Di era teknologi dan internet yang serba 5G ini, kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu kunci untuk menghadapi berbagai tantangan dan masalah dunia. Namun, ironisnya kemampuan berpikir kritis di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Hal ini menjadi masalah yang lumayan serius dan perlu mendapat perhatian khusus, karena hal krusial ini sangat berpotensial untuk menghambat kemajuan bangsa di berbagai bidang.Â
Kurangnya kemampuan berpikir kritis di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:Â
1. Sistem pendidikan yang mengutamakan menghafal daripada memahamiÂ
Kurikulum pendidikan di Indonesia masih banyak berfokus pada hafalan dan tes, sehingga siswa tidak terlatih untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan mengembangkan pemikiran mandiri.Â
2. Kebudayaan belajar tidak interaktifÂ
Kebanyakan siswa di Indonesia terbiasa menerima informasi secara cuma - cuma dari guru atau buku teks, tanpa mempertanyakan atau mencari alternatif jawaban lain karena memang tidak diprioritaskan. Hal ini menghambat para siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis.Â
3. Dikitnya akses terhadap informasi dan bahan bacaanÂ
Keterbatasan akses terhadap informasi dan bahan bacaan yang berkualitas juga sangat berpengaruh pada rendahnya kemampuan berpikir kritis. Hal ini terjadi kebanyakan di daerah - daerah terpencil yang jauh dari pusat informasi.Â
4. Pengaruh media sosial
Maraknya informasi hoax dan ujaran kebencian di media sosial juga dapat menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis. Warga Indonesia, terutama generasi muda, mudah terpapar informasi yang menyesatkan dan tidak terverifikasi, terbiasa dengan percaya dengan apa yang kita mau percaya sehingga sulit untuk membedakan fakta dan opini.Â
Kemampuan berpikir kritis membawa banyak sekali dampak negatif, diantaranya:Â