Mohon tunggu...
Reslaiman Buulolo
Reslaiman Buulolo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Long life education

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Manusia Kuat

12 November 2021   18:56 Diperbarui: 12 November 2021   18:57 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah nggak sih kalian merasa tidak akan mampu menghadapi suatu masalah? Ingin menyerah saja karena tidak yakin mampu melewati ini semua? Namun pada akhirnya, kamu sampai di titik ini, fase dimana kamu berhasil melewati itu semua. 

Setiap manusia pasti memiliki masalahnya masing-masing. Mulai dari masalah kecil yang dihadapi dengan tawa atau masalah besar yang dihadapi dengan tangis air mata. Berulang kali pun saya ingin menyerah pada keadaan. Namun entahlah, kenapa saya masih ada di sini dengan raga yang baik-baik saja. 

Tahun 2020 merupakan titik terendah dalam hidup saya. Cobaan datang silih berganti tanpa memberi jeda untuk bernafas sejenak. Berharap esok akan menjadi lebih baik daripada hari ini. Namun kemudian, saya dipatahkan lagi oleh harapan-harapan saya sendiri.

Saya bertanya-tanya. Mengapa bahagia tidak pernah berpihak kepada saya? Seolah-olah hidupku hanya dipenuhi oleh kesedihan yang tak berujung. Saya pun mulai membandingkan diri ini dengan orang lain yang seratus kali lipat lebih bahagia daripada saya dan perlahan perasaan iri itu muncul. 

Sebuah pertanyaan timbul di benakku. Mengapa hidup ini tidak adil? Mengapa bahagia hanya mendatangi mereka tapi tidak dengan saya? 

Kepribadian saya pun mulai berubah. Yang semula ceria dan banyak tawa, menjadi gadis pendiam yang lebih banyak menghabiskan diri di kamar. Sekadar mencoret-coret buku untuk meluapkan emosi atau menulis apa yang aku lakukan hari ini. Atau terkadang pula, aku menulis cerita untuk mengeluarkan sampah yang memenuhi kepalaku.

Saya mulai menarik diri dari pergaulan. Berulang kali menolak ajakan teman untuk bertemu. Bahkan sekadar membalas chat mereka pun saya ogah-ogahan. Bukan karena saya membenci mereka, namun karena saya malas berpura-pura bahagia padahal nyatanya tidak. 

Menunjukkan pada dunia bahwa saya tidak baik-baik saja pun tidak ada gunanya. Bukankah dunia akan terus berputar tanpa peduli jika kamu sedang hancur?

LANTAS BAGAIMANA BISA KAMU MELEWATINYA?

Entahlah, saya tidak ingat dengan detail cerita itu berjalan. Bukankah lebih baik menghapus kenangan buruk dan mengingatnya kembali sebagai pembelajaran? 

Yang saya ingat adalah saya menyerah namun tidak ingin melakukan hal-hal konyol yang akan saya sesali nantinya. Sebisa mungkin saya mencari alasan untuk bertahan, bahkan untuk hal sekecil apapun. Hal-hal tersebut saya tulis di notes ponsel sebagai pengingat bahwa masih ada seribu satu alasan untuk saya hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun