Siapa yang belum pernah mendengar nama media Harper's Bazaar? Bagi pembaca setia majalah busana pasti tidak asing lagi dengan media ini. Bagi saya, media ini asing untuk mata dan telinga. Namun ternyata media ini berasal dari Amerika Serikat yang terbit di awal tahun 1867, majalah ini juga terbit di Indonesia di bawah nama PT Media Insani Abadi sejak tahun 2000 lalu.
Sekarang majalah busana Harper's Bazaar mulai merambah ke dunia online, berganti ke arah media baru sepertinya dibutuhkan semua media konvensional. Mengusung segmentasi fashion membuat situs web media dari Harper's Bazaar nggak kalah menarik dari baju-baju buatan desainer yang dimuat dalam situs mereka.Â
Pada artikel yang lalu kita sudah membahas INILAH MEDIA BARU: Istilah Asing namun Kita Konsumsi Setiap Hari tentang karakteristik media baru. Apakah Harper's Bazaar bisa memenuhi karakteristik tersebut?
Digital
Media Harper's Bazaar punya karakteristik digital karena memakai sistem yang membuat data bisa ditampilkan menjadi foto, teks, bahkan video. Situs web media Harper's Bazaar menggunakan gambar-gambar berukuran besar serta judul yang jelas sehingga mudah untuk dibaca oleh khalayak. Dengan hal tersebut, berarti situs web Harper's Bazaar punya kualitas karakteristik digital yang tinggi.
Meskipun media baru seharusnya punya unsur interaktivitas yang tinggi, hal ini tidak terjadi di situs web media Harper's Bazaar.Â
Absennya fitur kolom komentar membuat interaktivitas dalam media tersebut tidak bisa terbangun dengan baik karena komunikasinya hanya satu arah saja. Karakteristik interaktivitas yang tidak dimiliki situs web Harper's Bazaar berarti kualitas interaktivitas yang rendah.
Fitur ini bisa memudahkan pengguna di situs web media Harper's Bazaar untuk menemukan informasi lain yang terkait dengan artikel sebelumnya. Seperti yang kita bisa lihat pada gambar di bawah, ada teks yang bisa langsung punya tautan dengan artikel lain yang sejenis. Dengan banyaknya hypertext yang dapat membantu khalayak, maka kualitas karakteristik hypertext dalam situs web media Harper's Bazaar terbilang tinggi.
Media baru yang berusaha dibangun oleh situs web media Harper's Bazaar juga membentuk sebuah jaringan. Jaringan ini dibuat supaya khalayak dari seluruh dunia bisa saling berhubungan dan berbagi informasi. Platform yang dipakai adalah Facebook, Twitter, Google Plus, Pinterest, Instagra, serta YouTube. Jejaring yang luas selalu diandalkan oleh media baru untuk menjangkau sebanyak mungkin khalayak yang ada, kualitas jejaring di situs web media Harper's Bazaar tinggi karena menggunakan banyak platform.
Media baru seperti Harper's Bazaar memberikan pengalaman lewat teknologi-teknologi yang bisa dinikmati baik secara visual ataupun audiovisual. Walaupun bukan dalam bentuk game, situs web media Harper's Bazaar melakukannya dengan video yang punya grafis menarik mata para khalayak.Â
Pengalaman video yang bisa memutar sendiri, menarik mata untuk melihat, membuat kualitas virtual yang dimiliki situs media Harper's Bazaar bisa dikatakan tinggi.
Selain tentang interaktivitas yang kurang memadai, situs web media Harper's Bazaar juga tidak memiliki unsur simulated seperti yang ada di media baru lainnya.Â
Simulated yang sebetulnya pelengkap unsur virtual ini tidak bisa tersedia karena situs web media Harper's Bazaar berfokus di sisi audiovisual yang dapat diakses oleh khalayak di rubrik "All Videos".Â
Kualitas karakteristik simulated dalam situs media Harper's Bazaar rendah karena tidak bisa menghadirkan pengalaman baru bagi khalayak lewat simulasi virtual.
Namun paparan di atas tadi dapat menambah pengetahuan kita tentang media yang setiap hari kita konsumsi. Mungkin bukan hanya fashion, tapi juga hal lain yang menjadi kebutuhan kita untuk membaca di era digital sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H