Ada beberapa dugaan penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang dimana Indonesia baru saja kehilangan prajurit terbaiknya setelah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 kru dinyatakan gugur ketika menjalankan tugas negara . Menurut analisa ada beberapa dugaan perkiraan penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 dan TNI meyakini kalau kapal tersebut tenggelam bukan karena adanya human errror tetapi lebih kepada faktor alam.
Dari hasil pencarian diduga kapal dinyatakan berada di kedalaman 800 meter dibawah permukaan laut, dalam situasi tersebut sangat mengkhawatirkan karena pada kedalaman tersebut bisa berakibat fatal bagi kapal selam tekanan air laut yang begitu kuat semakin dalam makhluk hidup menyelam dari permukaan air, semakin banyak pula volume air yang ada di atas kepala dengan permukaan air, sehingga tekanan yang diberikan air pada tubuh makhluk hidup akan semakin besar dan tekanan hidrostatis akan semakin meningkat.Â
Sementara pada kebanyakan manusia, paru-paru tanpa alat bantu maksimalnya mampu menahan tekanan hingga sekitar 4 atm. Mustahil bagi para kru kapal untuk menyelamatkan diri keluar dan berenang begitu saja dari kapal selam air bisa masuk dengan cepat kedalam kapal selam dan langsung memenuhi semua ruangan lantas juga membuat penyelamatan dan evakuasi cukup sulit dilakukan serta pada batas kedalaman kurang lebih 300 meter disepakati sebagai batas terdalam para scuba menyelam bahkan kapal selam KRI Nanggala maksimal hanya bisa sampai menyelam dikedalaman 500 meter dibawah permukaan laut.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudho Margono mengatakan, kapal selam tersebut ditemukan terbelah menjadi tiga bagian, usai ditemukan beberapa serpihan barang KRI Nanggala yang ditemukan oleh remote operation vehicle (ROV) MV Swift Rescue dari Singapura. Bagian badan kapal selam KRI-Nanggala 402 ditemukan di kedalaman 838 meter. (Sumber)
Teknologi Pertahanan Indonesia masih belum kuat nyatanya indonesia masih belum memiliki alat angkut yang mumpuni untuk mencari dan menemukan keberadaan kapal, pemerintah sebaiknya membeli alutsista yang baru dan menghentikan hibah atau pembelian alutsista yang bekas agar peristiwa jatuhnya para prajurit kita yang gugur tidak selalu membekas di benak kita, mendorong agar dilakukan kerja sama pendidikan dan latihan dengan negara yang memiliki alutsista canggih untuk keperluan latihan perang prajurit TNI, keseluruhan alutsista di Indonesia sudah harus diganti, baik karena dari segi usia sudah banyak yang tua, sehingga menjadi kekhawatiran mengurangi efek gentar terhadap negara-negara lain.
"selamat berlayar menuju keabadian, selamat menyelam menggapai kedamaian"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H