Mohon tunggu...
Mona Suryaningsih
Mona Suryaningsih Mohon Tunggu... Mother of Two Beautiful Girls, Risa & Keysha -

Selanjutnya

Tutup

Politik

5 Alasan Setnov Pantas Dampingi Jokowi di 2019

6 Oktober 2017   15:03 Diperbarui: 6 Oktober 2017   17:10 2487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan ini, tepatnya pada 20 Oktober 2017, menjadi tahun ketiga masa kepemimpinan Presiden Jokowi. Dengan sisa dua tahun periode jabatan, berbagai program kerja masih banyak yang belum terselesaikan. Jika rencana kerja dan janji-janji sejak masa kampanye tersebut tidak juga tercapai, Jokowi masih bisa melenggak maju di Pilpres 2019 dengan berbagai pilihan, salah satunya dengan memilih pasangan yang bisa menutupi kekurangan Jokowi.

Setya Novanto menjadi salah satu kandidat kuat sebagai pendamping Jokowi. Sepak terjang Ketua Umum Partai Golkar dalam berpolitik dinilai dapat menjadi 'juru selamat' dalam mengatasi masalah-masalah yang ada. Berikut alasan mengapa Setnov layak mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019.

1. Hukum Adalah Masalah Kecil Bagi Setnov

Buruknya penegakkan hukum di masa pemerintahan Jokowi menjadi salah satu alasan mengapa Setnov layak menjadi pendamping Jokowi. Padahal, Jokowi pernah berjanji untuk reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi. Namun yang terjadi justru sebaliknya : Pelemahan terhadap KPK oleh partai pendukung pemerintah, Persekusi tokoh dan aktivis hukum dan HAM, Ribut-ribut antar instansi penegak hukum, dan sebagainya. Berbagai aksi demonstrasi besar yang terjadi belakangan juga merupakan representasi dari kekecewaan rakyat.

Nah, jika Jokowi berpasangan dengan Setnov pada 2019, masalah hukum dan Ham mungkin dapat diatasi oleh Setnov. Pasalnya, sosok yang menjadi Ketua DPR dua kali dalam satu periode tersebut sudah terukur kesaktiannya. Lolos dari jerat KPK merupakan salah satu prestasi Setnov. Hukum seolah tidak bisa menyentuh "papa".

Selain menjadi tersangka dalam kasus E-KTP, Setnov juga pernah terjerat beberapa kasus hukum,. Diantaranya adalah kasus suap PON Riau. Setnov membantah keterlibatannya. Ia juga membantah pernah menerima proposal bantuan dana APBN untuk keperluan PON Riau atau memerintahkan pihak Dinas Pemuda dan Olahraga Riau (Dispora Riau) untuk menyerahkan uang suap agar anggaran turun.

Pada kasus Akil Mochtar, Setnov pernah diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap, gratifikasi, dan pencucian uang terkait sengketa pemilihan kepala daerah yang bergulir di Mahkamah Konstitusi. Kasus ini menjerat mantan Ketua MK Akil Mochtar yang juga mantan politikus Partai Golkar.

Nama Novanto sempat disebut dalam rekaman pembicaraan antara Akil Mochtar dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jatim sekaligus Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Zainuddin Amali. Pesan BBM tersebut berisi permintaan uang Rp 10 miliar dari Akil kepada Zainuddin.

Dengan demikian, sudah terbukti keahlian Setnov dalam menagani masalah hukum. Skill Setnov meloloskan diri dari jerat hukum ini mungkin dapat digunakan Jokowi untuk menyelesaikan masalah-masalah hukum di Indonesia.

2. Menjadi Idola dan Panutan di DPR

Diawal periode 2014-2019, Setnov terpilih menjadi Ketua DPR melalui Koalisi Merah Putih sebagai pemilik suara mayoritas saat itu. Karena kasus 'Papa Minta Saham', Setnov dicopot dan kemudian digantikan oleh Ade Komaruddin.

Setnov kembali mendapat jabatan Ketua DPR setelah Majelis Kehormatan Dewan (MKD) menjatuhkan sanksi kepada Ade Komaruddin karena dua kali melakukan pelanggaran ringan sehingga terakumulasi menjadi pelanggaran sedang. Ade dicopot dari Ketua DPR. Sungguh pemimpin idola, bisa memutar-balik keadaan.

Saat menjadi tersangka kasus E-KTP, anggota dewan beramai-ramai mendukung Setnov, dengan membentuk Tim Khusus Hak Angket. Beberapa alasan digunakan DPR, mulai dari dugaan penyalahgunaan anggaran, hingga soal konflik internal di KPK. PowerSetnov untuk menggerakkan DPR bisa menjadi kekuatan baru bagi Jokowi. Lembaga Eksekutif dan Yudikatif sudah dikuasai. Jika bisa menguasai lembaga Legislatif, pastilah laju pemerintahan Jokowi tidak akan ada hambatan.

3. Dekat dengan 'The God Father' dan Punya Partai Besar

Dalam berbagai kasus, setiap kali ada persidangan dan pemeriksaan saksi, nama Setya Novanto selalu disebut dan secara otomatis pasti Golkar tersandera dan terbawa-terbawa negatif. Namun partai berlambang pohon beringin tersebut tetap mempertahankan Setnov sebagai pemimpin. Ini memperlihatkan betapa kuat pengaruh Setnov dalam berpolitik.

Bagaimanapun juga Setnov adalah ketua umum partai koalisi pendukung pemerintah saat ini, tentu ada keinginan oknum penguasa saat ini  untuk tetap dapat mendikte Quo Vadis Partai Golkar.

Mafia Hukum dinilai terlibat saat Johannes Marliem, Pemilik 500 GB Rekaman Korupsi E-KTP Meninggal dunia. Kematian Johannes Marliem, salah satu saksi perkara korupsi e-KTP, menambah daftar saksi dalam kasus itu yang meninggal.

Berita soal kematian Johannes Marliem kemudian dikaitkan beberapa media dengan peristiwa penyekapan yang ada di Edinburgh Avenue, West Hollywood. Saat itu, CBS Los Angeles memberitakan bahwa seorang pria bersenjata mengurung dirinya sendiri di dalam rumah yang ada di kawasan elite Beverly Grove sejak Rabu sore pukul 17.00 waktu setempat hingga Kamis pagi.

Diberitakan, FBI dan SWAT diterjunkan ke lokasi untuk bernegosiasi dengan pria bersenjata tersebut. Negosiasi dilakukan karena pria itu diduga turut menyekap seorang perempuan dan seorang anak. Tidak diketahui ketiga identitas orang yang ada di rumah itu.

Sebelum Marliem, ada dua saksi dari kalangan anggota Dewan meninggal. Mereka adalah politiksi Partai Demokrat, Mayor Jenderal TNI (Purn) Ignatius Mulyono, dan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar, Mustokoweni.

Ignatius meninggal di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, pada Selasa, 1 Desember 2015. Mantan anggota Komisi III itu meninggal karena penyakit jantung. Sedangkan Mustokoweni meninggal pada Jumat, 18 Juni 2010, di Rumah Sakit Elizabeth, Semarang, Jawa Tengah.

4. Daya Tahan Tubuh yang Kuat

Kesehatan merupakan hal penting dalam hidup. Jika seorang pejabat kesehatannya terganggu, tentu akan menjadi hambatan dalam menjalankan tugas negara. Setelah menang praperadilan melawan KPK, secara ajaib penyakit komplikasi  Setnov mendadak sembuh. Kesehatan Setnov dikabarkan mulai membaik. Padahal sebelumnya Setnov dikabarkan mengidap sinus, penyakit jantung, tumor tenggorokan, vertigo, penurunan fungsi ginjal, dan keseimbangan tubuh.

Sembuhnya Setnov dari sejumlah penyakit mematikan tersebut memperlihatkan bahwa secara fisik Ia memiliki daya tubuh yang kuat dan kebal penyakit. Ini menjadi nilai tambah Setnov untuk maju sebagai pendamping Jokowi, melihat Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sudah berumur, dan pernah masuk rumah sakit pada September 2015 karena terlalu lelah. JK dipasangi sebuah ring jantung. Bagaimanapun JK adalah manusia biasa, dan sudah sangat lama berpolitik, sejak 1960, tidak seperti Setnov yang mempunyai kesehatan melebihi manusia biasa.  

5. Tampan dan Terkenal

Setya Novanto merajai trending Twitter selama beberapa hari ini hingga akhir pekan kemarin. Foto jadul Setnov saat masih muda ramai dibicarakan oleh Netizen.

Sejumlah netizen memposting foto itu dan memasang teka-teki kepada followernya siapa kira-kira orang di foto tersebut. Para follower dengan mudah menjawabnya disertai dengan joke. Foto ini juga tersebar di grup-grup media sosial seperti Facebook, Whatsapp, Line, Instagram, dan lainnya. Setnov dalam foto itu bergaya ala zamannya. Rambut agak gondrong dan bagian atas kemeja yang dibuka sehingga terlihat sedikit dadanya.

Seiring zaman, Setnov tetap memperhatikan penampilan fisiknya. Di usianya yang 62 tahun sekarang ini, rambutnya tampak tebal dan hitam  karena perawatan yang baik. Wajahnya juga boleh dibilang awet muda dibandingkan usianya. Dandanannya kelimis. Bisa dikatakan Setnov adalah pria dandy dan metroseksual.

Tampilan merupakan hal penting dalam membangun citra, apalagi seorang politisi. Orang-orang yang tidak mengerti lelucon satir dan sarkastik akan menganggap joke tentang Setnov ini menjadi pembenaran untuk tetap mendukungnya. Tentu hal ini akan meningkatkan elektabilitas Jokowi Jika Ia memilih untuk berpasangan dengan Setnov pada 2019. Jokowi - Setya Novanto for 2019!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun