Mohon tunggu...
Resha Biantiputri
Resha Biantiputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pendek Bullying yang Terjadi pada Mahasiswa/i

19 Januari 2021   17:32 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:03 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan metode ini, dilakukan pengambilan data melalui kuisioner yang disebarkan untuk mahasiswa guna mengetahui berapa banyak mahasiswa yang pernah mengalami bullying. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menggambarkan mengenai jumlah berapa banyak mahasiswa/I yang pernah mengalami bullying, kapankah rentang waktu terjadinya, jenis-jenis bullying yang dialami, hingga sampai pada fokus utama peneliti yakni dampak yang dirasakan baik pada saat kejadian maupun sampai saat ini.

 HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan penelitian kepada 75 mahasiswa dengan menyebar angket atau kuisioner. Penelitian ini berfokus pada jumlah, rentang waktu, bentuk/jenis dan dampak atas pengalaman tindak bullying baik saat sekolah dasar maupun menengah yang telah dialami korban. Sehingga, Penulis mendapatkan hasil, 68% sampel yakni mahasiswa yang pernah mendapat tindakan bullying. Dari data tersebut dapat dicermati jika yang pernah menjadi korban atas tindakan bullying tersebut lebih banyak atau dominan jika dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami bullying. Oleh karena itu, data tersebut sudah menunjukan bahwasannya telah banyak yang menjadi korban atas tindakan bullying dikalangan mahasiswa. Pada data selanjutnya, telah ditemukan dan diketahui berapa banyak total jumlah yang pernah menjadi korban yang diwakili oleh para responden. Dari 51 responden yang pernah mendapat tindak bullying dapat di lihat bahwa yang pernah menjadi korban ini di dominasi oleh kaum perempuan sebanyak 75% atau 38 responden dari total 52 responden yang pernah mengalaminya. Hal ini berarti bahwa umumnya yang sering menjadi korban atas tindak bullying adalah pada kaum perempuan. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kaum laki-laki pun juga memiliki peluang menjadi korban atas bullying ini yang dibuktikan dengan terdapat 25% atau 13 responden laki-laki yang menjawab YA (pernah mengalami) pada angket/kuesioner yang dibagikan. 

Rentang waktu terjadinya bullying paling banyak dialami pada masa SD dan SMP dengan jumlah masing-masing sebanyak 33% atau 17 responden yang mengalaminya dari total keseluruhan responden yang berjumlah 51 responden. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa bullying paling sering terjadi pada perjalanan usia dari masa kecil menuju ke remaja seseorang, dimana hal ini dapat berarti juga sedang dalam masa-masa pencarian jati diri dan pendewasaan pemikiran. Sehingga tindakan bullying tersebut tidak seharusnya ada dan dilakukan oleh anak seumur itu. Selanjutnya disusul oleh urutan ketiga yang paling banyak, yakni masa SMA/K dengan jumlah sebanyak 12% atau 6 responden dari total 51 responden. Dimasa ini seharusnya tindakan bullying sudah tidak ada, sebab pada tahap ini telah terjadi pemikiran dan tindakan yang lebih dewasa daripada tingkatan sebelumnya. Namun pada kenyatannya dalam penelitian ini, masih saja terdapat yang mengalami bullying ditingkat SMA/K yang seharusnya lebih dewasa jika dibandingkan dengan tingkatan bawahnya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying sangat rentan terjadi pada masa-masa sekolah, khususnya pada jenjang SD dan SMP. Dan Bullying yang terjadi pada masa-masa sekolah tersebut dikarenakan adanya pola pikir yang belum dewasa hingga faktor-faktor lain yang mempengaruhinnya, sebab dalam masa ini masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Namun, hal tersebut harus di sikapi dengan tegas karena pada masa tersebut, seharusnya seseorang tidak berhak melakukan tindakan bullying dan tidak ada yang harus mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya partisipasi dan perhatian penuh dari berbagai pihak termasuk guru dan orangtua untuk mengawasi,  mencegah, dan mengatasi bullying pada masa sekolah ini.

Dari data responden tersebut juga, dapat menunjukkan bahwa bullying verbal atau melalui omongan lisan seseorang telah mendominasi daripada jenis bullying lainnya, yang mana tentu saja mendukung sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa lebih baik diam daripada berkata hal yang buruk kepada orang lain. Selanjutnya, terdapat bullying fisik dalam posisi kedua dengan jumlah sebanyak 12% atau 6 responden dan bullying sosial dalam posisi ketiga dengan jumlah sebanyak 6% atau 3 responden dari total keseluruhan 51 responden. Kedua jenis bullying tersebut juga tidak dapat dianggap remeh, sebab dapat menimbulkan pengaruh yang dahsyat untuk kepribadiannya serta luka fisik khususnya bullying fisik tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari bullying ada dua yaitu dampak pendek dan panjang. Yang dibahas disini yaitu dampak pendek bullying.

Dampak bullying yang bersifat pendek/sementara pengaruhnya terhadap korban atau merupakan dampak yang dirasakan para korban baik pada saat kejadian maupun setelah kejadian, yang umumnya bersifat sementara. Data yang digunakan dalam dampak pendek ini adalah seluruh data yang telah terkumpul dari seluruh jumlah responden, yakni sebanyak total 51 responden.  Dampak jangka pendek diantaranya rasa tidak percaya diri, overthinking, takut untuk bersosialisasi, sedih, depresi, dan masih banyak lainnya 

dapat diketahui bahwa rasa tidak percaya diri (insecure) menduduki posisi pertama dalam dampak pendek bullying yang paling sering dialami oleh korban dengan jumlah sebanyak 59% atau 30 responden dari jumlah total keseluruhan, yakni 51 responden. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak percaya diri (insecure) menjadi dampak yang paling sering dirasakan para korban bullying. Ucapan ataupun perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku membuat rasa percaya diri korban sangat jatuh dan merasa kalau dirinya buruk.

Pada posisi kedua, terdapat dampak pendek overthinking dengan jumlah sebanyak 39% atau 20 responden dan takut bersosialisasi menduduki posisi ketiga dengan jumlah sebayak 31% atau 16 responden dari jumlah keseluruhan, yakni 51 responden. Hal ini menunjukkan bahwa akibat dari perlakuan atau perbuatan para pelaku telah menyebabkan korban merasakan overthinking dan takut bersosialisasi. Mereka berfikir buruk akan dirinya sendiri, berfikir berlebihan akan apakah yang salah dengan dirinya dan membuat korban takut dalam bersosialisasi dengan teman-temannya karena korban memiliki trauma dari tindakan bullying ini yang akan membuat dirinya tidak mau bersosialisasi dan hanya mau menyendiri karena baginya hal tersebut menjadi sebuah  kenyamanan dan sekaligus untuk melindungi dirinya.

Selanjutnya, terdapat dampak merasa sedih dengan jumlah sebanyak 20% atau 10 responden, depresi dengan jumlah 14% atau 7 responden, takut kesekolah dengan jumlah sebanyak 12% atau 6 responden. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa para korban merasakan sedih dalam hatinya atas apa yang telah dilakukan para pelaku. Hal ini dapat menyebabkan rasa sedih yang berkepanjangan, dimana memungkinkan membuat pikiran korban menjadi kacau dan memicu korban untuk melakukan apapun sebagai media melampiaskan rasa sedihnya. Paling berbahayanya jika korban melampiaskannya kepada hal-hal negatif, yang mana dapat menimbulkan hal yang tidak baik. Tidak hanya itu, apabila saking tidak bisa di tahan lagi kesedihannya dapat menyebabkan korban berada pada fase tingkat lanjut yang juga berbahaya, yakni depresi. Depresi merupakan salah satu dampak yang paling bahaya karena tanpa diobati atau dituntun dengan baik, hal ini akan membuat mereka melukai diri sendiri dan juga kehilangan akal pikirannya. Depresi ini akan menghilan jika terdapat kemauan dari diri korban, sehingga korban depresi harus diberi semangat atau support agar cepat sembuh dan beraktifitas selayaknya orang lain. Korban  bullying  juga merasakan takut untuk bersekolah karena mereka merasa sekolah adalah tempat yang telah menyakiti batin dan fisik mereka. Bertemu dengan para  pelaku membuat mereka merasa enggan untuk pergi ke sekolah. Dampak tersebut dapat merugikan korban karena dari akibat bullying ini bisa menunda atau mengganggu cita-citanya serta masa depannya.

Kemudian terdapat dampak stress dengan jumlah sebanyak 6% atau 3 responden, cemas dengan jumlah sebanyak 4% atau 2 responden, down dengan jumlah sebanyak 4% atau 2 responden, dan trust issue dengan jumlah sebanyak 2% atau 1 responden. Akibat dari bullying yang terjadi pada korban membuat korban stress karena mereka selalu berpikir atau selalu terbayang-bayang akan kejadian bullying yang di alaminya. Mereka yang mangalami stress dapat menimbulkan kecemasan yang terlalu berlebihan. Kecemasan ini dapat meliputi kecemasan akan hidupnya dan kecemasan akan apa yang terjadi pada dirinya. Kecemasan tersebut dapat membuat diri korban merasa down karena memikirkan terlalu berlebihan dan beban dalam batin mereka sangatlah banyak. Selain itu, mereka juga merasakan trust issue pada lingkungan sekitarnya karena mereka merasa ketidaknyamanan dan tidak percaya akan lingkungan sekitarnya dan terakhir, terdapat dampak bullying yang paling sedikit di alami, yakni merasa dendam dengan jumlah sebanyak 2% atau 1 responden dan biasa saja 2% atau 1 responden. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa akibat bullying yang dirasakan korban dapat menimbulkan dendam yang mendalam pada diri korban. Secara tidak langsung, mereka para korban telah merekam sendiri dalam otak dan pikiran mereka saat-saat terjadinya bullying tersebut. Adanya kemarahan dan rasa sakit hati menjadi alasan utama korban ingin balas dendam. Mereka merasa tidak terima akan apa yang terjadi pada dirinya. Dampak seperti ini seharusnya tidak boleh karena akan menjadi kebiasaan buruk atau dapat menjadi masalah kedepannya. Terdapat juga korban yang merasa biasa saja karena mungkin salah satu responden tersebut tidak merasakan dampak yang berarti terhadap dirinya. Namun dari dampak yang ada, terdapat juga dampak positif yaitu membuat mereka menjadi percaya diri, menghargai orang lain, lebih kuat, terpacu untuk berprestasi, dan mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun