Proyek nasional yang berlangsung selama 2 tahun silam, telah sukses menghimpun hingga 90% partisipasi rakyat Jepang dari tingkat desa, kabupaten hingga kota. Â Masyarakat gotong-royong mendirikan lokasi penjemputan donasi agar memudahkan ratusan ribu warga Jepang menyumbangkan perangkat elektronik lama mereka.
Proyek tersebut telah berhasil memproduksi 32 kilogram emas, 3.492 kilogram perak, dan 2.199 kilogram perunggu. Â Jumlah ini berasal dari 80 ton alat elektronik berukuran kecil seperti handphone dan laptop lama.
Jumlah bahan daur ulang seberat itu dapat diolah untuk menjadi 5.000 medali emas, perak, dan perunggu pada Olimpiade 2020 di Tokyo.
Menuju gerakan hijau yang berkesinambungan
Sebelumnya pada Olimpiade Rio 2016, medali yang dikalungkan ke atlet sudah menggunakan elemen dari bahan daur ulang, namun masih dalam takaran yang rendah bila dibandingkan dengan medali Olimpiade Tokyo.
Pada saat itu, sebanyak 30% bahan sterling silver untuk membuat medali emas dan perak, diambil dari bahan daur ulang seperti beberapa bagian dari mobil dan permukaan kaca.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat pada tahun 2019 limbah elektronik yang diproduksi secara global menyentuh angka 53,6 juta ton atau 7,3 kilogram per orang. Â Angka ini merupakan aliran limbah elektronik di tingkat domestik dengan pertumbuhan tercepat di dunia
Sementara itu limbah elektronik telah melonjak lebih dari seperlima dalam 5 tahun terakhir di tengah meningkatnya permintaan gadget elektronik. Â Sebagian besar gadget tersebut memiliki siklus hidup yang pendek dan sedikit pilihan untuk perbaikan bila produk rusak.
Dengan kondisi zona merah seperti ini, Olimpiade Tokyo dapat menjadi inspirasi bagi Olimpiade Paris 2024 untuk terus menggulirkan kampanye dalam isu pelestarian lingkungan melalui daur ulang limbah elektronik dan bahan lainnya.
(Raymond J Kusnadi)