Multi Level Marketing atau biasa disingkat MLM, sebuah bisnis berbasis marketing yang tengah marak di Indonesia. Jaminan kaya dan komisi besar menjadi faktor mengapa bisnis MLM tengah digandrungi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat dengan strata ekonomi menengah kebawah. MLM dikenal dengan bisnis berkonsep upline - downline, bahkan nyaris dari semua perusahaan MLM memegang konsep ini. Perusahaan MLM biasanya menawarkan beberapa produk dan syarat ketentuan untuk anggota yang ingin bergabung adalah dengan cara membeli produk tersebut dan mulai mencari jaringan atau mencari anggota baru agar terjadi keseimbangan (upline - downline).
Produk yang ditawarkan pun berbeda-beda; pulsa, alat kesehatan, obat atau sejenisnya. Sama dengan perusahaan marketing lainnya, hanya saja MLM menjanjikan komisi kepada anggotanya yang berhasil menjaring anggota baru untuk bergabung dengan perusahaan. Semakin banyak anggota yang berhasil dikumpulkan, semakin besar pula komisi yang akan diterima. Sebut saja perusahaan Bunga Mawar yang menawarkan produk alat multi-fungsi yang bisa juga dipakai sebagai alat kesehatan. Perusahaan Bunga Mawar menawarkan produk senilai 8,5 juta dengan jaminan sekali beli Anda bisa gunakan hingga ahli waris. Bunga Mawar berjanji pada anggotanya, siapapun yang berhasil menjaring rekan atau anggota untuk bersedia datang ke sebuah presentasi yang rutin dilaksanakan oleh perusahaan, maka akan mendapatkan komisi besar - bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan - dengan iming-iming komisi seperti ini, siapapun akan tertarik dengan bisnis ini. Hanya bermodalkan membeli produk senilai 8,5 juta, maka kita akan mendapatkan hasil/ komisi yang jauh daripada modal kita.
Lalu apa maksud dari MLM yang terlanjur dicap buruk oleh sebagaian masyarakat Indonesia?
Mempublikasikannya Dengan Cara "Menipu"
Siapapun manusia di bumi, termasuk Tuhan sekalipun akan benci jika kita ditipu. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Survey menunjukan bahwa mayoritas cara perusahaan MLMÂ menarik minat masyarakat adalah dengan cara menipu. Banyak cara yang dilakukan agar masyarakat bersedia datang ke presentasi rutin yang dilaksanakan oleh perusahaan; ke pantai, jalan-jalan dan lain sebagainya. Cara ini dipakai agar masyarakat bisa datang ke presentasi tersebut tanpa adanya paksaan dari anggota yang sebelumnya telah bergabung dan ingin mencari jaringannya. Dengan cara menipu dan datang ke presentasi, otomatis anggota yang berhasil mengajak akan mendapat komisi yang sebelumya telah dijanjikan oleh perusahaan.
Cara ini dianggap sebagai tradisi, turun-temurun. Beberapa dari masyarakat yang secara tak langsung telah ditipu itu ada yang bersedia gabung dengan membeli produk seharga 8,5 juta, lalu bagaimana dengan yang tidak bergabung? Paksaan atau mindset yang akan diberikan kepada orang yang tidak sama sekali masuk ke perusahaan tersebut. Banyak jalan menuju Roma, begitulah mindset yang diterapkan. Presentasi tentang konsep perusahaan atau kesaksian dari anggota-anggota yang telah merasakan komisi besar dari perusahaan, seolah-olah ini adalah pen-doktrin-nan kepada masyarakat yang ingin merubah status ekonominya menjadi lebih baik.
Mulai dari pamer mobil mewah, rumah megah dan uang atau berhasil membayar hutang yang terlanjur menumpuk. Secara tidak langsung, masyarakat akan senang dan percaya dengan kesaksian itu dan berambisi untuk merubah perekonomiannya. Jadi dengan modal 8,5 juta saja kita sudah bisa merubah perekonomian kita yang terlanjur buruk. Lalu apa itu memang terjadi dan telah terbukti kebenarannya?
Dari data yang berhasil dirangkum oleh beberapa media cetak maupun online, mayoritas bisnis sistim MLM ini masih belum bisa dipercayai akan komisi yang dijanjikan perusahaan tersebut.
Kabupaten, SDM Lemah dan Janji Kaya
Tak dapat dipungkiri bahwa link yang diincar oleh perusahaan-perusahaan berkonsep MLM ini adalah kabupaten atau pedesaan. Selain faktor sumber daya manusia yang tergolong rendah, faktor ekonomi masyarakat pedesaan pun jauh dari kata mapan. Melihat prospek dari kedua faktor ini, tak ada salahnya jika virus MLM ini begitu populer untuk sebagian kalangan masyarakat kabupaten atau pedesaan.
Dengan jaminan komisi besar dan bisa merubah perekonomian, masyarakat pedesaan pun akan mudah percaya dengan semua itu. Terbukti benar atau tidak, memang semua kembali pada kodratnya manusia masing-masing. Bisnis MLM dikenal sebagai bisnis yang bisa sukses tanpa memandang status ekonomi sebelumnya atau backgrond pendidikan dari pelaku bisnis ini. Banyak kisah yang beredar dan menceritakan tentang image ke-tidak percaya-an terhadap sistim dan konsep MLM. Mulai dari iming-iming mobil mewah yang dibeli tunai tapi nyatanya kredit atau menggadaikan sebagian aset demi untuk bergabung dan meraih sukses bersama perusahaan MLM.
Mayoritas dari pelaku bisnis MLM ini memang diwajibkan untuk memberi kesaksian pada saat presentasi berlangsung. Semangat yang menggebu-gebu demi meyakinkan peserta presentasi yang tertarik untuk bergabung bersama perusahaan. Doktrin seperti ini cukup efektif jika diterapkan kedalam lingkungan masyarakat strata kebawah. Hasilnya pun bisa dilihat ketika presentasi selesai, berbondong-bondong peserta yang telah di-doktrin untuk menjadi kaya, mulai mendaftarkan diri dan mulai menjual/ gadai/ hutang untuk memenuhi syarat dari perusahaan jika ada anggota yang ingin bergabung (seperti konsep PT. Bunga Mawar)
Mengapa harus MLM?
Ini yang menarik, dari sebagian masyarakat Indonesia yang telah mendengar atau turun langsung kedalam bisnis MLM ini pasti bertanya-tanya, mengapa kita harus mengeluarkan modal berjuta-juta? (relatif, masing-masing perusahaan memiliki konsep perekrutan anggota yang berbeda-beda) toh sampai detik ini pun belum merasakan dampak dari keikut sertaan di bisnis MLM ini.
Memang sebagian kalangan menutup mata dengan bisnis MLM ini, janji semu yang diberikan. Tapi semua itu tergantung dari penilaian masyarakat terhadap bisnis ini. Percaya kaya dengan cara menipu masyarakat untuk datang ke-presentasi itu semua tergantung pada persepsi masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H