan suara PAN pada pemilu 1999 dan 2004 ketika masih diketuai Amin Rais adalah 7.5 juta dan 7.3 juta suara. Sementara pada pemilu 2009 kala diketuai Soetrisno Bachir dan Zul sebagai Sekjennya, PAN hanya meraih 6.2 juta suara. Ini adalah perolehan terendah PAN. Sementara pada pemilu 2014 saat diketuai oleh Hatta Rajasa, PAN bisa menggamit 9.4 juta suara. Ini adalah yang tertinggi dalam sejarah PAN.

Belum lagi kalau membandingkan kiprah antara Hatta dan Zul dalam konteks politik nasional. Banyak prestasi Hatta yang sudah teracatat. Kemampuan komunikasi politik yang dimiliki Hatta diatas rata-rata politisi nasional. Kebuntuan politik yang kerap terjadi dalam pentas politik kita, tak jarang cair dengan campur tangan Hatta. Kita masih ingat bagaimana Hatta bisa berperan dengan sangat baik mendinginkan tensi politik antara Mega dan SBY ketika bergolak.

Bahkan hingga saat ini, pengaruh Hatta dalam geliat politik nasional masih sangat kental. Coba lihat siapa tokoh yang bisa mendinginkan perseteruan antara KMP (koalisi merah putih) dan KIH (koalisi indonesia hebat) saat bersitegang dalam berbagai persoalan, khususnya terkait distribusi kekuasaan di DPR. Dibalik islah keduanya beberapa waktu lalu, Hatta berperan besar dalam mengakurkan kedua belah pihak.

Bagaimana dengan Zul? Saya rasa belum banyak catatan kiprahnya yang bisa diingat sebagai prestasi yang signifikan dalam konteks perpolitikan nasional. Pretasinya biasa-biasa saja.

Berbagai Cara

Merujuk fakta di atas, saya kira Zul sadar akan posisi inferiornya dibawah Hatta. Ia kalah segala-galanya. Itu sebabnya, dalam mewujudkan ambisi napak tilas posisi Hatta untuk merebut posisi ketua umum PAN, Zul mencoba semua sumber daya untuk bisa melakukannya.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan posisi kekuatannya sebagai besan pendiri sekaligus ketua MPP PAN, Amin Rais. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Amin saat ini berdiri diposisi Zul untuk merebut posisi Ketua Umum PAN.

Tak sampai disitu saja usaha Zul. Bahkan ia rela menarik kembali sosok mantan Ketua Umum PAN yang pernah duet bersamanya menghadapi pemilu 2009, Soetrisno Bachir (SB), untuk berdiri di gerbongnya. Padahal, rekam jejak SB tak begitu bagus. Sebagaimana telah disinggung di atas, SB adalah Ketum PAN paling gagal dalam sejarah PAN.

Tak sampai disitu, SB juga pernah menarik diri dari PAN dengan mundur sesaat setelah kalah berkompetisi dengan Hatta Rajasa dalam kongres sebelumnya. SB juga pernah menarik kantor PAN secara paksa yang sudah ia hibahkan secara suka rela saat menjadi Ketum PAN.

Upaya lain yang dicoba Zul adalah dengan membuat jargon perubahan di PAN. Padahal, jargon ini jauh dari kondisi konkrit evaluasi kinerjanya. Bagaimana bisa Zul akan membuat perubahan dikala ia sudah punya rekam jejak yang kurang baik di PAN sebelumnya? Bisakah ia membuat perubahan bersama orang-orang yang pernah gagal di PAN?

Dalam konteks ini, sepertinya para kader PAN yang memiliki hak suara harus realistis. Kapasitas Zul jika dibandingkan dengan Hatta dalam konteks kepemimpinan memiliki ketimpangan yang cukup curam. Hatta sudah terbukti berhasil dalam memimpin PAN, sementara Zul bersama gerbongnya, sudah pernah gagal memimpin PAN. Akankah Zul dan gerbongnya ini akan mampu membuat perubahan di PAN?

Dalam konteks ini, sepertinya Zul harus rela menunda dulu ambisinya untuk napak tilas posisi Hatta sebagai Ketum PAN. Karena posisi Hatta masih cukup menjanjikan membawa PAN lebih baik di masa datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun