Mohon tunggu...
Abdul Razaq
Abdul Razaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aktivis Sosial dan Keagamaan

Memanfaatkan Hidup untuk Hidup Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneropong Dekelana: Slogan atau Solusi Nyata untuk Anak

12 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 12 Mei 2024   23:05 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Koleksi Pribadi

Di tengah dinamika perkembangan masyarakat, keberadaan anak menjadi perhatian utama dalam pembangunan, baik infrastruktur maupun sosial. Namun, masih terdapat tantangan besar terkait kebutuhan dan perlindungan bagi mereka, terutama di lingkungan desa atau kelurahan. Untuk mengatasi hal ini, konsep "Dekelana" (Desa/Kelurahan Layak Anak) menjadi sorotan penting. Apakah ini hanya sebatas slogan kosong ataukah solusi nyata bagi pemenuhan hak-hak anak?

Desa/Kelurahan layak Anak (Dekelana) dimaknai pembangunan desa/kelurahan yang menyatukan komitmen dan sumberdaya pemerintah desa/kelurahan yang melibatkan masyarakat dan dunia usaha yang berada di desa/kelurahan, dalam rangka mempromosikan, melindungi, memenuhi dan menghormati hak-hak anak, yang direncanakan secara sadar dan berkelanjutan.

Gambar Koleksi Pribadi
Gambar Koleksi Pribadi

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Hak anak tersebut meliputi hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya; serta perlindungan khusus.

Konsep Dekelana bukanlah semata slogan untuk dikumandangkan. Ini adalah landasan strategis yang mengintegrasikan kebutuhan, hak, dan perlindungan anak ke dalam perencanaan dan pembangunan di tingkat desa atau kelurahan. Keberadaan Dekelana bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.

Namun, program Dekelana ada yang melihatnya sebagai slogan semata, sementara yang lain menaruh harapan besar sebagai solusi nyata untuk anak.

Gambar Koleksi Pribadi
Gambar Koleksi Pribadi

Slogan atau Solusi Nyata

Bagi sebagian orang, Dekelana hanya sebatas slogan tanpa implementasi konkret. Mereka mempertanyakan bagaimana program ini dapat diwujudkan di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Kekhawatiran ini diperkuat dengan belum maksimalnya sosialisasi dan edukasi terkait program Dekelana kepada masyarakat.

Di sisi lain, banyak pihak yang optimis, bahwa Dekelana dapat menjadi solusi nyata bagi anak. Mereka melihat program ini sebagai sebuah langkah penting untuk membangun lingkungan yang ramah anak. Dekelana, diharapkan tercipta sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan hak-hak anak.

Mencari Jawaban yang Tepat

Menjawab pertanyaan apakah Dekelana hanya slogan atau solusi nyata, diperlukan upaya konkret dari semua pihak. Pemerintah perlu memastikan program ini, diimplementasikan dengan baik dan terukur. Masyarakat perlu dilibatkan aktif dalam proses mewujudkan Dekelana di lingkungan mereka.

Peran serta masyarakat menjadi krusial. Masyarakat setempat, bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, harus aktif terlibat dalam mengidentifikasi masalah, menyusun rencana aksi, dan melaksanakan program-program Dekelana. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam Forum Anak Kelurahan, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD), Satgas Sigrak (satuan tugas siap gerak atasi kekerasan), satgas PPA (satuan tugas perlindungan perempuan dan anak), dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.

Selain itu, pendekatan dan kolaborasi lintas sektoral juga tidak kalah penting. Beragam aspek yang terkait dengan anak, mulai dari kesehatan, pendidikan, perlindungan, hingga lingkungan. Dengan pendekatan lintas sektoral, berbagai program dan kebijakan dapat diintegrasikan secara efektif untuk memberikan dampak yang lebih besar bagi anak-anak.

Dekelana juga memerlukan komitmen kuat dari pemerintah, mulai dari pusat hingga pemerintahan yang paling bawah, yaitu Desa/Kelurahan. Keterlibatan aktif pemerintah dalam menyediakan sumber daya, peraturan dan kebijakan yang mendukung, serta pengawasan yang ketat, juga menjadi faktor keberhasilan implementasi konsep Dekelana.

Yang tidak kalah pentingnya, tidak hanya soal penyediaan fasilitas fisik, tetapi juga perlindungan sosial. Perlindungan terhadap anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi harus dijamin sebagai bagian integral dari Dekelana. Selain itu, implementasi Dekelana dengan pendekatan berbasis hak. Anak-anak bukanlah objek yang hanya menerima bantuan, melainkan subjek yang memiliki hak untuk dilindungi, berkembang, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.

Selain itu, upaya penguatan kapasitas juga tidak boleh diabaikan. Pelatihan, edukasi, dan pendampingan bagi para pemangku kepentingan, terutama para orang tua dan petugas terkait, menjadi investasi jangka panjang yang vital untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.

Dalam konteks globalisasi, tantangan bagi Dekelana menjadi semakin kompleks. Perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi informasi mempengaruhi pola hidup dan kebutuhan anak-anak. Oleh karena itu, adaptabilitas dan inovasi menjadi kunci dalam menjaga relevansi dan efektivitas konsep Dekelana.

Selain itu, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program Dekelana secara berkala. Hal ini dilakukan untuk memastikan program berjalan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Kesimpulan

Dekelana bukanlah sekedar slogan, tetapi merupakan solusi nyata yang memerlukan komitmen, sosialisasi dan edukasi, partisipasi aktif masyarakat, penguatan regulasi, kolaborasi lintas sektoral, pemantauan berkelanjutan, dan pendekatan berbasis hak untuk menciptakan desa atau kelurahan yang benar-benar layak bagi anak-anak. Ini adalah upaya bersama untuk memastikan bahwa, setiap anak memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, tanpa terkekang oleh kondisi lingkungan tempat mereka tinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun