Mohon tunggu...
Muhammad Panji Romdoni
Muhammad Panji Romdoni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Learner a new thing.. Student of Quranic Science UIN SGD Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilukada 2015: Dibawah Bayang-bayang Pragmatisme

7 Desember 2015   21:11 Diperbarui: 7 Desember 2015   21:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem masyarakat dalam Islam adalah sistem masayarakat yang idealis juga. Rasulullah SAW menyebutkan muslim dan muslim lainnya merupakan suatu bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Bisa difahami bahwa seorang muslim tidak boleh keluar dari fungsi yang telah ia jalani. Jika ia berfungsi sebagai pengajar, maka ia harus mendukung muslim lain yang berfungsi atau berprofesi sebagai pegawai dan lain sebagainya. Di lain kesempatan Rasulullah mengibaratkan kehidupan muslim sebagai sebuah jasad.

Jika satu anggota badan merasa sakit, maka yang lain akan merasakannya juga. Bisa difahami, seorang  muslim itu harus memiliki kepekaan sosial. Muslim tidak boleh membiarkan muslim yang lain kesusahan, dalam artian muslim harus bahu-membahu untuk membantu satu sama lain. Jika dalam jasad ada mata yang menangis, maka tanganlah yang menyapu air matanya. Jika seorang muslim sedang dirundung duka, maka datanglah muslim lain yang menghiburnya. Begituah kira-kira.

Dalam kehidupan bernegara, sikap-sikap pragmatis selalu saja lebih dominan. Ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa Negara kita ini telah 70 tahun merdeka, tapi masih banyak rakyat yang belum sejahtera. Korupsi, kolusi dan nepotisme masih menjadi trending topic hari ini.

Berbagai faktor dan masalah masih mengurung nasib rakyat Indonesia. Korupsi yang dilakukan oleh para pemimpin dan wakil-wakil rakyat masih terjadi dan sangat masif. Tercatat berbagai kasus korupsi dan kasus suap-menyuap masih santer terjadi. Korupsi ini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang biasa tapi orang yang soleh dari partai yang sangat islami pun ada. Inilah mungkin sikap-sikap pragmatis yang dicontohkan oleh para pemimpin bangsa yang justru menjadi cerminan bagi rakyat biasa.

Sebenarnya masalah korupsi dan suap-menyuap ini telah diperingatkan dalam Islam. Rasul pernah mengatakan bahwa, Allah melaknat orang yang menyuap dan menerima suap. Laknat Allah adalah menjauhkan seseorang dari rahmatnya, dari anugerahnya. Bagi muslim, tak ada yang lebih diharapkan dalam kehidupanya selain dari mendapat rahmat dari Allah. Jika seorang muslim melakukan suap, berarti ia siap untuk menjauh dari rahmat Allah. Begitu pula orang yang menerima suap. Bersiap-siaplah untuk jauh dari rahmat Allah.  

Pemilukada sekarang bersiap berada pada bayang-bayang pragmatisme. Sikap pemilih yang ingin enaknya saja, walau itu hanya sebentar, dengan memakai berbagai macam dalih untuk melegalkan mereka dalam menerima suap. Mirisnya, ini bukan hanya dilakukan oleh orang yang kriteria pengetahuan agamanya rendah, tetapi, sekali lagi, dilakukan oleh orang-orang alim yang berpengetahuan luas dalam agama. Sikap calon kepala daerah yang dikhawatirkan juga melegalkan segala cara untuk mendapatkan kursi kepemimpinan. Juga sikap partai-partai politik yang dengan curang membatasi kebebasan calon-calon pemimpin daerah. Mereka memilih calon kepala daerah yang sesuai dengan kriterianya saja, bukan calon kepala daerah yang memang kompetitif untuk memajukan daerah itu.

Melihat berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi setelah pemilukada ini. Sebagai rakyat kita mesti bersikap idealis, dengan cara tidak menerima apapun bentuk money politic yang dilakukan oleh para calon kepala daerah. Kita harus mampu untuk tegas, bahkan menolak untuk memilih calon yang melakukan hal-hal seperti itu. Kita mengharapkan pemimpin yang ingin membangun daerah kita dengan ikhlas, maka kita juga harus memilih mereka dengan ikhlas, tanpa pamrih dan meminta imbalan.

Calon kepala daerah yang mungkin akan terpilih ataupun tidak, diharapkan untuk tidak melakukan korupsi. Korupsi-korupsi yang dilakukan akan menyakiti rakyat. Penulis catat ungkapan dari Gubernur Jakarta, Basuki Cahaya Purnama, bahwa hal tersulit dalam memimpin itu adalah tidak korupsi. Oleh karena itu, untuk membela dan membangun bangsa kita tercintai ini langkah pertamanya adalah tidak korupsi. Itu saja.

Terakhir, mari kita ciptakan lingkungan-lingkungan yang jauh dari sikap pragmatisme. Baik itu di kampus, sekolah, rumah dan masyarakat. Jika kita bisa membangun mental idealis, dalam arti siap melawan godaan-godaan yang bisa merugikan orang banyak, Indonesia akan maju dan jaya.

Dalam pemilukada kali ini kita juga berharap, kepala-kepala daerah yang lahir dari pemilihan ini merupakan murni pilihan rakyat dan bisa bertanggung jawab memajukan daerahnya. Kepala daerah yang bersikap idealis, anti suap dan anti korupsi. Pemimpin daerah yang rela berkorban untuk rakyatnya, bukan yang rela mengorbankan rakyatnya. Pemimpin daerah yang selalu mendahulukan kepentingan rakyatnya, bukan yang ingin didahulukan kepentingannya. Pemimpin daerah yang merakyat, bukan pemimpin yang membuat rakyat melarat. (MPR)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun