Latar Belakang
Analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor basis dan potensi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam konteks Kabupaten Banjar, sektor-sektor seperti perkebunan, peternakan, dan perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian daerah. Ketiga sektor ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena karakteristik wilayah dan sumber daya alam yang tersedia. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga sektor tersebut merupakan sektor basis yang berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian daerah, serta untuk melihat potensi pertumbuhan dan pergeseran ekonomi di masing-masing sektor pada periode 2019-2020.
Kabupaten Banjar memiliki kondisi geografis yang mendukung berbagai kegiatan pertanian dan perikanan, serta adanya lahan yang cocok untuk peternakan dan perkebunan. Dengan demikian, penting untuk mengetahui sejauh mana sektor-sektor tersebut dapat menjadi penggerak ekonomi utama dan berpotensi dikembangkan lebih lanjut.
Analisis LQ akan membantu dalam mengidentifikasi sektor mana yang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Banjar dibandingkan dengan wilayah lain, sementara analisis Shift Share akan memberikan informasi mengenai komponen pertumbuhan ekonomi, baik secara nasional maupun lokal. Hasil dari kedua analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai posisi dan potensi sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan sebagai sektor basis di Kabupaten Banjar, serta untuk perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Laporan ini disusun untuk memberikan pemahaman mengenai peran dan perkembangan sektor-sektor tersebut dalam perekonomian Kabupaten Banjar pada periode 2019-2020, serta untuk mendukung pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi daerah.
Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
Menganalisis sektor-sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan di Kabupaten Banjar untuk menentukan apakah sektor-sektor tersebut termasuk dalam sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif di wilayah tersebut.
Menggunakan metode Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi kontribusi dan peranan sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan terhadap perekonomian Kabupaten Banjar dibandingkan dengan wilayah lain.
Mengaplikasikan analisis Shift Share untuk melihat faktor-faktor pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh di Kabupaten Banjar, baik dari sisi pertumbuhan nasional, sektor spesifik, maupun keunggulan kompetitif lokal.
Menyediakan data dan informasi yang mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah dalam menentukan prioritas pengembangan sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Pembahasan LQ
Pembahasan LQ Perkebunan
Berdasarkan tabel LQ (Location Quotient) yang disediakan, dapat dianalisis beberapa hal terkait struktur ekonomi di wilayah tersebut. Secara umum, mayoritas kecamatan memiliki nilai LQ kurang dari 1 untuk seluruh sektor ekonomi, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut masih kurang berkembang di wilayah ini dibandingkan dengan wilayah lainnya. Namun, terdapat beberapa kecamatan yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 untuk beberapa sektor, mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut merupakan sektor basis atau unggulan di wilayah tersebut, seperti sektor pertanian di Kecamatan Suligi, sektor pertambangan di Kecamatan Bonai Darussalam, dan sektor perdagangan di Kecamatan Rambah. Di sisi lain, ada beberapa kecamatan yang memiliki nilai LQ kurang dari 1 untuk seluruh sektor, menunjukkan bahwa wilayah tersebut belum memiliki sektor unggulan yang dapat mendorong perkembangan ekonomi secara signifikan, contohnya Kecamatan Tambusai Utara dan Kecamatan Kepenuhan. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan informasi ini untuk menentukan strategi pengembangan ekonomi yang lebih tepat, misalnya dengan mendorong sektor-sektor basis dan mengembangkan sektor-sektor non-basis di masing-masing kecamatan.
Pembahasan LQ Peternakan
Berdasarkan tabel data LQ (Location Quotient) peternakan yang disajikan, dapat dianalisis bahwa secara umum mayoritas kecamatan di wilayah tersebut memiliki nilai LQ kurang dari 1 untuk hampir semua subsektor peternakan, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor-subsektor peternakan tersebut belum menjadi sektor basis atau unggulan di wilayah ini dibandingkan dengan wilayah lain. Â Meskipun demikian, terdapat beberapa kecamatan yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 untuk beberapa subsektor peternakan, menunjukkan bahwa subsektor tersebut merupakan sektor basis di wilayah tersebut. Contohnya, subsektor sapi di Kecamatan Rambah, subsektor kambing di Kecamatan Tambusai, dan subsektor domba di Kecamatan Tambusai Utara.
Di sisi lain, beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Tambusai Utara dan Kecamatan Kepenuhan, memiliki nilai LQ kurang dari 1 untuk seluruh subsektor peternakan, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut belum memiliki sektor peternakan yang dapat menjadi sektor unggulan. Selain itu, terdapat perbedaan nilai LQ antara tahun 2015 dan 2019 pada beberapa kecamatan, menunjukkan adanya perubahan dalam perkembangan subsektor peternakan di wilayah tersebut selama periode tersebut.
Pembahasan LQ Perikanan
Berdasarkan tabel data LQ (Location Quotient) perikanan yang disajikan dalam dua gambar, dapat dianalisis bahwa struktur perekonomian sektor perikanan di wilayah tersebut memiliki beberapa pola yang menarik. Pertama, sebagian besar kecamatan memiliki nilai LQ kurang dari 1 untuk subsektor perikanan tangkap (PATIN) dan perikanan budidaya (LELE), mengindikasikan bahwa subsektor-subsektor tersebut belum menjadi sektor basis atau unggulan di wilayah ini dibandingkan dengan wilayah lain. Namun, terdapat beberapa pengecualian, seperti Kecamatan Tambusai Utara yang memiliki nilai LQ di atas 1 untuk subsektor perikanan budidaya (LELE), menunjukkan bahwa subsektor ini menjadi sektor basis di wilayah tersebut.
Kedua, beberapa kecamatan memiliki nilai LQ di atas 1 untuk subsektor perikanan hias (MAS), seperti Kecamatan Tambusai, Kecamatan Kepenuhan, dan Kecamatan Rambah. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor perikanan hias merupakan sektor basis di wilayah-wilayah tersebut. Ketiga, terdapat perbedaan pola antara tahun 2015 dan 2019, terutama pada subsektor perikanan budidaya (LELE) dan perikanan hias (MAS). Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam perkembangan subsektor perikanan di wilayah ini selama periode tersebut.
Pembahasan Shift Share
Pembahasan Shift Share Perkebunan
Berdasarkan tabel data shift share perkebunan yang disajikan dalam dua gambar, dapat dianalisis beberapa hal terkait struktur dan perkembangan sektor perkebunan di wilayah tersebut.
Pertama, secara umum, mayoritas kecamatan di wilayah ini memiliki nilai komponen national share yang positif, mengindikasikan bahwa sektor perkebunan di wilayah tersebut tumbuh sejalan dengan pertumbuhan nasional. Namun, beberapa kecamatan seperti Kecamatan Tambusai Utara, Kecamatan Kepenuhan, dan Kecamatan Rambah memiliki nilai national share yang negatif, menunjukkan bahwa sektor perkebunan di wilayah tersebut tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan nasional. Kedua, pada komponen industri mix, terlihat bahwa sebagian besar kecamatan memiliki nilai yang negatif, mengindikasikan bahwa komposisi komoditas perkebunan di wilayah ini kurang menguntungkan atau kurang kompetitif dibandingkan dengan komposisi komoditas perkebunan secara nasional. Ketiga, untuk komponen regional share, terdapat variasi nilai yang positif dan negatif di antara kecamatan-kecamatan. Nilai regional share yang positif menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki keunggulan kompetitif dalam sektor perkebunan, sementara nilai negatif mengindikasikan sebaliknya. Secara keseluruhan, analisis ini memberikan gambaran tentang posisi dan daya saing sektor perkebunan di masing-masing kecamatan. Pemerintah daerah dapat menggunakan informasi ini untuk menetapkan strategi pengembangan sektor perkebunan yang lebih tepat, seperti mendorong diversifikasi komoditas, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan kecamatan-kecamatan dengan keunggulan kompetitif.
Berdasarkan tabel data shift share sektor peternakan yang disajikan, dapat dilihat beberapa pola menarik dalam perkembangan subsektor peternakan di wilayah ini. Pertama, pada komponen national share, sebagian besar kecamatan memiliki nilai yang positif, mengindikasikan bahwa subsektor peternakan di wilayah ini tumbuh sejalan dengan pertumbuhan nasional. Namun, ada beberapa pengecualian, seperti Kecamatan Tambusai Utara dan Kecamatan Kepenuhan yang memiliki nilai national share negatif, menunjukkan pertumbuhan di bawah rata-rata nasional. Kedua, untuk komponen industry mix, terlihat variasi nilai yang positif dan negatif di antara kecamatan-kecamatan. Nilai positif pada industry mix berarti komposisi subsektor peternakan di kecamatan tersebut lebih menguntungkan atau kompetitif dibandingkan dengan komposisi nasional, sementara nilai negatif mengindikasikan sebaliknya. Ketiga, pada komponen regional share, juga terdapat keberagaman nilai di antara kecamatan. Nilai regional share yang positif menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki keunggulan kompetitif dalam subsektor peternakan, sementara nilai negatif mengindikasikan kurangnya keunggulan kompetitif. Secara keseluruhan, analisis ini memberikan gambaran tentang posisi dan daya saing subsektor peternakan di masing-masing kecamatan. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan informasi ini untuk menyusun strategi pengembangan sektor peternakan yang lebih tepat, seperti mendorong peningkatan produktivitas, diversifikasi subsektor, dan mengembangkan kecamatan-kecamatan dengan keunggulan kompetitif.
Pembahasan Shift Share Perikanan
Berdasarkan tabel data shift share sektor perikanan yang disajikan dalam dua gambar, dapat dilihat beberapa pola menarik dalam struktur dan perkembangan subsektor perikanan di wilayah ini.
Pertama, pada komponen national share, terlihat bahwa sebagian besar kecamatan memiliki nilai yang positif, mengindikasikan bahwa subsektor perikanan di wilayah ini tumbuh sejalan dengan pertumbuhan nasional. Namun, ada beberapa pengecualian, seperti Kecamatan Tambusai Utara dan Kecamatan Kepenuhan yang memiliki nilai national share negatif, menunjukkan pertumbuhan di bawah rata-rata nasional. Kedua, untuk komponen industry mix, terdapat variasi nilai yang positif dan negatif di antara kecamatan-kecamatan. Nilai positif pada industry mix berarti komposisi subsektor perikanan di kecamatan tersebut lebih menguntungkan atau kompetitif dibandingkan dengan komposisi nasional, sementara nilai negatif mengindikasikan sebaliknya. Ketiga, pada komponen regional share, juga terlihat beragam nilai di antara kecamatan. Nilai regional share yang positif menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki keunggulan kompetitif dalam subsektor perikanan, sementara nilai negatif mengindikasikan kurangnya keunggulan kompetitif. Secara umum, analisis ini memberikan gambaran tentang posisi dan daya saing subsektor perikanan di masing-masing kecamatan. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan informasi ini untuk menyusun strategi pengembangan sektor perikanan yang lebih tepat, seperti mendorong peningkatan produktivitas, diversifikasi subsektor, dan mengembangkan kecamatan-kecamatan dengan keunggulan kompetitif.
Pembahasan Peta
Berdasarkan analisis terhadap ketiga peta potensi wilayah Kabupaten Banjar, dapat disimpulkan bahwa kabupaten ini memiliki prospek yang cukup baik di sektor perikanan dan kurang baik di sektor Perkebunan dan peternakan. Untuk sektor perikanan, sebagian besar wilayah berstatus "Unggul", menunjukkan potensi yang cukup besar. Terdapat pula beberapa area yang berstatus "Tertinggal", terutama di bagian tengah kabupaten, mengindikasikan kawasan dengan potensi perikanan yang kurang baik. Hanya sedikit area yang berstatus "Andalan" dan "Prospektif". Pada sektor perkebunan, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjar berstatus "Tertinggal", menandakan prospek yang kurang baik. Sedikit area berstatus "Unggul", terutama di bagian tengah kabupaten. Sementara itu, untuk sektor peternakan, sebagian besar wilayah juga berstatus "Tertinggal". Terdapat beberapa area berstatus "Unggul" dan "Andalan", terutama di bagian Telaga Bauntuk dan Tatah Makmur. Tidak ada area yang berstatus "Prodpektif". Secara keseluruhan, Kabupaten Banjar memiliki potensi yang kurang baik di ketiga sektor tersebut, didominasi oleh status "Tertinggal". Hal ini menunjukkan perlu pengembangan sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan secara lebih terarah dan efektif.
Kesimpulan
Analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa:
Sektor perkebunan belum menjadi sektor basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Banjar, kecuali di beberapa kecamatan tertentu.
Sektor peternakan juga belum menjadi sektor basis di sebagian besar kecamatan, meskipun ada beberapa subsektor peternakan yang unggul di beberapa kecamatan.
Sektor perikanan memiliki variasi, dengan subsektor perikanan hias menjadi sektor basis di beberapa kecamatan, sementara subsektor perikanan tangkap dan budidaya belum menjadi sektor basis.
Analisis Shift Share menunjukkan bahwa:
Sektor perkebunan secara umum tumbuh sejalan dengan pertumbuhan nasional, namun komposisi komoditasnya kurang menguntungkan. Terdapat variasi keunggulan kompetitif antar kecamatan.
Sektor peternakan juga tumbuh sejalan dengan pertumbuhan nasional, dengan variasi komposisi subsektor dan keunggulan kompetitif antar kecamatan.
Sektor perikanan memiliki pola yang serupa dengan sektor peternakan, dengan sebagian besar kecamatan tumbuh sejalan dengan nasional namun dengan variasi komposisi subsektor dan keunggulan kompetitif.
Analisis peta potensi wilayah menunjukkan bahwa:
Sektor perikanan, perkebunan, dan peternakan di Kabupaten Banjar memiliki prospek yang kurang baik, dengan sebagian besar wilayah berstatus "Tertinggal".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H