Mohon tunggu...
Resha Biantiputri
Resha Biantiputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pendek Bullying yang Terjadi pada Mahasiswa/i

19 Januari 2021   17:32 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:03 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENUTUP

 

Berdasar atas hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tindakan bullying lebih banyak terjadi di kalangan SD dan SMP. Bullying terjadi pada masa-masa sekolah tersebut dikarenakan adanya pola pikir yang belum dewasa hingga faktor-faktor lain yang mempengaruhinnya, sebab dalam masa ini masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Akan tetapi, hal ini haruslah di sikapi dengan tegas karena pada masa sekolah tersebut, seharusnya seseorang tidak boleh melakukan tindakan bullying serta tidak ada yang harus mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya partisipasi dan perhatian penuh dari berbagai pihak untuk mencegah dan mengatasi bullying pada masa sekolah ini.Namun ada dan tidak sedikit juga yang mengalami bullying di tingkat SMA dan perguruan tinggi. Padahal pada tingkat ini seharusnya mereka dapat lebih memahami bahwa tindakan tersebut ialah tindakan      yang salah dan dapat merugikan serta menyakiti orang lain. Dan dari data yang ada lebih banyak yang mengalami tindakan bullying dalam bentuk verbal/lisam. Bullying dalam jenis ini terkadang kita sendiri tidak menyadarinya, mungkin menurut orang lain hal tersebut adalah hal yang biasa saja. Namun, bagi sebagian orang yang lain mereka bisa merasa sakit hati atas ucapannya dan dapat digolongkan ke tindakan bullying.

Untuk mengatasi bullying ini tidak dapat dilakukan oleh orang lain melainkan dimulai dari diri sendiri, yang harus lebih banyak memahami perasaan orang lain dan pandai menempatkan diri di posisi orang lain. Mungkin dengan adanya sosialisasi atau campaign tentang tindakan bullying dapat meminimalisir terjadi bullying. Untuk pemerintah yang berwenang dan lembaga-lembaga sosial yang ada, agar lebih memberikan perhatian kepada adanya tindakan bullying yang terjadi ini dan turut serta memberantas bullying demi melindungi kesejahteraan anak bangsa. Untuk para orangtua, agar lebih perhatian kepada anak-anaknya sehingga mengetahui apa sajakah yang telah dialami oleh anak, khususnya dalam bullying baik pelaku yang harus diberikan nasihat dan arahan maupun korban yang harus di dampingi tanpa menyalahkan. Untuk masyarakat luas, agar lebih peduli dengan isu bullying, baik yang berada di sekitar maupun secara luas dan turut menghentikan dan memberantas apabila mendengar dan melihat adanya indikasi tindakan bullying secara langsung maupun tidak langsung tanpa adanya rasa takut kepada pihak lain.

REFERENSI

 

Maleong, L. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Jawa Timur: Zifatama Publishing

Harahap, E., & Saputri N. M. I. 2019. DAMPAK PSIKOLOGIS SISWA KORBAN BULLYING DI SMA NEGERI 1 BARUMUN. Ristekdik: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4, 68-75.  Diakses dari https://doi.org/10.31604/ristekdik.v4i1.68-75 

U.S. Departement of Health and Human Service. (2020, Juli 21). “Effects of Bullying”. Diakses dari https://www.stopbullying.gov/bullying/effects

Jayani, D. H. (2019, Desember 12). “PISA: Murid Korban 'Bully' di Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia”. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/data publish/2019/12/ 12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun