Mohon tunggu...
R.Budi Ariyanto Surantono
R.Budi Ariyanto Surantono Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media Online & Digital Indonesia, Pemerhari Sosial, Kemasyarakatan, Seni dan Budaya, Praktisi Perlindungan Hak Konsumen & Pelayanan Publik

R.Budi Ariyanto Surantono, Praktisi Media Digital, Pemerhati Sosial, Kemanusiaan, Kemasyarakatan, Seni dan Budaya. Masyarakat Peduli Penyiaran Publik, Perlindungan Hak Konsumen dan Pelayanan Publik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tatkala Caleg Dhuafa Tumbang Oleh Dana Aspirasi Caleg Pertahana

19 Februari 2024   19:04 Diperbarui: 19 Februari 2024   21:43 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: R.Budi Ariyanto Surantono (*)

Pemungutan Suara dalam Pemilu 2024 sudah selesai dilakukan. Hasil perhitungan suara baik berupa Real Count Versi KPU ataupun Quick Count Lembaga Survey (Terdaftar KPU) sudah berjalan dan terus berlangsung hingga saat ini.

Walaupun prosentase perhitungan belum mencapai 100%, namun prediksi hasil akhir sudah bisa ditebak dengan 90% kebenaran.

Pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Gibran bisa dipastikan unggul dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Sementara PDI Perjuangan sangat mungkin unggul sebagai  Partai pemenang Pemilu 2024. 

Nah, bagaimana dengan Caleg-caleg yang bertarung di tingkat DPR.RI, DPRD Provinsi dan DPRD.Kota/Kabupaten ?

Walaupun proses perhitungan masih berlangsung, nampaknya tetap saja suara terbesar diraih caleg-caleg pertahana. Penulis mengamati suara-suara caleg pendatang baru rata rata terpaut sangat jauh dengan caleg-caleg incumban.

Disatu kota/kabupaten, caleg pertahana  bisa mengantongi suara ribuan pemilih, sementara caleg-caleg pendatang baru rata-rata hanya mengantongi puluhan suara di setiap dapilnya.

Mengapa bisa begitu ?. Ya, karena caleg-caleg pendatang baru banyak yang berasal dari partai-partai baru yang belum memiliki kemampuan financial untuk mensupport dan mendongkrak suara calegnya. Juga sangat banyak caleg-caleg baru yang berlaga tidak memiliki modal  finansial yang cukup bahkan masuk kategori "dhuafa".

Banyak yang hanya mengandalkan idealisme semata atau sekedar memenuhi kuota saja. Akibatnya mereka tidak memiliki modal dan kantong suara yang memadai sehingga perolehan suaranya tidak signifikan dan bahkan memprihatinkan.

Sungguh menyedihkan jika dalam satu Daerah Pemilihan (Dapil) yang terdiri dari 2-4 kecamatan, ia hanya mendapatkan suara 10-50 orang saja. Berarti kemungkinan besar hanya di coblos oleh keluarga dan saksi-saksi nya saja.

Sementara caleg-caleg pertahana begitu perkasa, karena pada saat sosialisasi dan kampanye mereka punya "senjata dana aspirasi" yang nilainya milyaran dan bisa menjanjikan sesuatu yang nyata kepada masyarakat yang disasarnya.

"Senjata Dana Aspirasi" terbukti ampuh taklukkan caleg-caleg "Dhuafa" yang sekedar bikin souvenir gantungan kunci aja tidak bisa. Yang untuk membayar saksi-saksi pun tidak mampu.

Lagi pula caleg-caleg incumban sudah diketahui kiprahnya di tahun sebelumnya ditambah strategi pamungkas memainkan dana aspirasi sebagai srnjata pamungkas di ujung masa kampanye. Ya jelas saja, caleg-caleg dhuafa keok dibuatnya.

(*) Pemerhati Sosial, Kemanusiaan dan Kemasyarakatan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun