Mohon tunggu...
Razita Syahma Putri Riejaddi
Razita Syahma Putri Riejaddi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Prodi Hukum, UPN “Veteran” Jakarta

Saya merupakan mahasiswa aktif dari S1 Prodi Hukum, Fakultas Hukum, UPN “Veteran” Jakarta. Memiliki ketertarikan dalam bidang penelitian atau riset mengenai isu-isu terkini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Iman dan Taqwa: Fondasi Utama Untuk Membangun Karakter Mulia Ditengah Arus Digital

22 Oktober 2024   20:34 Diperbarui: 23 Oktober 2024   14:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi Iman

Secara bahasa Iman berasal dari kata yang artinya percaya. Sedangkan, secara istilah para ulama mendefinisikan iman dengan :

"Tasdiqun Bil Qalbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu Bil Arkan" 

Bila kita jabarkan, Tasdiqun Bil Qalbi (Meyaniki dalam hati), Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan atau perkataan), Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan)

Artinya, setiap potensi yang ada di dalam jiwa seorang manusia ialah kebenaran di dalam hati, dilakukan dengan ucapan karena kebenaran iman tidak perlu diragukan lagi dalam ucapannya, ia meyakini atas perintah iman yang saling berhubungan dengan hati serta ucapan untuk melakukan perintah dari yang serba maha.

Iman sebagai suatu keyakinan yang wajib dimiliki bagi seorang Muslim serta diimplementasikan dalam berperilaku di masyarakat. Hal ini dapat dimulai dari sikap paling sederhana, seperti :

1. Enggan melakukan perbuatan yang menjadi laranganNya karena takut kepada Allah SWT,

2. Memiliki kemurahan hati dalam mengeluarkan harta di jalan Allah SWT,

3. Selalu mengharapkan rahmat Allah SWT,

4. Beribadah kepada Allah secara ikhlas (tidak riya) atau ingin dipuji oleh orang lain. Hal ini menunjukkan sifat munafik.

Iman dan Taqwa saling terkait karena tanpa iman seseorang tidak dapat mencapai ketaqwaan.

Adapun definisi Iman menurut etimologi dan terminologi :

a. Iman adalah, sikap batin yang terletak dalam hati (jiwa) tidak terlepas dari proses dan kondisi psikologis, juga kondisi internal serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya.

b. Iman adalah, ikatan antara qalbu (hati) dengan ucapan dan perilaku serta sangat menentukan nilai kepribadian atau nilai kemanusiaan seseorang secara mutlak, baik buruknya akhlak manusia tergantung imannya yang dimiliki.

Krisis Iman Merupakan Dampak Negatif Pada Era Digital

Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknologi dan media komunikasi saat ini berkembang sangat pesat sehingga memberikan beberapa dampak negatif yang dapat memicu adanya krisis iman, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. 

Fenomena ini disebabkan oleh perbedaan pandangan serta pola pikir yang terbentuk akibat kecanduan terhadap teknologi, khususnya penggunaan gadget yang tidak terpantau oleh orang tua. Banyak anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan dengan perangkat mereka tanpa pengawasan, sementara para remaja dengan mudah menyerap informasi dari media online tanpa menyaring atau memverifikasi kebenarannya. Akibatnya, mereka terpapar pada konten-konten yang berpotensi negatif, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai iman. 

Situasi ini menciptakan tantangan besar bagi perkembangan spiritual generasi muda. Selain itu, krisis ini tidak hanya berdampak pada hubungan mereka dengan agama, tetapi juga membentuk perilaku yang lebih individualistis dan egoistis. Mereka menjadi lebih tertarik pada dunia maya dan mengabaikan interaksi sosial yang mendalam, baik dengan keluarga maupun pada lingkungan masyarakat di sekitar mereka. Fenomena ini menjadi potret yang memprihatinkan dari generasi saat ini, pula menjadi bukti nyata bahwa semakin terkikisnya nilai-nilai moral serta keagamaan yang berpengaruh besar dalam membentuk karakter dan integritas pribadi juga memicu perilaku dominan dalam melakukan aktivitas digital dibandingkan melakukan ibadah spiritual sehingga nilai-nilai spiritualitas agama semakin menipis sebagai karakteristik seorang muslim.

Faktor-Faktor Untuk Meningkatkan Iman

1. Mempelajari dan mengenali perintah Allah dan Rosulnya serta meninggalkan larangan Allah dan Rosulnya menurut Al Quran dan hadist sesuai dengan kemampuan dan tingkatkan pemahaman (proses pengenalan). 

2. Membiasakan diri mengerjakan perintah Allah dan Rosulnya dan meninggalkan yang dilarang-Nya baik kesadaran sendiri maupun saat berada di lingkungan pergaulan (masyarakat) proses pembiasaan.

3. Menumbuhkan rasa cinta yang tulus dan ikhlas terhadap perintah Allah dan terhadap laranganan-Nya sudah menjadi kebutuhan bukan sekedar membayar kewajiban kepada Allah dan Rosulnya.

Ruang Lingkup Iman Menurut Para Ulama 

Illahiyat : Membahas tentang ketuhanan,

Nubuwwat : Membahas tentang utusan-utusan Allah SWT atau Rasul dan para Nabi,

Ruhaniyat : Membahas tentang makhluk ghaib seperti Jin, Iblis, dan Malaikat.

Sam'iyyat : Membahas tentang alam ghaib seperti alam kubur, akhirat, surga, dan neraka.

Tanda-Tanda Orang Beriman Sesuai Dengan Q.S Al-Anfal : 2-3

1. Orang yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,

2. Apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka,

3. Hanya kepada Allah mereka bertawakal,

4. Orang-orang yang mendirikan shalat.

Definisi Taqwa

Secara bahasa Taqwa berasal dari kata 

yang artinya memelihara. Sedangkan secara istilah para ulama mendefinisikan taqwa dengan,

امتثال اوامرهلال عزوجل واجتناب نواهيه

Sebagaimana kita sering mendengar para ulama menyampaikan di setiap kesempatan dalam pembicaraannya, yang berbunyi "Melaksanakan Perintah Allah Dan Menjauhi Larangan-Nya" 

Bagi setiap muslim, pastinya tidak asing dengan perintah mutlak Allah SWT mengenai Shalat lima waktu, hal ini menjadi bukti nyata bila kita sebagai muslim menjalani perintah tersebut berarti tertanam iman serta taqwa di dalam diri kita. Maka dari itu, untuk meningkatkan rasa taqwa dalam diri setiap muslim demi tercapainya karakter mulia harus melakukan kebiasaan-kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana sudah diterapkan terlebih dahulu oleh para Rasul dan Nabi kita, seperti :

1. Melakukan tindakan positif yang bermanfaat dan menebarkan kebaikan kepada manusia maupun Allah SWT secara konsisten,

2. Mampu mengendalikan hawa nafsu seperti emosi termasuk kemarahan,

3. Percaya terhadap takdir dari rencana Allah SWT.

Dengan mengimplementasikan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari hari menjadikan setiap individu memiliki keselamatan di dunia maupun akhirat, karena melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun