Mohon tunggu...
Rayyi Mufid Tsaraut Muzhaffar
Rayyi Mufid Tsaraut Muzhaffar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Anggota Jurnalis Media Pelajar Forum OSIS Jawa Barat

Hanya bocah SMA yang bermimpi menjadi seorang Kuli Tinta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kala Identitas Bertentangan dengan Realitas, Mengulas Film Monster (2023)

24 Juni 2024   20:42 Diperbarui: 25 Juni 2024   00:30 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Clip via X/Twittwr user/@saeguks

Minato dan Makiko (Clip via Medium user/@salvatore)
Minato dan Makiko (Clip via Medium user/@salvatore)

Keintiman antara Minato dan Yori juga dibuktikan dengan pengakuan Minato atas perasaannya. Saat hilang pasca-dikejar Mr. Hori di tangga, terungkap dirinya sedang berbincang dengan Kepala Sekolah.

"Aku tidak begitu yakin, tapi aku menyukai seseorang. Aku tak bisa bilang ke siapa-siapa, jadi aku berbohong, karena mereka akan tahu aku tidak akan pernah bisa bahagia."

Wajah senja Makiko tersenyum kala mendengar hal itu. Dirinya memahami orang yang dimaksud Minato adalah Yori. Sang Kepala sekolah menimpali;

"Kalau hanya sebagian orang yang memilikinya itu bukan kebahagiaan. Itu hanya omong kosong. Kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa dimiliki semua orang."

Jadi, bisa disimpulkan keduanya menanggung beban yang sama; ketidaksesuaian identitas dengan realitas masyarakat yang mereka tempati. Kebahagiaan hanya angan semata karena orientasi seksual mereka bertentangan dengan nilai sosial yang ada.

Kritik Sosial Hirokazu Kore-eda


Kore-eda seringkali menampilkan kritik sosial lewat berbagai film di bawah arahannya. Sebelum Monster, Kore-eda lebih dulu merilis Film Shoplifters pada tahun 2018 dan meraih prestasi mentereng dengan 49 kemenangan dari 76 nominasi di Cannes Film Festival. Di sana, ia mengangkat tema kesenjangan sosial dan kehidupan masyarakat miskin yang marginal di Jepang. Ia seakan ingin mengulangnya kembali di film ini dengan tema yang lebih berani.

Walaupun banyak pendapat yang tidak mengamini orientasi seksual antara Minato dan Yori karena usia mereka yang terlalu dini, tampaknya persepsi itu terbantahkan. Secara resmi Kore-eda mengatakan produksi film ini tak lepas dari peran Komunitas LGBTQ+ di Jepang. Sang Sutradara mengaku berkonsultasi pada beberapa seksolog terkait bagaimana respons masyarakat terhadap minoritas gender dan orientasi seksual serta pengalaman mereka sebagai kelompok rentan. Hal tersebut disajikannya dalam Film Monster dengan menampilkan spektrum identitas gender dari sudut pandang anak-anak.

Source: Clip via Pinterest user/@rieI
Source: Clip via Pinterest user/@rieI

Oleh karena itu, kita bisa menyaksikan pada banyak scene kedekatan antara Minato dan Yori. Salah satunya saat Minato bertanya pada Yori mengapa tidak mengadukan teman sekelas yang menjahilinya pada Mr. Hori yang saat memergoki dirinya terkunci dalam toilet.

"Dia hanya akan bilang aku tidak berlagak seperti lelaki," jawab Yori.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun