Mohon tunggu...
Nuzul Mazida Rahma
Nuzul Mazida Rahma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang perempuan biasa dengan kehidupan yang luar biasa super.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tolong dong, 'Mereka' itu Bukan Diary!

20 Maret 2012   04:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tolong dong, Mereka itu Bukan Diary!”

Jejaring sosial akhir-akhir ini semakin marak diakses oleh berbagai kalangan. Tak memandang umur, tingkat pendidikan ataupun status sosial dari si pengguna. Tak sedikit yang menggunakan jejaring sosial untuk ladang bisnis. Seperti bisnis online shop, jasa dan lain sebagainya. Namun tak sedikit pula, ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai DIARY (Walaupun dulu saya sempat tergolong, DULU! Jaman ababil. Catet ya).

Ampun deh, ketika kita sedang asyik berselancar di akun facebook atau twitter, tiba-tiba ada salah satu status teman yang berisi semacam umpatan kejengkelan, kemarahan, sindiran atapun luapan emosi dari si pemilik akun masuk ke halaman kita. Ya! Lagi-lagi jejaring sosial menjadi semacam DIARY. Untung-untung kalo umpatannya buat seseorang yang tidak memiliki akun. Nah kalau orang yang dimaksud memiliki akun dan berteman dengan dia? Wah, wah, ini sudah tergolong pencemaran nama baik di khalayak publik. Meskipun itu dengan inisial huruf saja ataupun tidak menggunakan nama asli dalam umpatannya. Tapi, tetap saja membuat sakit hati orang yang membacanya terutama diperuntukkan untuk dirinya yang merasa. Dan secara tak langsung pun, hal itu memberi efek negatif ke para pembaca yang lain.

Maka dari itu, jangan pernah sekali-kali mengumpat, menyindir, marah ataupun meluapkan emosi jiwa ke dalam status jejaring sosial. Hati-hati! Itu bisa jadi boomerang buat kita nantinya. Lebih baik mengkomunikasikan masalah kita kepada orang yang bersangkutan, tatap muka, agar ada jalan keluar dari masalah itu dan tak ada pihak yang merasa tersakiti ataupun disakiti. win-win solution. Bukan dengan cara seperti itu. Yang saya sebut sebagai ababil (abg labil), sedikit-sedikit tiap 5 menit sekali posting di twitter atau facebook. Kalau ini sih jadi semacam mengundang simpati dari para teman-teman yang lain yang sebenarnya tidak tahu menahu mengenai masalah yang sedang dialami. Yang ujung-ujungnya berprasangka buruk dan menuduh salah satu pihak. Hah! Dampak yang parah dan berkepanjangan kan?

Asalkan kita tau, semua yang terposting di jejaring sosial itu merupakan refleksi dari diri kita masing-masing loh. Bisa negatif ataupun positif, itu tergantung bagaimana kita mengelola emosi. Kalau lagi emosi jiwa, mending jauh-jauh deh dari yang namanya jejaring sosial. Tenangkan pikiran dan perasaan dulu. Baru deh setelah tenang, buka kembali akun kita.

Well, dari pada mosting di twitter dan facebook, lebih baik bikin blog pribadi deh ya. Kan lebih seru dan bebas berekspresi tanpa belenggu asmara (loh?) ;D

Selamat siang dan selamat beraktivitas.

Salam hangat, Razidazul! C=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun