Sejak awal, ayat - ayat pertama yang diturunkan sebagai perintah allah kepada Muhammad SAW di bukit Hira dekat Mekkah - pada malam yang menentukan 27 Ramadhan 611: "bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmulah uyang Maha pemurah. Yang mengejar (manusia) dengan perantara. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui (Q.S. al Alaq: 1- 5). Sebuah kata kerja. Dan sebuah undangan maha luas untuk umat muslim mengembangkan pemikirannya, menuliskan, menyebarkan, mengkritik dan merekonstruksi pemikiran serta seluruh aktifitas spekulatif untuk mencapai ilmu pengetahuan.
Ketika Rasullah wafat, ia telah memastikan Quran telah menjadi kitab tertulis yang untuh sebagai teks panduan membangun tradisi mencari ilmu pengetahuan. Karena itu sejak nabi masih hidup dan beberapa abad setelah nabi wafat, periode ini menjadi periode gemilang dalam tradisi pemikiran dan perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan serta peradaban muslim. Di wilayahwilayah muslim, sejak abad 9 masehi telah ditemukan sebuah model penyelenggaraan pembelajaran revolusioner yang mendorong lahirnya ilmuwan, pemikir, dan cerdik cendekia: madrasah.Di wilayah-wilayah muslim yang maju, telah berkembang berbagai perpustakaan dengan koleksi ribuan buku, telah lahir pula pekerjaan baru akibat kebutuhan akan bahan bacaan di dunia muslim secara luas yakni warraqqin, para penyalin buku, dan seterusnya. Mustahil peradabah semaju ini, di era klasik Islam, yang diisi nama-nama tersohor seperti Ibnu Sina, Al Kindi, Al Farabi, Al Biruni, Ibnu Rusyd, dll sebagai peradaan yang tidak ditopang oleh sistem kefilsafatan yang maju. Karena itu, banyak pengamat menyatakan, periode ini adalah periode yang dibangun di atas pemikiran para filosof.
.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H