“Entahlah bos, nantilah gue pikirin, gue mau fokus ke ulangan umum dulu.” Akhirnya yang lain diam, capek juga menyemangati Rio yang memang sudah lelah dengan pengejaran cintanya itu.
“Lagi ngomongin apa ni bro? Seru banget kayaknya sampai kedengaran di luar.” Hadi tiba-tiba datang ke kamar membawa 1 piring besar berisi banyak potongan martabak manis.
“Wuih… sedaaaap ni.” Doni tidak menghiraukan pertanyaan Hadi. Matanya tertuju pada piring yang dibawa sahabatnya itu. Ketiga sahabatnya yang lain termasuk Rio yang tadi cemberut pun langsung berbinar matanya begitu melihat martabak manis yang menggiurkan itu.
“Kalian ini kalau udah liat martabak manis kayak liat cewek cantik aja.” Hadi geleng-geleng kepala sambil meletakkan martabak manisnya di tengah-tengah mereka.
“Menurut gue ini lebih cantik daripada semua cewek di sekolah kita, Di!” sahut Aga sambil mencomot satu potong martabak manis yang diikuti juga oleh keempat sahabatnya yang lain. Tidak sampai 10 menit, martabak manis di hadapan mereka sudah ludes tak bersisa.
* * *
Bersantai di teras rumahnya malam hari begini selalu bisa menenangkan Rio setelah melalui harinya yang melelahkan. Banyak hal yang dilamunkannya, tapi tetap dalam kesendiriannya itu, Sera selalu terlintas di pikirannya. Sejak SMP cewek tersebut tidak bisa hilang dari pikiran dan hatinya, malah rasa itu makin menjadi-jadi. Tapi setelah itu dia selalu mengubur perasaannya dalam-dalam, toh dia sudah ditolak dua kali sama Sera. Kadang-kadang dia merasakan sakit jika mengingat fakta itu. Rio tersentak dari lamunannya begitu mendengar bunyi nada BBM nya. Ada chat yang masuk.
“Yo, besok tolong bawakan buku yang loe pinjam waktu itu ya.” ternyata dari Sera. Kembali hati Rio mendadak menghangat.
“Oke, Ser. Gue juga udah selesai bacanya.”