Kala itu sekitar jam 8 pagi, Kapten Van Lundberg bersama pasukannya singgah di perkebunan teh keluarga Van Dalen yang lokasinya persis di depan rumah. Mereka ingin menanyakan perihal kedua orang pejuang yang mereka cari cari.
“bila ada pejuang di desa ini, saya akan memberitahukan Kapten”
“saya tau Tuan Van Dalen dekat dengan banyak pejabat di Batavia, tapi saya berharap Tuan mengerti posisi kami” sahut Kapten dengan nada mengancam
“sudah banyak cerita sumbang yang saya dengar mengenai keluarga Tuan”
“jangan coba coba Tuan menyembunyikan para pemberontak lalu berbohong kepada saya”
“Kapten, saya bilang sekali lagi bahwa saya tidak tau dan tidak mengenal adanya pejuang di desa ini” sanggah Tuan Pieter
Kapten Van Lundberg kalap karena sudah berbulan bulan mencari buruannya namun belum juga tertangkap, lalu menyuruh beberapa anak buahnya menangkapi beberapa orang desa yang juga para pekerja kebun teh.
“anda tidak bisa berbuat kasar kepada pekerja pekerja saya. Mereka hanyalah orang desa dan mereka semua orang baik baik” bentak Tuan Pieter.
Namun Kapten Van Lundberg tidak peduli dengan ocehan Tuan Pieter dan terus menangkapi sambil memukuli orang orang desa itu.
Dengan berang Tuan Pieter masuk ke rumah mengambil pistol dan menyuruh para centengnya membela rakyat desa. Baku tembakpun tak terhindarkan di perkebunan teh. Sebuah timah panas melesat tepat mengenai dada sebelah kiri Tuan Pieter dan seketika itu juga tubuhnya yang berlumur darah ambruk ke tanah dengan napas tersengal.
Kapten Van Lundberg berserta anak buahnya dengan segera meninggalkan lokasi karena takut bertanggung jawab untuk berurusan dengan pejabat di Batavia yang telah mengenal dekat keluarga Van Dalen sejak turun menurun.